"Amira Diana Hamza, putri dari Edwin Hamza yang merupakan pemilik salah satu tambang minyak terbesar di Uni Emirat Arab. Edwin Hamza juga merupakan keturunan jauh Raja Khaled. Dia pengoleksi perhiasan dan batu zamrud." Sza memaparkan informasi untuk Jackson dengan iras serius.
Tunjukkan penawaran yang terbaik dan memikat maka siapapun pelanggannya pasti akan beli. Rasanya kalimat itu cocok disandingkan dengan nama Jackson.
Laki-laki itu sedang menarik kopernya usai melakukan perjalanan panjang dari LA ke Dubai. Kacamata hitam D-frame bertengger anggun di hidung mancungnya. Kaos putihnya tersembunyi di balik kemeja longgar bercorak lembut. Sedangkan kaki jenjangnya hanya dibalut celana jeans pendek di atas lutut.
"Mr. Jackson Van Rhou?" sapa seseorang menggunakan bahasa Inggris dengan logat khas Timur Tengah. Siapa pula yang mengajari pria itu mengeja namanya dengan amat sangat lengkap? Jika Jackson tidak ingat tujuannya kemari hendak menggaet salah satu keturunan jauh - yang entah sejauh apa - Raja Khaled, dia sudah yakin bogemnya melayang indah.
Jackson menurunkan sedikit kacamatanya kemudian tersenyum simpul.
"Saya Abidin, utusan dari Rixos Premium Dubai Hotel yang akan menemani Anda selama di sini," ucap pria bersetelan jas mahal itu.
"Good, thanks."
Pria yang menyambutnya tadi mengisyaratkan Jackson untuk mengikutinya ke arah mobil yang terparkir di depan bandara usai mengambil alih koperJackson. Dia tidak banyak bicara selain membukakan pintu untuk Jackson dan menyimpan koper di bagasi.
Selama di perjalanan, laki-laki itu memandang keluar sembari memikirkan apa yang akan dia lakukan dan bagaimana dia harus menyelesaikannya. Sza hanya memberinya profile singkat dan foto. Yah, meskipun Jackson akui targetnya kali ini lumayan cantik.
"Amira selalu berada di Rixos Premium setiap akhir pekan untuk menghadiri perkumpulan sosialita. Dia adalah ketuanya."
Jackson berjalan santai menyebrangi lobi hotel yang megah. Tangannya meraih segelas sampanye yang dijajakan oleh waiters, meneguknya cepat kemudian mengembalikannya. Laki-laki itu tidak peduli dengan penampilannya yang lebih mirip seperti hendak berlibur ke pantai.
"Kamar Anda, Tuan," tunjuk pria bersetelan kemudian menyodorkan sebuah kartu untuk Jackson. "Jika Anda butuh sesuatu, cukup panggil saya."
Jackson mengangguk sebagai balasan kemudian menutup pintu usai pria tadi keluar kamar. Dia membanting tubuh di atas ranjang kemudian memejamkan mata. Punggungnya seperti dipaksa untuk tegak selama berjam-jam meskipun dia bisa berbaring di pesawat. Sial sekali karena dia harus sendirian di sini.
Laki-laki itu melirik jam dinding dengan bingkai emas. Masih ada sisa waktu dua jam untuknya sebelum pesta pribadi milik Amira digelar.
"Dia tidak datang sendiri di pestanya, dia selalu bersama anaknya yang berumur lima tahun."
KAMU SEDANG MEMBACA
FLY BY NIGHT; ENCOUNTER [On Going]
Romance[ACTION] | Some part will be delete soon. Locked for stranger, follow first for reading. ACT. 1 - Saudade (Complete) ACT. 2 - Encounter (On Going) "Bisa aku mempercayaimu? Laki-laki yang dipegang adalah janjinya." Tidak seharusnya bertemu. Tidak seh...