Bab 7. The Story of a Boy Who Won the Lottery

57 10 43
                                    


Sepiring sup hambar, sepotong roti, dan satu iris apel dengan daging yang sudah berubah cokelat dan mengerut.

Krov, delapan tahun, memandangi makan malam terbaiknya dalam satu tahun terakhir.

Tinggal di sudut terpencil City of Ruse, tidak banyak yang bisa dilakukannya untuk mengisi waktu. Bagi keluarganya yang miskin, jarang ada kesempatan untuk duduk menikmati makan malam bersama. Ekonomi begitu menyulitkan sehingga mereka harus bekerja di beberapa tempat yang berbeda dan tentu saja dengan waktu pulang berbeda pula.

Krov berlari kecil ke atas bukit yang dikenalnya seperti telapak tangan sendiri, baki berisi makan malam dibawa hati-hati. Dinginnya malam di Malice Island memang menusuk tulang, apalagi pada musim hujan. Namun, Krov sudah terbiasa. Tanpa alas duduk, ia menikmati makan malam di bawah naungan pohon yang tidak pernah bersemi, menonton sekumpulan anak berlatih mantra sihir di halaman bangunan beratap kerucut.

Menyendok sup hambar, Krov membayangkan apabila ia bisa menjadi salah satu anak kecil di sana. Berlatih sihir hingga malam, bersenda gurau bersama kawan-kawan, dan menikmati makan malam yang bukan sup hambar dengan sepotong roti. Sayangnya ia lahir di keluarga yang kurang beruntung. Bukannya tidak bersyukur, ayah dan ibunya adalah orang baik. Terlalu baik untuk standar penghuni Malice Island malah. Walaupun begitu, kalau boleh memilih, setidaknya ia ingin lahir sebagai seorang fallen angel meskipun tidak punya sayap. Ras manusia terkadang tidak dilayani di toko dekat rumah.

Krov memfokuskan pandangannya kepada anak bersayap hitam yang berdiri di depan anak-anak lain, sepertinya menjadi contoh karena kemampuannya yang lebih. Anak tersebut merapal sebaris mantra dan sulur tanaman muncul mengikat boneka latihan di hadapannya. Krov memicingkan mata, mencoba membaca gerak bibir anak tersebut, dan meniru mantra yang barusan diucapkan. Seutas tali merah muncul dari tanah di hadapannya, melambai dengan lemah, dan menghilang kembali ke dalam bumi. Ia tersenyum hambar, kemampuan sihirnya pun pas-pasan. Krov meletakkan piring yang kini kosong dan meraih gelas minum di sebelahnya.

Tuk!

Sesuatu membentur bagian bawah piringnya. Krov meraba-raba dalam gelap dan merasakan sensasi logam dingin pada jemari. Ia menggali benda tersebut dan mendapatkan sebuah cawan berwarna hijau pucat. Senyum menghiasi wajahnya, barangkali cawan ini bisa dijual besok sehingga ia tidak perlu bekerja untuk sementara waktu. Krov berdiri, mengemasi perkakas makan dan bersiap untuk kembali ke rumah. Baki yang dibawa tadi menghilang dari pandangan, barangkali jatuh ketika ia melamun, sehingga sendok dan garpu diletakkan di dalam cawan barunya. Cahaya keemasan muncul dari cawan tersebut, menyilaukan mata dan membuat Krov hampir menjatuhkan perkakas makan. Matanya terbelalak tidak percaya ketika mendapati keajaiban di depan matanya.

Sendok kayu yang diletakkannya dalam cawan berubah menjadi emas murni.

Seminggu kemudian, keluarga Krov menjadi bahan pembicaraan di City of Ruse.

Kabar angin tentang keluarga pemilik artefak yang dapat mengubah sampah menjadi emas menyebar ke seluruh penjuru pulau. Bukan bermaksud pamer, hanya saja ayah dan ibunya yang terlalu baik seringkali menggunakan artefak tersebut untuk membantu sesama orang tidak mampu. Seorang ahli benda sejarah didatangkan ke rumah dan cawan tersebut diidentifikasi sebagai Cawan Yishar. Di Malice Island, tidak ada peraturan yang mengharuskan penemu artefak menyerahkan temuannya kepada Lord sehingga keluarga Krov bebas menggunakannya sesuka hati.

Untuk pertama kali dalam hidupnya, Krov pindah ke rumah yang lebih besar, lebih mewah, dan penuh dengan segala apa yang dibutuhkannya. Hilang sudah hari-hari di mana mereka harus bekerja di tiga tempat dalam satu waktu dan makan sup tawar dengan irisan roti. Ayahnya membayar seorang guru ahli dari akademi terdekat untuk melatih bakat sihir putra tunggalnya. Krov kecil mengerjapkan mata tak percaya, rasanya ia seperti memenangkan lotre tanpa membeli tiket undian.

Expedition for Equalizer (MAPLE ACADEMY YEAR 2)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang