21| Explosion

237 64 45
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.




"Kau mau lari ke mana?"

Choi Lu dan Isla menghentikan larinya begitu mendapati Freya ada di depan sana dengan senapan mengarah tepat pada mereka berdua.

"Kau pengecut ternyata," remeh Freya. Senyum Freya semakin merekah saat melihat Alpha bersiaga di sisi berlawanan darinya sama-sama menodongkan senapan. "Aku tidak suka menarik kata-kataku."

Isla berbalik dan berlari ke arah Alpha. Sebelum laki-laki itu menarik pelatuk, Isla sudah lebih dulu menjerat kaki Alpha. Wanita itu menarik Alpha, bergulung hingga menuruni anak tangga dan mencekik leher Alpha.

"Ternyata kau tidak sekuat kelihatannya," desis Isla semakin menekan jarinya di leher Alpha. Kuku-kuku wanita itu menancap kuat-kuat di sana.

"Aku tidak melawan wanita." Suara Alpha tercekat. Lawannya justru tersenyum licik dan mencekik lehernya semakin dalam.

"Itu lebih baik," balas Isla.

Tangan Alpha berusaha menggapai senapannya. Rasanya untuk Isla adalah pengecualian. Dia bukan wanita, tapi iblis. Begitu tangannya mendapatkan senapan, Alpha memukulkannya pada sisi kepala Isla. Wanita itu limbung dan Alpha lekas berdiri. Satu tembakan mengenai lengan kanan wanita itu.

Isla berlari dengan mengarahkan ujung senapannya tepat pada Alpha. meskipun tidak tepat seperti yang Isla inginkan, tapi setidaknya mengenai salah satu lengan laki-laki itu. Isla kira Alpha akan kabur saat menaiki salah satu konveyor, tapi tidak diduga saat laki-laki itu justru berbalik dan melesat ke arahnya sambil menarik salah satu sabuk kenveyor.

Sensor tanggap Isla tiba-tiba buruk. Tubuhnya seperti terpelanting bebas dan lehernya dijerat tali ban oleh Alpha hingga membuatnya hampir tidak bisa bernapas. Kakinya berusaha menendang Alpha yang tersenyum di depannya seperti pembunuh berdarah dingin. Mungkin hanya butuh lima detik bagi Isla untuk mati jika saja tidak ada suara tembakan dan membuat lehernya bebas jeratan. Tubuhnya lemas seketika.

Long time no see, Alpha Major,” sapa suara yang dikenal Alpha dari salah satu tangga besi di ujung ruangan.

Alpha menghela napas jengah sebelum berbalik. Dia memutar bola matanya saat berhadapan dengan Fedrick. “Oh, kau kabur ya saat bosmu ditangkap?” tanya Alpha.

Fedrick membuang ludahnya sembarangan kemudian melompat turun. Dua pistolnya sudah membidik Alpha. Dia berjalan santai, melirik Isla yang sudah terkulai tak berdaya di belakang Alpha. “Lawanmu wanita?”

Alpha tersenyum miring, mengurai senapan laras panjang di bahunya. “Sudah ada penggantinya.”

Sepersekian detik, mereka saling melempar tembakan sambil sesekali bersembunyi. Laki-laki itu merunduk, bergerak di bawah selasar besi dan membidik kaki Fedrick, mengenainya telak membuat musuhnya menembaki sekitar dengan gegabah.

FLY BY NIGHT; ENCOUNTER [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang