[16] A Warm Time

314 36 27
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.




"Apa kau terbiasa memberikan kata sandi rumah ke sembarang orang?"

Suara Alpha mengejutkan wanita yang sedang berkutat dibalik kompornya. Dia sedang membuat makanan sederhana sebagai pengganjal perut. Rasanya tidak sopan sekali jika dia tidak menjamu seorang tamu larut malam yang baru saja kehujanan dan kedinginan.

"Ya?" Kepalanya sontak mendongak dan menemukan Alpha sedang menggosok rambutnya yang basah sembari berjalan ke arahnya. Senyum simpul terbit di bibir Alpha manakala melihat Freya melipat potongan roti berisi ham dan sayur segar.

"Kata sandi pintu. Apa kau terbiasa memberikannya pada orang asing?"

Air dalam teko kaca mendidih. Freya belum menaruh atensi pada pertanyaan Alpha. Dia sibuk menuangkan air panas pada dua gelas berisi coklat dan mengaduknya dengan telaten. Wanita itu mendorong satu gelas ke seberang meja untuk Alpha dan tersenyum.

"Aku tidak sembarangan memberikannya pada orang asing," jawabnya.

Dahi Alpha berkerut. "Begitu?"

Hah ... laki-laki tampan ini. Hanya dengan setelan kaos longgar warna hitam dan celana training saja masih tidak melunturkan pesonanya. Freya menelengkan kepala dan menatap Alpha lamat-lamat. Bagaimana bisa dia bertemu laki-laki sepertinya? Ralat, bagaimana dia bisa jatuh cinta pada laki-laki sepertinya? Jatuh cinta? Secepat itu? Dia memutari meja dan mengambil duduk di samping Alpha.

"Tapi kau bukan orang asing."

Satu kalimat yang mampu membuat Alpha membeku dan mengurungkan niatnya untuk meminum coklat panas. Kedua netranya mengunci objek cantik di depannya yang kini sedang melempar senyum. Rupanya, Freya jauh lebih pandai merayu daripada yang dia kira, bahkan tampak natural seolah tidak sedang melakukan apapun.

Pandangan Alpha jatuh pada tangan Freya yang mengadah padanya. Dia tidak mengerti apa yang hendak dilakukan Freya hingga wanita itu kembali membuka suara. "Ingin kubantu mengeringkan rambut?"

Dengan senyuman, Alpha menyodorkan handuk di tangannya. "Terima kasih."

Freya turun dari kursi, berdiri menghadap Alpha dan mulai menggosok rambut laki-laki itu. Ada gelitik geli yang mengerayapi tangannya saat anak rambut Alpha membelai tangannya. Halus dan lembut. Dia hanya memaku fokus pada rambut Alpha, mencoba tidak melirik laki-laki itu sedikit pun meski dia tahu Alpha tengah memandanginya sedari tadi.

Dari jarak sedekat ini, rasanya Alpha tidak bisa berhenti menahan senyum. Rupanya, Freya bisa salah tingkah akibat perbuatannya sendiri. Serius, Alpha tidak akan menyesal karena sudah kehujanan dan kedinginan. Besok-besok bisa diulang, batinnya. "Pipimu bersemu merah," gumam Alpha. "Cantik."

"Berhenti menatapku." Jika saja pengendalian dirinya tidak baik, dia sudah meremat rambut Alpha.

"Tapi aku suka," balas Alpha tak mau kalah.

FLY BY NIGHT; ENCOUNTER [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang