Sesampainya di sekolahAku menaruh tasku di tempat dudukku biasa. Aku melihat Ashton sedang melamun.
Aku berkali-kali menyapanya, tapi ia tidak dengar.
"Ash, kau kenapa?" Tanyaku sambil menepuk bahunya.
"Eh, Deidra, sejak kapan kau datang?" Tanyanya balik.
"Hm, belum terlalu lama. Ash, jangan mengalihkan pembicaraan. Kau kenapa?" Aku mengulang pertanyaanku.
"Eh ma-maaf aku tak apa-apa" jawabnya dengan nada tidak yakin.
"Baiklah, kalau kau bilang begitu" jawabku pasrah.
"Oh iya, Ash. Stacey menitipkan salam untukmu" kataku.
"Ha? Benarkah? Bagaimana keadaannya?" Tanya Ash dengan senyuman lebar.
"Ya, benar. Sudah lebih baik saat aku menjenguknya" jawabku dengan senyuman tipis.
Kurasa ada yang aneh dengan Ashton, ia tiba-tiba berubah menjadi semangat ketika membicarakan Stacey.
"Ash, kau mau menemaniku ke taman tidak?" Tawarku sambil tersenyum.
"Eh, tentu saja. Ayo" jawabnya sambil menarik tanganku.
Sepertinya itu.... Ah, iya itu Stacey. Ternyata ia sudah kembali bersekolah.
"Stacey...." Panggilku.
"Eh, hai Deidra, hai Ashton" jawabnya sambil mendekati kami.
Saat aku melirik ke Ashton dan bermaksud untuk mengajaknya untuk segera ke taman, ia sedang tersenyum lebar dan menatap Stacey dengan tatapan lega.
Ada yang aneh dengan Ashton.
"Ash, kau jadi tidak ke taman? Kalau tidak, aku akan kesana sendiri" tanyaku agak emosi.
Ashton tetap menatap Stacey sampai-sampai tidak mendengarkanku.
"Hei Ash, kau dengar tidak?" Aku agak berteriak padanya.
"Eh, iya Deidra. Tentu saja aku mau" sahut Ash sambil menarik tanganku lagi.
"Ugh, lepaskan aku Ash. Kurasa aku akan ke kelas saja" jawabku sambil meninggalkannya.
"Tadi kau bilang kau mau ke taman, sekarang kau mau ke kelas" teriak Ash.
Karena aku mengabaikan perkataannya, ia berteriak lagi sambil mengejarku.
"Deidra, baiklah kita ke kelas saja. Tapi tunggu aku, please" kata Ashton.
Sesampainya di kelas, aku langsung duduk dan menelungkupkan kepalaku di celah-celah tanganku yang terlipat di atas meja.
Ashton langsung duduk di sampingku.
"De, kau kenapa? Apa ada yang salah? Apakah aku salah?" Tanya Ash cemas sambil mengelus kepalaku.
"Jangan perlakukan aku seperti tuan putri, jangan menanyaiku lagi, kau hanya membuatku berharap lebih padamu" gumamku pelan.
Oh tidak, aku bicara apa tadi? Kuharap ia tidak mendengarnya.
"Kau bicara apa?" Tanya Ashton.
Untungnya Ashton tidak mendengar kata-kataku tadi.
Aku langsung menengadahkan kepalaku lalu menatap Ashton, lagipula untuk apa aku marah, ia tidak bersalah.
"Aku tidak apa-apa, tidak ada yang salah, kau tidak salah dan tadi aku tidak bicara apa-apa" jawabku yakin.
"Baiklah" sahutnya sambil tersenyum.
Bel masuk berbunyi
Aku belajar seperti biasa, moodku sudah kembali membaik. Aku kembali ceria seperti biasa.
Bel istirahat berbunyi
"Ash, kau mau ke kantin?" tanyaku.
"Aku mau ke kantin, tapi aku akan membawa makananku ke kelas saja" jawabnya yakin.
"Kau mau bersamaku atau makan di kantin tanpaku?"
"Aku bersamamu saja, lagipula kantin terlalu ramai untukku" jawabku sambil menarik tangannya.
Aku dan Ashton sudah membeli makanan lalu kami kembali ke kelas.
Ashton's POV
Aku sangat menyayangi Deidra.
Apakah lebih baik aku berterus terang dan menceritakan semuanya pada Deidra.
Apakah aku harus menceritakan perasaanku?
a/n
Hai lagi, makin gajelas, i know. Hargain ya, vomment, jangan baca doang, please. Ok, ok? Makasih banyak. Love.