3. Mba, biar saya antar!

39 24 13
                                    

"Ganti rugi!"

Hening memijat panggil hidungnya. Sekarang mereka sudah duduk manis di sebuah cafe yang kebetulan buka selama dua puluh empat jam. Jadi, jangan heran jika sudah pukul sepuluh malam namun cafe ini masih buka.

"Oke. Berapa yang kamu mau?" tanya Hening to the point.

"Belum bisa diperkirakan karna saya baru memodifikasi mobil saya Minggu lalu," kata orang itu tampak masih kesal.

"Ribet," gumam Hening tapi masih terdengar oleh lelaki tadi. Dia melotot tak terima. Kan yang salah Hening!

Baru hendak bersuara, Hening sudah bersuara terlebih dahulu. "Gini aja, lebih baik saya beliin mas mobil yang sama."

Laki-laki itu menaikkan alisnya tak percaya. Semudah itu?! Itu mahal wahai teman-teman!

Hening Sultan woi!

"Saya gak mau." kata lelaki itu setelah berfikir cukup lama. "Mobil itu berharga bagi saya, dan saya gak mau menggantinya." Lanjutnya lagi.

Hening menghembuskan nafas kasar. Tangannya terulur kedepan, ke arah pria yang ia tabrak mobilnya.

"Kenapa?" Pria itu menaikkan alis bingung.

"Hapemu!"

"Untuk apa?"

"Nomor hp!"

"Hah?"

"Saya akan menulis nomor hape saya dan mas bisa menghubungi berapa biaya yang mas perlukan!" ucap Hening kesal .

Setelahnya Pria itu memberikan ponselnya dan Hening langsung mengetikkan nomor ponselnya.

"Nama saya Hening." katanya sambil menyodorkan kembali ponsel itu kepada pemiliknya. "Mas bisa hubungi saya tentang biaya perbaikan dan biaya transportasi selama masa perbaikan. Saya gak mau mas kesulitan," sambung Hening

"Hm, nama saya Tampan. Saya harap kamu gak lari dari tanggung jawab,"

"Gak akan!" Jawab hening penuh dengan penekanan.

Selanjutnya, keheninganlah yang terjadi. Pelaku dan korban itu sama-sama diam menatap ke arah yang berbeda.

"Emm, kenapa lo bisa gak fokus?" tanya Tampan agak ragu setelah keheningan beberapa saat tadi dan sekarang memilih berbicara santai dengan wanita di depannya ini

Hening menoleh cepat, melihat tampan yang masih melihat ke arah jendela yang kini sudah basah karena hujan baru saja turun.

"Kenapa Lo kepo?" tanyanya sewot.

"Cuma penasaran," jawab Tampan kelewat santai. Kini pria itu sudah bersedekap dada sambil melihat Hening yang menatapnya kesal.

"Bukan urusan lo," ketus Hening.

"Tentu saja itu urusan saya, mba. Mba gak fokus sehingga mba menabrak mobil. Dan mobil itu adalah mobil saya,"

Sungguh rasanya Hening ingin sekali menendang pria Tampan di depannya ini.

"Hentikan tatapan bodoh lo itu, mba! Lo menatap gue seolah Lo bisa membunuh dengan tatapan aneh Lo itu!" celetuk Tampan yang menyadari tatapan menusuk Hening.

Hening tak berhenti menatap tajam Tampan, sampai lelaki itu bergidik ngeri. Tatapan itu sungguh menyeramkan!

"Daripada Lo terus negliatin gue, lebih baik Lo minum kopi Lo yang bentar lagi bakal dingin itu!"

Hening menyerah dan akhirnya benar-benar meminum kopi nya yang benar saja, sudah mendingin.

"Omong-omong, wajahmu tak setampan namamu!" ceteluk Hening setelah menghabiskan kopinya. Ucapannya itu membuat Tampan yang sedang meminum kopinya tersedak.

"YAK LO-" Tampan berteriak kesal setelah tersedak hingga wajah pria itu kini sudah merah, antara menahan kekesalan atau karena tersedak tadi.

"Apa?" tantang Hening.

"Menye-"

"Maaf mba, mas, tapi ada situasi darurat dimana kami harus menutup cafe ini. Mohon maaf sekali lagi, tapi ini benar-benar darurat, salah satu pegawai kamu terjatuh di tangga, jadi kami akan menutup cafe ini dan mengantarnya ke rumah sakit." kata Seorang pelayan yang baru saja menghampiri meja Tampan dan Hening. Kebetulan hanya tinggal mereka yang ada di kafe ini.

"Ada kendaraanny?" tanya Tampan.

"Ada mas, kebetulan bos kami membawa mobil. "

"Yasudah, semoga rekanmu cepat sembuh." Kini Hening yang bersuara.

Setelah berterimakasih, pelayan wanita tersebut beranjak meninggalkan Hening dan Tampan.

"Kebetulan hujannya sudah reda, saya pulang dulu," pamit Hening.

Saat keduanya hendak memasuki mobil mereka masing-masing, Tampan kembali bersuara, membuat Hening menoleh ke samping, ke arah Tampan dan mobilnya berada.

"Mba, biar saya antar."

"Hah?" Pekik Hening cukup kencang.

Tidak ada angin, tidak ada badai, hanya sisa air hujan yang ada di jalanan, tiba-tiba pro yang ditabraknya ingin mengantarnya? Gila!

"Jangan cuma hah, mba. Saya butuh jawaban. Anda pikir saya keong dikasih hah segala." Ini Tampan ngelawak apa gimana sih.

"Oh ya dan satu lagi, sepertinya dari tadi kita tidak konsisten berbahasa. Kadang formal, santai, malah kelewat baku," lanjut Tampan yang kini diangguki Hening

Date: 23 Juni 2021

Do Re MineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang