.
.Senin pagi yang cerah tak dapat membuat hati Minho cerah, motor kesayangannya mogok tak dapat dinyalakan. Ia menghembuskan nafas pasrah, ini sudah pukul 6 padahal ia mempunyai jam tambahan pukul 6 lebih lima belas menit.
"Pepes anjeng"
Ia kembali mengotak atik busi Vespanya. Namun nihil, motornya tak dapat menyala. Minho menghela nafas kasar dan mengelap keringat yang mengalir di keningnya.
"Loh lo blom berangkat bang?"
Hyunjin keluar rumah mengenakan pakaian Seragam lengkap, ia berjalan menuju kakaknya yang tengah kesusahan.
"Lo ga liat?" Jawab Minho sinis sembari melepas topi berwarna creamnya. Dan menggunakannya untuk mengipas tubuh berkeringatnya.
"Widih. Makin cakep nih Abang gue"
"Bacot! Kemaren aja ga belain gue di depan Jingga. Malah ngebiarin gue di tonjok. Udah sana, Jan ganggu gue"
Sang bungsu menghela nafas kasar, ia akui ia memang salah. Namun ia merasa tak terima jika pujaan hatinya disindir sindir, dan ia juga tak terima bila Minho masih berusaha mendekati Jingga.
"Maap. Nih pake motor gue. Gue mau jalan kaki bareng Jingga. Bye bang"
Minho menerima kunci yang diberikan adiknya. Sebenarnya ia tak mau menerima pertolongan Hyunjin namun bagaimana lagi, jam sudah menunjukkan pukul lewat sepuluh menit. Mata kucingnya menatap punggung Hyunjin yang berjalan menjauh.
Ia segera menyambar tas, masker dan helm bogo kesayangannya dan menaiki motor adik semata wayangnya itu.
"Buset, gila ni motor"
Broom broom
Minho tertawa mendengar suara motor milik adiknya yang sangat berbeda dengan motornya. Tawanya menghilang setelah ia tak sengaja melihat ke arah jam tangannya.
"Mati gue anjing"
.
..
.Setelah bertarung dengan aspal, akhirnya Minho sampai di sekolah dengan selamat. Sayangnya, ia terlambat lima menit.
"Pak ayolah cuma lima menit loh pak"
Pak Bambang selaku guru matematika yang terkenal sangat killer di sekolahnya tak mengizinkannya masuk.
"Kamu ini! Sekali saya bilang ngga ya tetep ngga. Budek kamu?! Itu topi sama masker lepas dulu! Ga ada sopan santunnya!"
Minho terdiam, ia malu akan rambutnya yang telah ia pangkas. Ia lebih percaya diri dengan rambut gondrong nya.
Set
Pak Bambang dengan kesal melepas topi cream dan masker secara bersamaan. Minho tak peduli dengan adik tingkatnya yang tengah mengerubungi mereka.
"Anjir bang Digta anjir. Ganteng banget anjir"
"Ya Allah itu kakel yang gondrong itu?"
"ANJIR DIGTA!!"
Puluhan pasang mata menatap kearah Minho tak terkecuali pak Bambang. Hal itu membuatnya menjadi sedikit salah tingkah, ia tak pernah di puji hingga seperti ini berbeda dengan adiknya.
"Wah Pradigta. Sudah saya duga, kalau kamu itu ganteng sebenarnya. Namun hal itu tak membuat saya mau memasukkan kamu ke kelas tambahan saya. Sekarang pergi ke lapangan, kutip semua sampah disana! Cepetan keburu upacara dimulai!"
Minho memakai kembali topinya dan berjalan menuju lapangan yang terletak tepat di belakang sekolahnya. Ia mulai mengutip sampah yang di buang sembarangan oleh pihak yang tidak bertanggung jawab. Matanya tak sengaja melihat kearah dua sejoli yang tengah bercanda ria di sepanjang jalan menuju ke sekolah.
KAMU SEDANG MEMBACA
J I N G G A (Minsung) End
Fanfiction'Bangsat, anak senja babi. Pen gue gundulin tuh rambut anjing!' - Jingga Rembaka . . . . . . End