Pria itu datang. Langkahnya mengendap-endap dibelakang seorang wanita muda , tak menyadari keberadaannya.
Keadaan makin sepi, di atas mereka ada rel kereta api.
Buuk....
Pria itu langsung menyergap, membengkap mulutnya.
Argh... Tolong.. jangan.
Wanita itu berteriak saat kereta lewat. Pasti pria itu sengaja menunggu kereta lewat untuk menyamarkan teriakan korbannya.
Wanita itu pingsan, langsung digotong menuju sebuah terowongan di bawah jembatan yang sepi. Keadaan sekitar gelap, pekat. Bulan enggan muncul.
Waktu menunjukkan sudah larut malam, gerimis turun perlahan. Penyergapan dilakukan didepan gedung terbengkalai. Tidak ada cctv yang akan menangkap keberadaaan mereka.
Semua sudah direncanakan. Pasti pelakunya sudah sering melakukannya.
Pemburu telah mendapatkan mangsa yang tepat. Sebentar lagi wanita itu akan mati. Setelah sebelumnya disiksa dan diperkosa.
.
.
.
*****
Aku menyembunyikan diriku dari pengelihatannya dalam kegelapan di gang sempit ini. Mengawasi setiap gerak-geriknya. Dia adalah calon korbanku. Sebagai seorang 'pembersih' profesional. Sebelum menargetkan mangsa. Aku akan mengawasi mereka secara seksama.
Kebiasaan target, dari makanan, kapan keluar rumah, tempat bekerja, teman-temannya dan sebagainya. Untuk mengatur waktu yang tepat saat beraksi. Orang itu juga bagian dari pengamatanku, sebulan lebih mengawasinya. Aku sudah menemukan waktu yang tepat untuk menjalankan aksiku.
.
.
.
.
.Aku menarik napas panjang saat mengetahui tujuannya menuju tempat terpencil ini. Pria ini ternyata juga pembunuh, mungkin pembunuh berantai. Aku tak tau.
Sempat mencari info tentang kota kecil ini. Beberapa info yang muncul, memberitakan ada beberapa kali pembunuhan yang menargetkan wanita.
Dan tak kusangka, pria ini orangnya. Seketika aku merasa lebih hebat daripada polisi.
Tapi aku membenci pria ini. Jika aku 'membersihkan' untuk uang, kuanggap ini hanya pekerjaan. Pembunuh berantai seperti dia, hanya melakukan pembunuhan untuk kesenangan.
Dia tak tau ada orang yang melakukannya secara terpaksa karena membutuhkan uang, kadang demi keselamatan diri sendiri.Aku menimbang-nimbang pistol ditanganku, menghitung jumlah peluru tersisa.
Satu.. peluru.. selamatkan wanita itu.
wanita itu tak berteriak lagi, apa dia sudah mati. Aku masih berhitung.
dua.. peluru... tidak usah selamatkan wanita itu
tiga.. peluru.. selamatkan wanita itu
Aku menyalakan rokok, cahaya pematik api akan menampakkan keberadaanku. Apa lelaki itu tidak sadar.
empat.. peluru.. tidak usah selamatkan wanita itu
.
.
.
.
Door...
Sebuah peluru menghantam, tepat mengenai sebuah lampu jalan. Pria yang tadi sedang mengotong wanita menuju gorong-gorong, berlari ketakutan.
KAMU SEDANG MEMBACA
KILL IT [END]
Fanfiction"Selamatkan aku", Kata gadis itu, apa aku tidak salah dengar? Gadis ini cantik tapi ini bertentangan dengan pekerjaanku. Aku bukan penyelamat tapi malaikat maut untuk dia. Sesuai pekerjaanku sebagai.... Pembunuh bayaran. Konflik sang pembunuh bayar...