Perlindungan seorang suami di tengah kebohongannya.
━━━━━━━━━━━━━━━━━━
"Maaf. Aku bohong." -Zavion Jefferson.
"Maaf. Aku sakit." -Leandra Archer.
#heerina
#ddeungromi
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"Saat mengagumi kebun orang lain, jangan lupa merawat bunga sendiri."
.....
[00:05]...
"Uh? Maaf." Maaf Zavion saat dia hendak menghidupkan mesin mobilnya. Leandra sudah duduk disampingnya.
"Maaf. Aku lupa kalau sekarang aku sedang dalam keadaan mabuk. Aku tidak bisa menyetir mobil. Sepertinya kamu harus dijemput oleh supirmu. Kamu harus pulang dengan aman." Lanjut kata Zavion.
"Maksud kamu... Kita, 'kan?"
Seketika Zavion terdiam. Arah matanya masih lurus menatap mata Leandra. Wanita itu, kenapa dia bersikap seperti ini? Membuat Zavion berpikiran, mungkin dia sedang mencoba mencuri hati Zavion.
Jika itu benar, seharusnya itu tidak masalah. Zavion juga sejak awal sudah berkeinginan ingin mencoba mencintainya. Tapi, kenapa Zavion memiliki sedikit dorongan untuk jangan benar-benar melakukannya?
Zavion merasa seperti ada yang aneh di dalam hatinya. Zavion seperti merasakan sesuatu. Tapi apa? Zavion tidak tahu. Zavion bingung. Zavion tidak bisa menebaknya.
Perasaan aneh ini, seakan membuat Zavion tidak mudah membuka hatinya untuk wanita lain, padahal Zavion sendiri merasa tidak sedang mencintai siapa-siapa. Tapi kenapa bisa-bisanya seperti ini?
Benar-benar membingungkan. Terkadang Zavion menyukai Leandra dan berpikiran ingin mencintainya di waktu yang sama, tapi tak lama kemudian pasti ada bisikkan dihatinya yang seolah memintanya untuk jangan benar-benar melakukannya.
Bagaimana jadinya jika perasaan Zavion akan terus seperti ini? Tidak bisa mencintai seorang Leandra Archer meskipun dia sangat ingin melakukannya.
Tidak akan menjadi masalah jika Leandra tidak serius perasaannya terhadap Zavion, tapi jika yang terjadi sebaliknya bagaimana? Bukankah ketika itu Zavion harus bertanggungjawab atas perasaannya?
"Zavion." Leandra memanggil pelan, berhasil memecahkan lamunan Zavion.
Zavion tersenyum untuk Leandra. "Hhm. Iya. Maksudnya, kita. Kita harus pulang dengan aman." Katanya.
"Kalau begitu, akan aku telepon supirku sekarang." Kata Leandra sebelum dia mengambil ponselnya didalam tas dompetnya. Zavion diam membiarkan.
Namun ketika itu, tiba-tiba Zavion memberikan reaksi seolah dia sedang di serang oleh sesuatu dikepalanya. Dia merasakan pusing dikepalanya.
Zavion yang tidak bereaksi berlebihan, membuat Leandra tidak langsung mengetahui tentang hal itu. Padahal pusing dikepala Zavion cukup menyakitkan.
Ini mengejutkan, sangat mengejutkan untuk Zavion. Bukan terkejut karena rasa sakitnya, tapi dengan adegan acak yang terlintas didalam pikiran Zavion saat rasa pusing dikepalanya itu masih terus menyakitinya.