"Si nada nos salva de la muerte, al menos que el amor, nos salve de la vida"—Pablo Neruda
"If nothing saves us from death, at least love saves us from life."
-----Tae Young POV
Dihadapanku mengenakan lingerie putih sebatas paha. Wangi dari lilin aroma terapi, untuk mendukung suasana. Semua lampu dinyalakan, ckck dia masih takut kegelapan.
Ada rona merah menyebar di pipinya, sambil menutupi bagian dada dengan tangan. Istriku yang pemalu. Berarti dia benar istriku, bukan tertukar dengan bidadari.Berhasil membuatku bengong melongo melihat pemandangan menakjubkan itu. Botol champagne dan bungkus makan malam kami, hampir terjatuh dari tanganku.
"Apa aku cocok memakainya?" tak perlu ditanyakan. Ia cantik bahkan tanpa perlu berusaha. Aku mengangguk antusias dan terkekeh, sebagai jawaban.
Jika suami tak mengatakan istrinya cantik di situasi ini, 1) perlu dicek matanya, 2) perlu dicek kadar cintanya.
Sang Mi selalu menarik di mataku, kecantikannya tak pernah gagal membuatku terpana. Benar kata Jae Su: aku bajingan yang beruntung!
"Raawr.." menirukan suara singa. Siap menerjangnya.
Hampir terjatuh saat melepaskan sepatu. Secepat kilat merangkul pinggang dan mengangkat betisnya. Ia melingkarkan tangan di bahuku. Mengendongnya ala bridal style melewati kamar.
"Aku lapar," kata Sang Mi.Aku mendesah kecewa, langsung menurunkannya.
Menarik napas panjang sambil tetap tersenyum semanis mungkin.Kaca memantulkan bayangan senyumanku, lebih mirip seringai mengerikan. Heei.. monster, singa apapun itu dalam diriku, santai saja!
Wanita ini takkan kemana-mana.Sejak membeli baju itu, aku memang penasaran setengah mati, bagaimana jadinya lingerie itu di tubuhnya. Sekarang jawabannya terpampang nyata. Intinya bersabar, cinta tentang kesabaran. Maka bersabarlah sedikit lagi.
Aku menyantap rissoto dan istriku memakan pasta. Selama makan malam mataku tak bisa lepas dari kain yang tak mampu menutupi kaki jenjangnya. Bahan renda menerawang dibagian dada dan pinggangnya tak mampu menutupi semulus apa kulitnya. Aku sudah melihat setiap jengkalnya, namun perasaan tak pernah puas selalu muncul.
Tinggal memakan dessert creme brulee. Sendok makannya terjatuh, ia perlu menunduk untuk mengambilnya, terlihat belahan dadanya, potongan baju yang terlalu rendah tak mampu menutupinya. Menganggu konsentrasi makan. Keinginan menjadikan Sang Mi pencuci mulut, makin menggebu-gebu.
Tanganku melepaskan 3 kancing kemeja teratas.
"Hyaa.. kenapa kau buka baju" protesnya. Kancing kemeja hitam terbuka semua.
"Gerah!"
"Hari ini sejuk suhu udara 25 derajat."
"Aniyoo.. hari ini panas sekali." melanjutkan membuka celana.
"Heuum.. Pakai baju yang benar."Aku mendekatinya secepat kilat, mengangkat dagunya hingga mata kami bersitatap." Itu karena bajumu dari tadi menganggu!"
Sang Mi hanya tertawa terkikik. Senang sekali dia mempermainanku
Aku memeluknya erat, memeluk pinggang dan kakinya dengan mudah mengangkatnya ala bridal style. "Woow.. haha.. Tae Young pelan-pelan.." dia tertawa terkikik. Cukup sudah. Sedari tadi dia hanya mengoda dan bermain-main.
Sambil merangkul paha Sang Mi, aku meletakkannya perlahan di wastafel kamar mandi. Ooh.. Sang Mi. Maafkan suamimu yang tidak sabaran ini. Menjilat nadi yang berdenyut liar di lehernya.
"Aaah.. Tae Young.. " Dia mengerang, tapi tak menolak perlakuanku. Malah mulai membalas menciumi bibirku. Mulutku bertemu dengan mulutnya lembut, panas dan basah, lidahnya menjilat lidahku.
KAMU SEDANG MEMBACA
KILL IT [END]
Fanfiction"Selamatkan aku", Kata gadis itu, apa aku tidak salah dengar? Gadis ini cantik tapi ini bertentangan dengan pekerjaanku. Aku bukan penyelamat tapi malaikat maut untuk dia. Sesuai pekerjaanku sebagai.... Pembunuh bayaran. Konflik sang pembunuh bayar...