KILL IT - 07

530 76 20
                                    

"Tidak mau!" Dia langsung menutup matanya, melihatku sudah siap mandi.
"Tapi aku mau mandi." Menariknya menuju shower.
"Aakh... apa kau tak malu??" Dia masih menutupi matanya

Aku mengabaikannya.  Memulai kegiatan menyabuni badanku, sedangkan dia masih berbalik badan dan menutup mata. Kesulitan saat ingin mengosok bagian punggung. 

"Bisa gosokkan punggungku, tenanglah aku masih memakai celana." Dia membuka matanya, "Kalau kau tidak keberatan." menambahkan, sambil menyerahkan  sabun cair dan handuk basah, dengan  enggan mulai mengosok punggungku secara perlahan.

"Pekerjaanku dulu perawat." jelas Sang Mi. 

"Dimana?" Mulai sedikit terbuka aku mengajukan pertanyaan lain.

"Pernah di Panti Jompo dan tempat rehabilitasi narkoba." Aku langsung menegok, dia terlihat terkejut bertanya kenapa, "Itu pekerjaan berat." menjadi perawat  panti jompo tidak buruk, menjadi perawat panti rehabilitasi itu mimpi buruk. Dia mungkin bertemu orang sakit yang jahat.

"Apa kau pecandu juga? Banyak pencandu yang menyembunyikan bekas suntikan dibalik rajah tatto."

Aku mengeleng. Dulu iya aku memakai obat. Sejak melihat temanku tergelepar karena overdosis, aku berhenti. 

"Kau pernah mencoba pekerjaan lain?"

"Bodyguard," bisa terlihat dari badanku, tinggi dan besar, sengaja melatih otot untuk bekerja. "Lalu aku dipecat, karena lebih tampan dari artisnya." 

Perkataanku itu membuat dia tertawa. "Aku setuju kau tampan, badanmu.. juga bagus." beruntung aku membelakanginya, menutupi wajahku yang semerah kepiting rebus, "Apa airnya terlalu panas? Kupingmu memerah."

"Aniya.." Kupingku merah karena ucapannya tadi. Lelaki agak lemah dengan pujian. 

Byuur

Aku menyiramkan air keseluruh tubuhku.  Menyelesaikan kegiatan mandi.  Meminta dia mengosok badanku adalah ide yang buruk.

.

.

.

.





Dia memilih menyikat gigi dan mencuci mukanya saja. Tersenyum kecil dengan tingkahnya memamerkan gigi sendiri seperti bocah delapan tahun di depan kaca tiap kali ketika selesai menyikat gigi. Ada sikat gigi dan sabunnya disebelah milikku.  Ini lucu, kami benar-benar terlihat seperti pasangan pengantin baru yang  biasa melakukan kegiatan sehari-hari bersama. Sayang ini semuanya tidak nyata.

Aroma wangi sampoo memenuhi indra penciuman.  Kepala Sang Mi menunduk di wastafel, mulai mencuci rambut hitam panjangnya, terlihat sedikit kesulitan. Aku inisiatif membantu meratakan shampoo, memijat rambut dan kepalanya. 

"Cukup, tolong air,"  Perintahnya untuk membasuh,. menyiram kepalanya dengan perlahan, mengambil handuk untuk mengeringkannya. Rasanya seperti setengah memandikan dia.

Meraih kunci borgol di kantung celana, dia tersenyum, mungkin berpikir aku akan melepaskannya. Dia aku tipu, karena sebelah borgol itu dikaitkan di tiang shower. "Mandilah, akan aku ambilkan bajumu," raut kecewa tergambar dari wajahnya. Raut bahagia terlihat di wajahku, akhirnya mengetahui ukuran baju luar dalam.

.

.

.

.

"Aku tidak bisa memakai baju, jika tanganku terikat di tiang begini," Protesnya saat aku masuk memberikan bajunya. Hanya handuk putih besar melingkari badan polosnya.

KILL IT [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang