XV

259 41 8
                                    


Genggaman tangan Minho dan Seungmin terlepas, yang lebih tua menoleh dan mengerutkan keningnya. Matanya memandang adik tingkatnya ini dengan penuh tanya.

"Apa? Lo suka sama gue?"

Mendengar hal itu, membuat Seungmin terkejut. Matanya membola, ia merasa ia telah berbisik tetapi mengapa Minho mendengar nya. Ya Tuhan, ia sangat malu sekarang. Ia hanya bisa menggelengkan kepalanya.

"Lo pikir gue budeg. Gini ya yu, gue gamau nyakitin hati Candra, dia sayang banget sama lo. Kalo lo udah gamau sama Candra, lo bisa cari yang lain, jangan gue yu. Lo cakep yu, lo bisa menarik perhatian cowok lain dengan pesona lo"

Mata Seungmin memanas, baru kali ini dirinya tertolak secara terang terangan. Untung saja kelas Minho tengah sepi hanya terdapat mereka berdua jadi ia tak merasakan malu yang berlebihan.

"Apa gara gara Jingga?"

Minho menghela nafas perlahan, matanya memandang kearah lain. "Bukan, gue cuma mau fokus sama Ujian gue dulu yu. Udah jangan nangis, nanti Candra berpaling loh. Kita kan masih bisa sahabatan kek gini"

Lelaki bermata kucing itu menghapus air mata yang mengalir di pipi Seungmin. Ia tersenyum sendu, ia tak mau menerima Seungmin karena ia tak ingin adik kelasnya itu terluka.

"Ih Digta mah. Lo udah di tunggu guru BP loh, gue mau ke kamar mandi dulu" ujar Seungmin dengan kepala yang menunduk menatap tali sepatu nya.

"Iya, janji jangan nangis ya yu. Tetep jadi Bayu cerewet yang gue kenal"

Setelah mendapat anggukan dari adik kelasnya, Minho berlalu menuju tempat adiknya berada. Ruang BP.
.
.
.
.
.
.

"Sekarang jelasin ke gue, kenapa lo bisa berantem sama Juna. Udah tau Juna anak Silat masih juga dilawan."

Mereka tengah berada di ruang keluarga, Hyunjin di pulangkan karena ia mendapat lebam yang cukup banyak di wajahnya. Ia pulang dengan diantar oleh kakaknya, di tengah perjalanan ia mendapat cercaan pertanyaan dari mulut Minho.

"Si Juna tuh bang, katanya suka sama Jingga. Yaudah gue tonjok aje mukanya. Bisa bisanya dia bilang gitu di depan mata gue"

Minho menghela nafas "lo pikir pas lo bilang kalo lo suka sama Jingga, gue terima gitu aje? Salah. Dalem hati gue, gue pen nonjok muka lo. Tapi gue sadar nyakitin fisik seseorang ga akan buat segalanya berubah seperti yang lo mau."

Hyunjin tertegun mendengar ucapan kakaknya yang terdengar sangat dewasa, kakaknya ini bisa mengendalikan emosi dengan baik. Jika dia diam saja maka emosinya tengah memuncak.

"Iya bang, gue janji ga akan berantem lagi. Tapi jangan laporin ke papah sama mamah ya bang" ucapnya dengan raut wajah dibuat sememelas mungkin.

"Ga janji, papah sama mamah pulang hari Senin. Lebam di wajah lo kudu lo ilangin sebelum mereka pulang. Udah, gue mau balik ke sekolah dulu."

Minho bangkit dari duduknya namun saat ia ingin melangkah ia ingat sesuatu "Jingga mana? Pacarnya lagi bonyok kek gini kok ga dirawat."

"Jingga ga masuk sekolah tadi, Demam."

Mendengar penjelasan adiknya, ia menganggukkan kepala dan berjalan menuju teras.

"Lah anjing, gue ke sekolah naik apa. Tadi kan gue kesini pake motor Adit, kalo gue bawa motor Adit ke sekolah lagi ntar pas pulang gue bawa dua motor dong. Masa iya gue harus jalan kaki, jauh anjir."

Tak ada pilihan lain, ia harus berjalan agar sampai ke sekolah. Jarak rumah hingga sekolahnya lumayan jauh jika ditempuh tanpa menggunakan kendaraan apapun.

J I N G G A (Minsung) EndTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang