XVI

266 42 7
                                    

Saat motornya memasuki halaman rumah, hari sudah sore sepenuhnya. Cahaya matahari sudah mulai memasuki peraduannya, saat seperti ini adalah saat saat yang Minho sukai ia biasanya akan duduk di jendela kamarnya yang menghadap ke barat, ditemani secangkir kopi hitam dan sepuntung rokok. Namun kali ini tidak, ia merasa sangat lelah dan mengantuk entah kenapa.

"Ngantuk bangsat, bisa bisanya gue ngantuk padahal tadi udah tidur lama."

Setelah melepas sepatu, ia berjalan menuju ranjangnya dan memilih merebahkan diri.

"Sepi bener"

Minho perlahan memejamkan matanya, rasa kantuk yang sedari tadi ia tahan pun akhirnya menang, ia tertidur pulas.

Ia terbangun pukul setengah sepuluh, tak terasa ia telah tertidur selama 5 jam lebih. Minho terduduk dan diam untuk mengumpulkan nyawanya.

"Anjing sia, gue kaga sholat Dhuhur Ashar sama Maghrib jancok"

Minho bergegas bangkit dari duduknya dan berlari menuju kamar mandi untuk mengambil air wudhu, kemudian menunaikan shalat Isya.

"Ya Allah maapin hamba mu ini telah melupakan tiga sholat hari ini. Tapi hamba mohon ya Allah lancarkan ujian Hamba mu ini ya Allah. Hamba taubat demi ujian tiga hari lagi ya allah, kalo misalkan ga lancar nih ya saya juga ga merasa sia sia udah taubat, ternyata enak nyambat sama allah. Ya Allah pokoknya semoga ujian Senin depan lancar. Aamiin"

Ia melepas sarung yang ia pakai dan menggantungnya di palu yang tertancap apik di dinding. 

"Hape gue mana dah"

Minho berjalan menuju kamarnya dan menyisir seisi kamar untuk mencari keradaan ponselnya.

"Disini tenyata"

Ia menemukan ponsel retaknya di bawah bantal kumal, betapa terkejutnya ia saat mendapati puluhan panggilan tak terjawab dari ketua RT desa sebelah. Ia menjadi khawatir tak biasanya calon mertua nya itu memyepam panggilan kepadanya. Dengan rasa penasaran ia menelpon balik

"Assalamualaikum om. Ada apa ya om?"

Di seberang sana terdengar bunyi klakson dan kendaraan yang berlalu lalang, mungkin sang mertua tengah berada di jalan.

"Akhirnya kamu angkat, Dig kamu tau Jingga dan pacarnya kemana? Sudah jam segini kok belum pulang. Jingga udah om hubungi tapi hapenya mati dan om gapunya nomor si Adit. Ini om lagi cari mereka"

Minho membulatkan matanya, ia tersadar jika adiknya belum pulang juga. Ia khawatir kejadian beberapa bulan yang lalu terulang kembali.

"Iya om. Saya bakal bantu om nyari mereka, om tenang aja oke?"

Dengan panik ia segera berlari keluar dan mengunci pintu rumahnya, ia menaiki Vespa kesayangan yang masih terparkir apik di halaman.

Ia memacu motornya dengan kecepatan tinggi, di otaknya hanya ada satu tempat yang mungkin adiknya kunjungi. Bawah flyover.

Jantungnya berdegup kencang saat melihat banyak mobil polisi dan pemuda pemuda ramai memadati bawah fly over tersebut. Ia mencoba masuk ke kerumunan itu. Hatinya mencelos, benar saja dugaannya.

Ia melihat adiknya dengan tangan yang diborgol digiring menuju mobil polisi, melihat adiknya diborgol ia berlari menghadang untuk menanyai apa yang di lakukan sang adik.

"Pak! Berhenti dulu pak! Itu adik saya mau di kemanain pak!"

Hyunjin membulatkan matanya terkejut saat mendengar suara kakaknya, ia merasa sangat ketakutan saat ini. Polisi yang membawa Hyunjin tak mengindahkan pertanyaan Minho dan memasuki mobil polisi. Sehingga polisi lain menjawab pertanyaan Minho

J I N G G A (Minsung) EndTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang