POV Sang Mi
Tae Young baru selesai mandi, rambutnya ikal terlihat basah. Mengalungkan handuk kecil di leher, tanpa memakai atasan. Aroma kesturi tercium, terasa lengan melingkar dari belakang .
"Masak apa?" Tae Young berbisik di telinga, jelas terdengar, dagunya menempel di bahuku.
Aku tak menjawab, membalikkan badan. wajah kami berhadapan. "Tentang semalam.. aku.."
Dia mendekat, memberi kecupan kilat, 4-5 detik. Diakhiri gerakan canggung sambil garuk-garuk
kepala. "Maaf ya, keterusan."Aku tertawa dalam hati, lucu banget orang ini. hanya bisa tersenyum dan berkata, "gwenchana."
Lalu Tae Young membalas dengan muka lempeng, "Kalau begitu. Kapan-kapan boleh diulangi lagi ?"
Gimana coba menghadapi laki-laki yang baru mencium kita pertama kali, lalu keterusan lagi pagi harinya. Tanpa berdosa ngomong dengan muka lempeng serius gitu?
Bukan dengan senyum-senyum menggoda. Benar-benar datar, dengan nada flat tone. Ekspresinya membuatku gemas tak jadi protes.
Tak tau harus menjawab apa, menyenggol pinggangnya, "Pakai baju sana, lalu sarapan."
"Iya.. iya," baru berjalan beberapa langkah. Tae Young mencuri ciuman lagi, tepat di bibir.
"Tae Young!" tegurku.
Dia hanya tertawa-tawa sembari masuk ke kamar.
Mau tau rasanya, setelah dia menciumi ku bertubi-tubi. Dada rasanya bergemuruh , kepala terasa pusing. Tidak ada yang pernah mengatakan kepada ku, bahwa mencintai seseorang akan begini rasanya. Mau mati rasanya.
Tanpa direncanakan, tanpa jeda, tanpa terbata-bata. Ternyata begini rasanya jatuh cinta.
.
.
.
.
.
Setelah seharian berusaha menghindarinya. Membiarkan Tae Young sarapan sendirian, berpindah tempat ketika dia mendekat. Sampai ia menyibukkan diri di dark room. Membuka lemari dan kulkas, kosong. Persediaan makanan kami menipis. aku harus mengalah, mendekati dan mengajaknya berbelanja bersama.
Aku sudah benci keadaan merepotkan dan bergantung padanya. Kapan pelarian ku ini akan berakhir.
Berjalan-jalan di beberapa toko, berbelanja bahan makanan. Memperdebatkan makan malam ikan atau daging malam ini. Tae Young mulai mengeluh tangannya pegal karena membawa belanjaan.
"Lelah yaa, tunggu diluar, nanti kita beli es krim." bujukku. Mengelus kepalanya, matanya langsung berbinar-binar, bagai anak anjing. Mudah sekali membujuknya.
Tae Young menunggu di luar toko sembari mengunyah es krim. Satu tangan mengemut es krim, dan tangan satunya membawa belanjaan. Aku benar-benar seperti ibu membawa anaknya ke pasar. Lalu menghadiahkan eskrim sepulang berbelanja karena bocah itu bersikap baik dan menurut.
"Ayook kita pergi.." ada 3 batang stik bekas es krim, dibawah kakinya. "Kau sudah habis berapa?!" tegurku, percis ibu memarahi anaknya karena terlalu banyak makan es.
Ditanggapi tampang tanpa dosa,"Aku membelikanmu." menyodorkan satu stik es krim langsung ke mulutku. Sogokan agar aku diam.
Tae Young mendekat memandangku lekat, "Ada noda es krim di bibirmu." aku mengarahkan jari,
Meraba bibir bagian lain "Aiih.. bukan disana."ujarnya frustasi.
KAMU SEDANG MEMBACA
KILL IT [END]
Fanfiction"Selamatkan aku", Kata gadis itu, apa aku tidak salah dengar? Gadis ini cantik tapi ini bertentangan dengan pekerjaanku. Aku bukan penyelamat tapi malaikat maut untuk dia. Sesuai pekerjaanku sebagai.... Pembunuh bayaran. Konflik sang pembunuh bayar...