Tampan sedang menatap pemandangan kota dari dalam ruangannya. Ruangan Tampan cukup besar dengan jendela kaca yang besar di dalamnya yang menampilkan pemandangan kota.
Kadang jika suntuk, Tampan memilih berdiri termenung sambil menikmati pemandangan kota dari sini. Seperti sekarang ini.
"Menikmatinya pak?" Sebuah suara menyadarkan Tampan. Lelaki itu berbalik dan menemukan Hening yang sedang berjalan anggun ke arahnya dengan dua cup minuman di tangannya.
"Ibu Hening? " gumam Tampan cukup kaget.
"Yes, it's me." Perempuan itu tersenyum anggun seperti biasa.
"Ada apa kesini, Bu?" tanya Tampan sopan. Setelah tahu posisi wanita itu, dia memilih untuk menyegani wanita yang tengah berjalan ke arahnya ini karena mau bagaimanapun juga Hening adalah bos dari bosnya Tampan.
"Minum coffe." Hening menyerahkan satu cup Coffe itu kepada Tampan. "Tadi pagi saya baru minum dikit dan malah tumpah ke kamu." sambungnya lalu menyesap kopinya yang diikuti oleh Tampan pula.
"O ya, gimana dada kamu? Masih merah?"
"Puji Tuhan, sudah enggak kok, Bu." Hening tersenyum lega mendengarnya karena dua alasan, yang pertama berarti Tampan baik baik saja, yang kedua karena berarti mereka seiman.
"Baguslah."
Lalu keheningan yang menyelimuti keduanya. Dua manusia berbeda jenis itu sama-sama memilih memandang hamparan pemandangan kota karena terlalu bingung harus berbicara apa.
"Bagus ya," gumam Hening.
"Hm?" Sebelah alis Tampan naik pertanda ia bingung.
"Gedung-gedung tinggi, kendaraan yang berlalu lalang, cuaca panas, polusi di mana-mana."
"Apa bagusnya itu semua? Bukankah lebih bagus jika pemandangan pohon yang lebih menenangkan mata dan udara segar yang lebih memanjakan diri?" Kini Tampan memandang wajah Hening dari samping.
Senyum tipis Hening berikan lalu meneguk lagi kopinya. "Menurut kamu seperti itu?" Tampan mengangguk.
"Lalu kenapa kamu masih memandangnya?" Tampan membisu mendengar pertanyaan Hening. Sebenarnya dia juga tak tahu mengapa setiap suntuk dia memilih memandang pemandangan kota yang jika dipikir penuh dengan polusi dan ketidaksehatan itu.
"tidak tahu?" jawab Tampan ragu.
"Itu karena ini semua tampak lebih realistis. Gedung tinggi yang seolah berkata jika manusia memang mahluk ambisius yang selalu mengejar mimpinya. Mobil dan motor yang berlalu lalang seakan menyadarkan kita bahwa di kehidupan memang akan selalu datang dan pergi."
"Cuaca panas yang seolah berkata, kehidupan memang tidak seadem itu untuk dinikmati." Kali Hening menatap balik Tampan yang juga menatapnya.
"Dan polusi itu menurut saya seperti masalah yang akan selalu ada di setiap saat." katanya lagi menatap lekat mata coklat lelaki itu.
Tampan seperti melihat Kiluan cahaya dari tubuh Hening yang saat ini sedang menerawang kedepan ketika berkata seperti itu. Wanita itu tampak lebih berwibawa. Benar-benar aura CEO.
"Bu," panggil Tampan tanpa memutus kontak mata mereka.
"Hm?" gumam hening.
"Anda tampak mengagumkan," ucap kagum Tampan tanpa sadar.
Hening langsung terkekeh dengan pipi yang terasa panas. Gadis dua puluh enam tahun itu menunduk sebentar lalu mendongak kembali dan menatap Tampan dengan senyuman menawannya.
"Sepertinya ucapan saya di cafe harus saya tarik kembali, pak. Anda tampak tampan seperti nama anda," Katanya diakhiri senyum manis ala Hening yang mampu membuat Hati seorang Tampan kebat-kebit tak karuan.
Aduhh, Tampan baper woi!!!!
"Mata bapak juga cantik." Double kill
"Pas senyum jadi manis banget." Walaupun pujian ini sudah sangat sering Tampan dengar sebelumnya. Tapi Tampan tetap melayang dibuatnya!
"Tapi kalau liat jas bapak, saya jadi pengen ketawa," lenyap sudah rasa baper Tampan.
Semua gara-gara jas pink menyebalkan ini! Harga diri Tampan juga ikutan lenyap jadinyaaa!!!
Date: 24 Juli 2021
Maunya ada pake minimal vote baru update😊 eh tapi inget kalo pake begituan gaakan update update nih cerita😭😂
KAMU SEDANG MEMBACA
Do Re Mine
عاطفية#CEOseries Tampan kira pertemuan antara dirinya dengan wanita kaku di kantor yang soalnya adalah CEOnya adalah pertemuan biasa. Namun ternyata malah membuatnya terjebak dalam kehidupan Hening- nama perempuan itu. Sedangkan bagi Hening, menikah tid...