PEMANDI JENAZAH

881 78 0
                                    

Sebelumnya, saya minta maaf kalau ada banyak yang salah dan miss dari cerita kali ini. Itu karena saya agak susah reset akhir-akhir ini. Mohon koreksi jika ada kesalahan. Oke kuy ke cerita!

💀

Sore itu, Mia pulang seperti biasa. Layaknya karyawan pada umumnya, ia beranjak ke lapangan parkir untuk mengambil kendaraannya. Suara deru motor terdengar kala ia menyalakan mesin, perempuan berjaket hitam itu lalu naik ke motornya.

Dirinya mulai melesat, berbaur dengan ramainya jalan raya di jam pulang. Ban motornya mulai menyentuh halusnya aspal jalan raya ibukota. Jalan raya ini sendiri tidak terlalu besar, kadang volume kendaraan yang berlebih kerap membuat jalan ini tersendat.

Langit sudah redup, lantunan sholawat sudah terdengar dari pengeras suara di masjid-masjid terdekat. Mia terus melaju di bawah langit senja itu. Berkali-kali lampu merah memberhentikannya, atau saat ia harus menunggu kereta lewat menghalangi jalan. Semua itu terus berlalu, sampai sebuah jalan kampung ia masuki.

Rumah warga, kebun kecil, lapangan ia lewati sampai dirinya sampai di sebuah rumah di pinggir jalan. Laju motornya melambat, perlahan ia mendekat ke arah rumah. Suara motor itu berhenti, lampunya masih menyorot ke arah rumah. Mia melepas helm dan turun dari kuda besi itu. Kakinya lalu melangkah masuk ke pelataran rumah.

“Assalamualaikum!” ucapnya sambil melepas sepatu.

Seorang wanita tua lalu membuka pintu dan menjawab salam. Setelannya masih memakai mukena yang baru dipakai solat magrib. Melihat itu, Mia mencium tangannya. Setelah melepas sepatu, Mia masuk ke dalam bersama sang ibu. Di dalam rumah sederhana itu, ia juga bersalaman dengan sang kakak perempuannya yang tengah duduk di sofa sambil menonton TV.

“Tadi ada yang cari kamu, Mi,” kata sang ibu sambil merapikan baju-baju yang baru kering.

Mia yang tengah melepas tas dan jaketnya lalu keluar dari dalam kamar. “Siapa yang cari, Bu?” tanyanya.

“Gak tau deh, dia ngasih kabar ke kamu gak?” tanya ibu balik.

Mia menggelengkan kepala. “Gak ada,” jawab Mia singkat.

“Yaudah sana mandi, nanti keburu adekmu pulang. Nanti rebutan lagi,” ujar ibu yang kemudian bergabung dengan kakak perempuannya di ruang tengah.

Mia lalu masuk ke dalam kamar mandi. Segarnya air mulai menyentuh kulitnya, sejenak melepas letih yang ia rasakan selama seharian ini. Matanya terpejam, rambutnya basah. Suara air pun terdengar dari arah luar. Sekitar sepuluh menit ia habiskan untuk mandi. Mia yang sudah selesai lalu mengeringkan rambutnya dengan handuk miliknya.

Mandiin saya juga dong, Mbak.

Tiba-tiba terdengar suara perempuan berbisik di telinganya. Sontak sekujur tubuh Mia merinding, dirinya menoleh tapi sudah jelas tidak ada siapa-siapa di kamar mandi. Hanya dirinya seorang, tapi jelas sekali barusan ia dengar suara bisikan miserius itu. Wajah Mia berubah takut, buru-buru ia mengeringkan badan, memakai baju dan melangkah keluar dari kamar mandi.

Di luar, sang adik laki-lakinya sudah pulang dan tengah duduk di meja makan sambil menunggunya. Begitu melihat kakaknya selesai mandi, ia berdiri dan mendekat. Awalnya Mia tidak sadar, sampai sang adik menegurnya.

“Eh, Mbak. Ada temennya tuh,” kata sang adik.

Mia lalu menoleh, matanya menyipit bingung. “Temen siapa?” tanyanya.

“Temen Mbak kayanya. Soalnya ibu sama Kak Irma gak kenal, coba liat ke luar deh. Ada cewek berdiri di dekat pohon ceri,” kata sang adik menjelaskan.

“Ah, yang bener lu? Yaudah sebentar.” Mia lalu masuk ke kamarnya dengan kepala penuh tanda tanya. Ia taruh handuknya dan kembali ke luar. Sang ibu masih duduk di ruang tengah, suara TV terdengar jelas di telinganya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 26, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Jagad Mistis Nusantara (Kumpulan Cerita Horor)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang