9. Jo said, Good Luck!

184 51 20
                                    

Vote!!

Kemarin aku gak up ya? Maaf yaa. Sebagi gantinya.. bab ini lebih panjang, hitung-hitung dua bab di jadiin satu.

Happy reading ♡!

Sehabis mengantar Aruna pulang, Gilang langsung pulang ke rumah nya juga.

Turun dari motor nya, masih tersenyum mengingat akan seberapa malu Aruna kalau menyadari helm nya belum di lepas.

Mencabut kunci motor nya, memainkan nya sembari berjalan masuk hendak membuka pintu rumah.

Begitu di buka nya pintu itu, hampa terasa lagi, senyum nya pudar menggambarkan betapa sepi nya tempat yang seharusnya menjadi tempat ternyaman ini.

Tak lama atensi tetangga nya menarik perhatian Gilang, seorang anak SD pulang dari sekolah nya, di sambut senyum hangat dari ibu nya.

Lucu bukan? Iri pada anak kecil itu lebih dari sifat kekanak-kanakan. Gilang tau itu, namun heran nya dia tetap cemburu pada anak itu.

Tersenyum remeh, Bunda di kantor bagaimana bisa menyambutnya pulang. Masuk ke dalam rumah lalu menutup pintu nya, "udah pulang Aa?" sambut Bi Lia.

Ah iya, Gilang lupa masih ada Bi Lia yang akan menyambut nya. Setidak nya seulas senyum hanya untuk Bibi saja cukup.

Mengubah ekspresi letih nya menjadi senyum yang cerah, Gilang menyapa nya "soree Bibiii!!!" ucap nya manja.

"aduh-aduh jangan gitu Aa, anak bibi yang masih SMP kalah ini gemes nya sama Aa kalau gitu" tawa Bi Lia.

Mendengar itu, senyum Gilang semakin dibuat nya merekah, "Bibi udah ada anak?" tanya nya sembari mengikuti Bi Lia berjalan ke ruang makan.

"udah atuh" jawab nya, Bi Lia menyuruh Gilang duduk di meja makan sembari dia mengambil lauk yang tadi habis di masak nya dari dapur.

"di mana? kapan-kapan ajak ke sini dong Bi! Nanti main sama Gilang, biar gak sepi-sepi amat nih rumah" kata-kata santai Gilang membuat pergerakan Lia tercekat.

Perkataan singkat yang entah bagaimana bisa Lia rasakan sakit nya bagaimana.

Setelah mendengar kalimat terakhir dari anak ini, tak lama Lia kembali tersenyum lalu meletakkan lauk itu di atas meja makan, "yah gimana atuh Aa, anak Bibi nya di kampung" balas nya.

"yah" balas Gilang, dia mengambil tempe goreng itu lalu memakan nya, "ganteng gak Bi?" tanya nya lagi.

"ganteng dong!" lalu mereka tertawa.

"segini aja nasi nya?" tanya Bi Lia, "Gilang bisa ambil sendiri" tolak Gilang.

"gak apa-apa Bibi aja yang ambilin" meletakkan piring itu, menyuruh Gilang makan, Lia menemani anak itu duduk juga di meja makan.

Karena Lia tau anak ini tak akan berselera makan kalau sendirian, lebih baik dia menemaninya.

Di tengah-tengah makan nya, Gilang tiba-tiba bertanya pada Lia, "udah berapa lama Bibi ninggalin anak Bibi di kampung?" tanya nya.

Awalnya Lia terkejut mendengar pertanyaan anak majikan nya ini, "mungkin sekitar.. tiga tahun?" ucap nya.

"mau liat dong foto nya, ada gak?" tanya Gilang.

"ada, sebentar" Lia mengambil ponselnya, lalu kembali duduk, "ini, ganteng kan?" tanya nya.

"iya, ganteng buangett ini mah!" tawa Gilang.

"bisa aja!" Lia tertawa memukul kecil bahu Gilang, dia memperhatikan foto anak nya lagi.

Lama kelamaan entah mengapa yang keluar bukan hanya senyum lagi, namun juga air mata. Gilang yang melihat itu, tersenyum.

Halo Matahari! || Lee HaechanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang