Part 6

30.3K 1.1K 22
                                    

Aku memekik kaget, membuat tubuhku melompat dari tempat duduk saat kudengar suara berat itu di belakang telingaku. Aku mundur beberapa langkah kebelakang dan membelalak lebar melihat Bara yang sudah berdiri di belakang bangku panjang yang aku duduki tadi.

"K_Kau?" suaraku terbata-bata. “Bagaimana kau tahu aku ada di sini?” tanyaku sembari mengelus dadaku lagi. Baru saja aku bisa menenangkan jantungku, kini jantungku berdenyut lebih keras lagi. Laki-laki itu benar-benar membuatku sport jantung.

“Aku mengenal kampus ini lebih lama darimu, junior.” Jawabnya enteng sambil tersenyum geli melihatku yang terperangah.

Ah ya, tentu saja, gerutuku.

"Kenapa kau mencariku?" tanyaku memberanikan diri.

Bara mengitari bangku itu lalu duduk di atasnya dan menyandarkan punggungnya di sandaran bangku panjang itu. Wajahnya nampak tenang. Lalu ia mengalihkan pandangannya kesamping dan mengambil sebuah laptop yang ada di sisinya.

Ya Tuhan...bukankah itu laptop yang aku letakkan saat aku berusaha bersembunyi darinya?, teriakku dalam hati sambil menatap Bara yang mulai membuka laptopku.

"Jangan! Itu laptopku. Kau tidak akan mendapat apa-apa dari sana." Seruku gusar dengan menggerak-gerakkan kedua tanganku tanpa beranjak dari tempatku berdiri.

Bara tak mengindahkanku. Jarinya sibuk bermain di atas keyboard. Aku mulai gelisah. Isi laptop itu mungkin hanya berisi tugas-tugas kuliah, tapi itu sangat penting bagiku dan aku takut Bara akan menghapus semua fileku. Aku bergidik ngeri.

Membayangkan hal buruk itu, aku segera saja melangkah mendekati laki-laki itu tanpa ragu. Dalam pikiranku aku hanya tidak ingin ada yang mengutak-atik file yang ada di dalamnya. Lagipula aku malu karena laki-laki itu pasti melihat foto yang menjadi wallpaper di laptopku. Foto yang aku ambil saat kelulusan SMA, dengan seragam putih abu-abu yang penuh coretan. Disitu aku sedang tertawa dengan rambut keritingku yang basah. Aku dan teman-teman memutuskan pergi ke pantai usai pengumuman kelulusan. Tertawa bersama tanpa peduli kalau besok kami akan berpisah meneruskan hidup kami masing-masing. Saat-saat yang membahagiakan dan tak akan pernah aku lupakan.

Aku melangkah maju dan dengan cepat segera merampas laptopku, tapi kedua tangan Bara menahannya. Sempat terjadi tarik menarik untuk beberapa saat dan akhirnya aku mengalah. Saat aku menarik tanganku, aku sempat melihat bibirnya yang menyeringai, seperti menertawakanku. Bah, tentu saja aku tidak bisa mengambil laptopku, tenaganya dua kali lebih besar dariku, geramku dalam hati. Dan bibirnya itu, kenapa dia malah menertawakanku? Seperti anak kecil saja yang mainannya tidak mau direbut temannya, batinku mangkel.

Dan entah kenapa saat melihat bibirnya, ingatanku kembali pada kejadian malam itu. Wajahku berubah panas. Aku menggigit bibir bawahku sekilas.

"Sebenarnya apa yang kau inginkan?" Tanyaku gusar. Aku mundur lagi beberapa langkah menjauhinya, mengantisipasi kemungkinan kalau laki-laki itu berbuat nekat kepadaku.

Kini Bara menatapku dengan sedikit ramah. Aku sempat merasakan jantungku berdesir menerima tatapan yang tak biasa itu. Yah, tidak biasa. Karena biasanya tatapannya sangat tajam menghujam. Bahkan kali ini aku bisa melihat wajah Bara yang memang sangat tampan. Alisnya yang tebal sedikit tertutup oleh rambutnya yang menutupi sebagian dahinya. Rambutnya yang mencapai pundak bergerak-gerak tertiup angin. Kalau aku jadi fotografer, gambar laki-laki itu diambil dari sudut manapun pasti sangat menarik.

Aihhh!!!! Kenapa aku malah berhayal?

"Duduklah!" Perintahnya sambil menggeser tubuhnya ke samping, mempersilahkan aku duduk di sampingnya.

"A_Apa?" Tanyaku dengan mengernyitkan dahi.

"Kau tidak tuli, kan?" Katanya sambil menyipitkan matanya memandangku. "Atau kau takut padaku?" 

Saat rasa itu datangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang