Maaf...kalo lama update nya...
Tapi masih setia baca cerita ini kan? Terima kasih....
Seperti biasa, jangan lupa kasih vote dan komennya ya....
Happy reading............
&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&
Malam ini terasa begitu dingin, padahal hujan sudah berhenti sejak tadi sore. Aku merapatkan selimut hingga mencapai bahuku. Meskipun aku terbiasa hidup di sebuah kota yang dingin, tetap saja aku tidak kuat menahan hawa dingin setelah hujan, padahal aku berada di kota bersuhu panas.
Aku mendekap kedua lututku lebih erat lagi. Tugas dari bu Hanum masih separuh aku kerjakan, tapi rasa dingin membuatku berhenti mengerjakan tugas itu. Aku hanya menatap layar laptop yang masih menyala. Cursor yang berkedip-kedip menunggu jari-jemariku untuk mengetik lagi kalimat-kalimat yang akan aku kerjakan. Aku memejamkan mataku sebentar.
Tok! Tok! Tok!
Aku membuka mataku dan melirik ke arah pintu saat kudengar suara pintu diketuk. Waktu masih menunjukkan pukul 8 malam, dan aku rasa aku tahu siapa yang mengetuk pintu kamarku.
"Masuklah, pintu tak dikunci." seruku mempersilahkan seseorang yang telah mengetuk pintu kamarku.
Pintu itu terbuka sedikit dan menyembullah seraut wajah manis yang tersenyum padaku. Persis seperti dugaanku.
"Kau sibuk?" tanya gadis itu saat mata sipitnya melihat laptopku yang masih menyala. Aku menggelengkan kepala pelan lalu jemariku mulai bergerak untuk mematikan laptop. Untuk sementara aku sudahi mengerjakan tugas itu karena aku pasti tidak akan bisa konsentrasi.
"Masuklah." kataku lalu meletakkan laptop itu di atas lemari kecil di samping tempat tidur. Untuk beberapa detik aku merasakan tubuhku menggigil saat selimut yang sudah terasa nyaman di tubuhku merosot turun.
Gadis itu masuk dan tak lupa menutup pintu sebelum meletakkan pantatnya di atas ranjangku. Senyumnya tak pernah lepas dari wajahnya yang memang manis. Wajahnya adalah perpaduan antara Cina dan Jawa. Kulitnya sawo matang, namun matanya sipit seperti orang Cina pada umumnya. Rambutnya lurus sebahu dan bergoyang-goyang dengan indahnya jika kepalanya bergerak-gerak, mengingatkanku akan rambut milik Vanness Wu saat bermain di film Meteor Garden.
"Benar kau tidak sibuk?" tanyanya lagi memastikan. Aku menggelengkan kepala.
"Ada apa? Sepertinya kau ingin berbicara sesuatu denganku." tanyaku menebak dan gadis itu mengangguk pelan.
"Kau pernah jatuh cinta?" tanya gadis itu tanpa basa-basi dan membuatku terhenyak dengan pertanyaannya yang menurutku menggelikan. Dengan memasang wajah pura-pura sedih, aku menggelengkan kepala. "Kau tidak pernah jatuh cinta?" tanyanya lagi dan lagi-lagi aku menggelengkan kepala.
Jatuh cinta. Dua kata yang membuatku mengingat-ingat kapan pertama kali aku merasakan jatuh cinta. Sejak mengalami masa puber hingga aku kuliah, belum pernah sekalipun ada seorang laki-laki yang bisa membuatku jatuh cinta. Atau mungkin aku saja yang tidak mau terlibat dengan urusan cinta karena aku selalu sibuk belajar dan belajar. Ibaratnya, tiada hari tanpa belajar, dan tidak ada urusan dengan cinta dalam kamusku.
"Memangnya kenapa?" tanyaku kepadanya. "Apakah kau sedang jatuh cinta?" Pertanyaanku itu membuat wajahnya tiba-tiba saja memerah. Dan aku bisa menebak bahwa itu benar.
Aku menelengkan wajahku menatap wajahnya yang tersipu malu. Dia sedang jatuh cinta, pikirku.
Bola matanya melirikku malu-malu. "Aku benar-benar jatuh cinta kepadanya." bisiknya lalu menundukkan wajahnya yang tersipu.