Heri baru keluar dari mobilnya bertepatan dengan Tampan yang baru mau memasuki lobi.
"Woi, Mpan!" Panggil Heri berteriak
"Baju apaan nih?" tanya Heri tak kuasa menahan tawanya. Sementara yang ditertawakan hanya memasang wajah masam.
"Jangan dibahas," kata Tampan lalu berlalu pergi.
"Hahaha.. serius ini ngapain Lo pake baju ginian,"
"Lo demam, Mpan?"
"Lo kena angin apaan pake pink gini? "
"Kan gue bilang baju item, Mpan." Ucap Heri berturut-turut
"Bacot lo, gue kepaksa pake ginian." Kata Tampan dengan muka memerah karna sepanjang jalan hampir semua orang berbisik-bisik kearahnya sambil tersenyum geli. Bahkan ada yang sudah tertawa keras.
Mau ditaruh dimana muka tampannya Tampan?
Tolong, seseorang sembunyikan muka Tampan, plis!
Sementara di bandara, seorang gadis dengan potongan rambut pendek sebahu, menyeret koper kuningnya tak lupa dengan gerutu-gerutuannya yang keluar dari bibir mungilnya.
"Ish nyebelin banget! gaada yang jemput gue." Dumelnya sebal sambil mencak-mencak menarik kopernya.
"Awas aja entar gak akan gue kasih oleh-oleh mereka!"
"Dasar Ratu Hening ngeselin!" Pekiknya sambil menarik koper kuningnya dan kaki yang dihentakkan kesal.
***
Sebuah mobil berhenti tepat di samping Hening, setelah adegan telfonan tadi, Hening langsung menyuruh David untuk menjemputnya karena dia malas berjalan sendiri.
"Putih dan pink?" tanya David tak percaya dengan tampilan bosnya. Tumben sekali, pikirnya.
"Kenapa? Biasa aja ngeliatnya!" ketus Hening yang sudah duduk manis di jok belakang.
"Kayak gak pernah ngeliat cewek cantik aja," lanjutnya bergumam sambil mengalihkan pandangan ke jalanan.
Sementara David hanya tersenyum tipis, menahan tawa mendengar kepedean bosnya ini. Rahasia kecil yang hanya sedikit orang ketahui adalah, sebenarnya Hening cukup narsis, guys!
Tak membutuhkan waktu lama, mobil hitam itu sudah sampai di kantor yang dituju, di lobi perusahaan sudah berjejer karyawan-karyawan yang kompak memakai baju hitam.
Hening berjalan angkuh melewati barisan karyawan itu. Namun langkahnya berhenti melihat seorang yang tampak mencolok, ralat, sangat mencolok.
Itu Tampan! Memakai jas pink fanta yang Hening belikan tadi, haha!
"I like ur color," ucap Hening menoleh ke arah Tampan dengan senyum mengejeknya.
"Pink Fanta," gumam Hening dengan tangan seperti memindai tubuh Tampan. "Cukup macho," lanjutnya yng disambut kekehan dari karyawan lain termasuk Heri yang sudah terbahak keras.
Tampan malu!!!!
"Usahakan setiap saya datang pakai Jas itu lagi!" suruh Hening sembari menutup mulutnya sembari tertawa geli.
Tampan hanya tersenyum kikuk menahan malu. Bayangkan, Ternyata orang yang selalu menabraknya ini adalah bos dari bosnya. Dan sekarang Tampan sedang dalam situasi di ejek seperti ini! Bahkan karyawan lain juga sudah menunduk-nunduk menahan tawa mereka bahkan sudah ada yang terkekeh dan terbahak seperti Heri kampret!
"Oh ya Tampan senang berkenalan dengan anda!" kata Hening lagi lalu berlalu diikuti beberapa rombongannya dan David.
"Dasar nyebelin!" desis Tampan.
Sementara karyawan lain ada yang begong, ada juga yang tertawa melihat pertunjukan pagi ini. Baru pertama kali dalam sejarah mereka melihat sisi lain bos dari bos mereka.
"Cukup macho," kata Heri dengan senyum mengejek sambil menepuk pundak Tampan dan pergi diikuti karyawan lain yang sudah tertawa semua.
Astaga, mau disimpan dimana muka tampannya Tampan sekarangg?!!
***
N
amanya Aria Nayanika, sahabat Hening dan Ratu sekaligus selebgram yang sudah menetap sekitar sebulanan di Korea dengan alasan "demi konten" padahal mah sudah jelas karena wanita dua puluh empat tahun itu emang doyan jalan-jalan sekaligus berburu segala macam tentang negeri gingseng tersebut.
"Mana coba taksinya?" ucap Ari sembari cemberut kesal.
"Tega banget gaada satupun yang jemput gue,"
Ari menarik nafas panjang lalu mengedarkan matanya, mencari taksi yang sekiranya kosong dan bisa membawanya segera menuju kasur.
"Kosong pak?" tanya Ari ketika sebuah taksi berhenti di hadapannya.
"Iya neng, masuk aja!" Jawab pak supir taksi tadi yang langsung diangguki semangat oleh Ari.
Wanita itu segera berjalan ke bagasi dan menyimpan koper kuningnya, lalu setelahnya segara masuk ke dalam taksi.
"Pondok pelita, ya pak!" Serunya semangat menyebutkan alamat tempat tinggalnya yang lebih tepatnya adalah rumah orang tuanya.
"Siap neng! Berangkat!"
***
"Gimana? Semuanya amankan?" tanya Hening kepada Heri yang sedang duduk di sofa seberang yang berada di dalam ruangan lelaki itu.
"Aman, Bos!" Heri tersenyum lebar.
"Ada yang lapor ke saya kalau ada senioritas di sini." kata Hening.
"Wess! Mane Ade!" Seru Heri cepat.
"Tau!" Hening memutar malas matanya. "Kemungkinana ada yang pengen hubungan kita rusak. I mean, hubungan profesionalitas ya!" Sambungnya.
Heri hanya manggut-manggut paham.
"Oh ya, sepertinya kantor ini akan saya pindahkan ke gedung yang sama seperti gedung pusat." ucap Hening yang membuat Heri melotot kaget.
"Loh buat apa, Ning?" pekiknya kaget.
"Buat apa?" ulang Hening. "Menurutmu demi apa? Ya demi kepentingan perusahaan lah!" sambung Hening lagi.
"Oh, kirain ada apa.. saya mah setuju aja."
"Sekalian biar bisa modus ke pegawaimu!" gumam Hening mengalihkan matanya.
"AJEGILE SI HENING GAS POOLL!"
"Berisik kamu!"
"Mulut-mulut ane!" Emang kurang ajar si Heri. Ini bos besar loh yang diginiin! Untung teman lama si Hening ni anak!
"Siapa, Ning, btw?" Jiwa gossiper Heri meronta-ronta namun tak ditanggapi Hening.
"Tampan ya?" Tebaknya
"Tampan nih pastii!" godanya sambil senyum senyum.
"Hemm.. terserah kamu, deh!" Males ngeladenin Heri, akhirnya Hening memilih mengalah.
"Happy birthday btw. Saya doain semoga kamu cepat ditinggal Ratu!" Kata Hening lagi lalu pergi begitu saja meninggalkan Heri yang siap melemparnya dengan bantal pink yang Ratu simpan di dalam ruangannya.
Date: 23 Juli 2021
KAMU SEDANG MEMBACA
Do Re Mine
Romance#CEOseries Tampan kira pertemuan antara dirinya dengan wanita kaku di kantor yang soalnya adalah CEOnya adalah pertemuan biasa. Namun ternyata malah membuatnya terjebak dalam kehidupan Hening- nama perempuan itu. Sedangkan bagi Hening, menikah tid...