Part 17

28.9K 1.1K 33
                                    

Aloha readers...............

Terima kasih yang udah pada setia dan mau bersabar nunggu author yang otaknya lagi buntu. Terima kasih buat votenya dan semua komennya. Maaf jika tidak bisa balas semua komen yg masuk. Terima kasih terutama buat readers yang udah kasih semangat huhuhu terharu banget. Aku juga akan berjuang secepatnya...BERUBAH!!! *loh!! kok jadi si baja hitam sih???*

Oke deh readers....just enjoy reading yaaaaaaaaaaaa

**********************************************

"Pulang, neng?"

"Iya pak?"

"Baiklah. Hati-hati di jalan ya?"

Suara langkah kaki itu makin mendekat. Jantungku sudah tak karuan detaknya. Baru kali ini aku merasakan kegugupan yang luar biasa. 

Dia sangat sederhana. Celana jeans dan kaos lengan panjang warna merah marun. Sebuah tas selempang bertengger di pundaknya. Dia masih seperti gadis-gadis remaja pada umumnya. Tak ada yang menyangka kalau otaknya sangat cerdas. Salah satu yang aku kagumi darinya.

Diapun ramah pada siapapun termasuk satpam yang ada di rumah Adrian yang menyapanya tadi. Tapi kepadaku dia selalu bersungut-sungut. Aku tersenyum mengingat pertemuan pertama kami dan pertemuan-pertemuan selanjutnya.

"Dara." Panggilku sembari keluar dari rerimbunan pohon sepatu di depan pagar rumah Adrian. 

Aku sengaja tidak masuk ke dalam, karena aku berniat memberi kejutan pada Dara. Sengaja aku memarkir mobil sedikit jauh. Bukan apa-apa. Tapi setelah mendengar pengakuan Adrian bahwa ia juga mulai menyukai Dara, membuatku sedikit waspada kepada sepupuku itu. 

Sepupuku itu memang tampan, dan gadis-gadis tidak akan menolak bila bersamanya. Meskipun aku tak kalah tampannya dari dia. Tapi untuk urusan Dara, aku tak mau Adrian merebutnya dariku.

Bah!! Bahkan pacaran dengannya pun tidak, kenapa aku merasa dia sudah jadi milikku dan aku takut orang lain merebutnya?

Gadis itu menoleh dan terkejut saat melihatku. Mata bulatnya itu lagi-lagi mengingatkanku akan Elena. Aku berusaha keras menghilangkan bayangan Elena darinya. 

Elena sudah pergi.

Dia adalah Dara. 

Dara bukan Elena.

Berkali-kali aku mengucapkan kata-kata itu dalam hati.

"K_Kau?"

Suaranya serak dan ada nada gugup di sana.

Dia memang berbeda dengan Elena dari sudut pandang manapun. Elena bak dewi dengan rambut panjangnya yang hitam dan kulitnya yang mulus seputih porcelain. Sedangkan Dara, tubuhnya mungil dengan rambut keritingnya dan kulit sawo matangnya. Dia tidak cantik. Tapi wajahnya sungguh manis, apalagi saat dia tertawa. Orang bilang, kalau cewek cantik lama-lama bosan juga melihatnya. Tapi kalau manis, dipandang berapa kalipun nggak bakalan membosankan. Benarkah?

Dara otaknya sangat cerdas, mulutnya tajam bila berhadapan denganku, dan dia terlihat lebih tegar dan kuat secara mental. Sedangkan Elena pribadi yang sangat rapuh, lemah lembut, dan membuatku merasa ingin selalu melindunginya.

Tapi aku harus benar-benar menentukan pilihan. Dulu aku berharap Elena akan kembali setelah segala traumanya hilang. Aku sudah bertekad untuk menerima dia apa adanya. Tapi yang aku dengar dari sahabat dekatnya, Elena tak akan kembali lagi. Dan aku perlahan-lahan mulai mengikis impianku.

"Aku mencarimu di tempat kos tapi di sana kosong. Kenapa kau tak memberitahuku kalau kau pindah?" Tanyaku sambil berjalan mendekatinya.

Dara mengerutkan dahinya lalu mendesah pelan. "Untuk apa aku memberitahumu.?"

Saat rasa itu datangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang