Vote nya jangan lupa!!
Happy reading ♡!
Kesadaran nya mulai kembali kala suara alarm dari ponsel nya berbunyi dengan keras, membangunkan Gilang dari tidur nya.
Meraba-raba kasur nya, mencari di mana ponsel itu berada.
Ah sialan, pantas saja suara alarm itu terdengar besar sekali, kerena ponsel Gilang berada tepat di bawah bantal nya.
Mematikan alarm itu, dia duduk di pinggiran kasur nya, mengusap-usap matanya. Kalau kata orang-orang, masih mengumpulkan nyawa.
Melirik jam di dinding, masih jam 04.30 pagi. Beranjak dari tempat tidur nya, berjalan menuju lemari lalu mengambil seragam sekolah nya.
Meletakkan seragam itu di atas kasur nya, lalu melipat selimut yang di pakai nya tadi, sedikit merapikan tempat tidur nya.
Gilang mengambil handuk dari balik pintu kamar nya, meletakkan handuk itu di pundak nya, lalu pergi keluar kamar, berjalan ke kamar mandi.
Saat hendak ke kamar mandi, Gilang melewati meja makan, ada sepiring nasi goreng di sana, juga segelas teh. Dan sebuah note kecil bertuliskan, "Bunda pergi duluan ke kantor, kamu sarapan ini".
Menghela napas nya, sudah terhitung tiga hari Gilang di sini, tapi belum juga barang sekali mendapatkan waktu hanya untuk sekedar makan di satu meja yang sama dengan Bunda nya.
Bunda nya terlalu workaholic.
Gilang bukan tak suka Bunda bekerja, dia hanya tak ingin Bunda nya itu sakit karena tak cukup beristirahat.
"Bunda sendiri, udah sarapan?" tanya nya pada kertas kecil itu, miris.
Ah, sudah lah.
Kembali berjalan ke kamar mandi, Gilang melanjutkan kegiatan nya.
Selesai shalat subuh, Gilang memakai seragam nya, lalu berjalan ke meja makan.
Duduk di kursi itu sendirian, perasaan hampa dan sepi itu kembali.
Membuat nya tak bernafsu untuk makan lagi, namun dia harus tetap menghargai masakan Bunda nya, menyuapkan sesendok nasi goreng itu ke mulut nya.
Rasa masakan Bunda memang tak pernah berubah.
Namun meski begitu, disini tetap saja sepi.
Gilang jadi merindukan suasana sarapan bersama Bibu dan Abah di Bandung.
Suasana nya selalu menyenangkan, Gilang tak harus makan sendirian seperti ini. Untuk sekedar tahu saja, Gilang benci sendirian.
Bola matanya kembali bergulir, menatap jam di pergelangan tangan nya, sekarang jam enam. Hendak melanjutkan makan nya, namun dia tak berselera.
Karena kesendirian yang dibencinya.
Berdiri, Gilang berjalan menuju ruang tengah tanpa menghabiskan sarapan nya.
Namun dia berpapasan dengan pembantu rumah nya, Bibi Lia nama nya.
Bibi Lia memang biasa datang pagi seperti ini, dan pulang pada sore hari nya saat semua pekerjaan selesai.
"udah mau berangkat Aa?" Bibi Lia bertanya pada Gilang sembari terus berjalan ke dapur.
Gilang mengambil kunci motor nya yang tergantung di dinding ruang tengah, "iya Bi" balas nya.
Bi Lia memang ramah, dia memanggil Gilang dengan sebutan 'Aa'.
Menatap meja makan, "aih si Aa ini sarapan nya gak dihabisin?" tanya Bi Lia menatap Gilang di ruang tengah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Halo Matahari! || Lee Haechan
Fanfiction- Halo Matahari, Halo Gilang! - ; Love Story, angst, parenting. Gilang Heksana Bagaskara. Punya arti matahari yang bersinar terang. Panggil aja dia Gilang, anak pertukaran pelajar. Pindah jauh-jauh ke kota yang asing sendirian buat belajar sekaligus...