SETAN BINTARO

1.1K 110 1
                                    

Di malam yang dingin ini, kawasan Bintaro terlihat sepi dari lalu lalang warga. Kesibukan ibukota yang padat ini seolah sudah berubah saat jam melewati pukul 22:00. Walaupun kawasan Bintaro ini menjadi salah satu kawasan yang padat penduduk, akan tetapi semua berubah saat gelap menguasai langit.

Saat itu, Oji seorang Hansip yang tengah melakukan ronda malam berjalan-jalan dari gang ke gang dan dari jalan ke jalan. Sesekali ia juga menyalakan rokok dan menghisapnya menemani ronda malam ini. Sambil menyorotkan lampu senternya, pria usia 30 tahunan ini pun berjalan melewati jalan-jalan yang gelap. Ia juga tengah sibuk membalas pesan-pesan dari temannya di handphone miliknya itu.

Sambil bersenandung dan bersiul, Oji berjalan agak menjauh dari rumah-rumah warga saat situasi sudah dinilai aman. Ia berjalan menuju jalan yang agak lebar dan berbelok ke sebuah palang perlintasan kereta api. Disana ada sebuah pos dimana temannya yang bernama Opan sedang berjaga malam juga di pos hansip dekat jalur kereta api itu. Daerah perlintasan kereta api Bintaro itu sering kali terjadi tawuran antar geng anak muda yang meresahkan warga. Sehingga peran Oji dan Opan cukup diperlukan disini.

“Woi! Hahaha... takut lu sampe minta gue supaya kemari?” Kata Oji sambil tersenyum lebar dan menaruh senternya di meja pos.

“Ah, bikin kaget lu bego!” Jawab Opan.

Oji kemudian duduk dan meminum sebuah kopi yang ada di meja Opan. Saat itu suasana memang sepi, akan tetapi Opan tetap bertahan di posnya itu. Mereka bersantai sejenak sambil menikmati sejuknya angin malam. Sesekali juga mobil-mobil lewat jalan yang mereka jaga itu. Lantunan musik dangdut terdengar dari speaker handphone Opan, salah satu solusi untuk menemani malam panjang mereka sekaligus mengusir suasana sepi yang kerap kali menimbulkan hawa mengantuk.

“Pan! Pan! Liat tuh Pan!” Kata Oji yang menunjuk ke arah rel kereta.
Opan pun menoleh dan melihat seorang pemuda yang semula berjalan normal tiba-tiba jatuh terduduk sambil menunduk serta memegang kepalanya. Opan dan Oji heran dan terus memperhatikan. Mereka tak langsung menghampiri pemuda itu karena biasanya menjadi salah satu modus kelompok begal.

“Woi! Lu mabok?!” Teriak Opan dari dalam posnya.

“Wah, itu antara mabok atau korban tawuran Pan. Ayo samperin dah.” Kata Oji yang kemudian keluar dari pos dan menghampiri pemuda itu disusul Opan yang mengikuti Oji dari belakang.

Setelah memasuki kawasan rel kereta, Opan dan Oji sampai di belakang pemuda yang mereka curigai mabuk. Mereka pun segera menegur.

“Eh tong. Lu kenapa?” Tanya Opan kepada pemuda yang masih duduk membelakanginya itu.

“Aduh ...” Kata pemuda itu kesakitan. “Abang tolongin saya dong bang, nanti abang minta upah berapapun saya bayar! Yang penting tolongin saya dulu bang!” Lanjut pemuda itu.

“Wah, rejeki nih!” Kata Oji.

“Tong, kita ini Hansip. Kita ini bertugas menjaga suasana malam sekitar sini supaya aman. Kalau lu butuh pertolongan, sudah menjadi kewajiban kami untuk menolong. Dan jangan khawatir soal bayaran, karena kami di bayar oleh pemerintah. Ya tapi kalo lu mau ngasih buat beli-beli rokok mag gak apa-apa dah.” Kata Opan kepada pemuda itu.

“Tolong bang, tolong carikan mata kiri saya!” Kata pemuda itu yang kemudian menoleh dan memperlihatkan mata sebelah kirinya yang hilang berlubang.

Oji dan Opan kemudian lari kocar-kacir melihat penampakan menyeramkan itu. Sudah jelas bahwa yang dilihatnya itu bukanlah manusia melainkan setan penunggu rel kereta. Sayangnya, mereka berdua berlari tak tentu arah dan malah menjauh dari pos.

“Haduh Ji, sial bener dah. Ketemu setan kaya begitu tampangnya.” Kata Opan yang akhirnya berhenti di sebuah warung yang tutup.

“Kenapa sih bang?” Tanya seorang perempuan yang kebetulan melewati mereka.

“Itu neng, ada setan serem banget neng. Hati-hati!” Jawab Oji.

“Ah dasar, jadi hansip bukannya bikin suasana aman malah nakut-nakutin saya!” Kata wanita itu sambil berjalan pergi dengan wajah juteknya.

Oji dan Opan yang masih shock pun membalas perkataan wanita tersebut. Mereka terlebih dahulu mengatur nafas dan mengelap keringat. Sesekali mata Opan melihat ke arah wanita itu yang perlahan berjalan menjauh. Wajar saja, wanita itu memang memiliki bentuk badan yang bagus dan tampaknya seorang penyanyi malam.

Oji pun demikian, ia juga melihatnya dari ujung kepala sampai kebawah. Namun mata mereka berhenti saat melihat kaki wanita itu. Kaki wanita itu putus di bagian lutut dan berjalan mengambang. Darah merah pun menetes dari dalam kaki wanita yang putus itu.

“Setaaaannn!!!” Teriak mereka berdua yang tiba-tiba terbangun dari tidurnya. Ya, ternyata apa yang mereka lihat itu hanyalah mimpi belaka. Nyatanya mereka berdua masih berada di pos satpam. Kemudian Oji terlebih dahulu menceritakan mimpinya kepda Opan.

“Lho kok? Mimpi lu sama kaya gue Ji?” Tanya Opan. “Pas sebelum bangun lu liat cewek jalan gak ada kakinya ya?” Lanjut Opan bertanya.

“Lah ia, kok bisa sama Pan?” Ujar Oji yang juga kebingungan.

Tak lama datang seorang pria berbadan gemuk mendekat ke arah mereka sambil membawa senter.  Pria gemuk itu berdiri di depan jendela dan menyapa mereka berdua.

“Kenapa lu bang? Gue lagi jalan denger suara lu pada teriak! Hahahaha.... “ Kata prie tersebut sambil tertawa dan menyorot mereka berdua dengan senter.

“Alah, gak usah ketawa lu!” Ucap Oji yang kesal.

“Iya, lu belum tau aja rasanya. Dapet mimpi ketemu setan minta dicariin matanya, ya mana gue tau. Cari aja sendiri!” Kata Opan yang kemudian membuat mereka smua tertawa-tawa.

“Hahaha ... Matanya ketinggalan di kulkas kali bang!” Ujar pria gemuk yang mencairkan suasana tegang malam itu.

“Iya iya, bisa jadi. Hahahaha...” Kata Oji sambil tertawa lepas.

“Eh ngomong-ngomong bang, gue masuk ya.” Kata pria gemuk itu yang kemudian langsung dipersilahkan masuk ke dalam pos mereka.

“Bang, kalo abang mau cari mata. Sekalian cari usus gue ya bang!” Kata Pria gemuk itu yang membuka pintu kemudian memperlihatkan perutnya yang berlubang sehingga mereka bisa melihat organ dalam serta isi perut yang menjijikan itu.

“Waaaaa!!! Ji! Jeroan Ji!” Kata Opan yang langsung melompat keluar pos kemudian lari kocar-kacir karena ketakutan.

“Bangsat lu setan!” Kata Oji yang menyiram hantu pria gemuk itu dengan kopi sebelum akhirnya lari menyusul Opan di depan.

Beberapa hari berikutnya, mereka berdua tidak melaksanakan jaga malam di pos itu lagi. Mereka ketakutan setelah di teror oleh para penunggu rel kereta api Bintaro. Mereka juga menceritakan pengalaman mengerikan ini kepada rekan hansip lainnya. Semenjak saat itu, tak ada lagi yang berani berjaga di pos dekat rel kereta kecuali beramai-ramai.

Jagad Mistis Nusantara (Kumpulan Cerita Horor)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang