-TIGA PULUH DUA-

4.1K 328 11
                                    

"And it feels like tonight.
I can't believe I'm broken inside.
Can't you see that there's nothing that I wanna do.
But try to make it up to you.
And it feels like tonight, tonight."

-
🍃
-


Tara menangis sesenggukan di balkon apartemennya. Nadia berdiri di depannya satu meter, memijit pangkal hidungnya sembari mendesah pelan. Perempuan di hadapannya ini sedang meluapkan kekesalannya kepada kekasihnya itu.

"Kamu tahu aku paling nggak suka dibohongi! Tapi kamu kenapa masih melakukannya, Nad?!" Tanya Tara dengan menahan kesal.

"Aku nggak ada maksud untuk bohong sama kamu, Tara." Sahut Nadia sabar. "Dewi cuma nebeng aku pulang aja setelah UKM basket."

"Tapi kamu nggak bilang sama aku tentang dia, Nad. Dan kenapa aku harus tahu tentang hal itu bukan dari kamu?! Kenapa aku harus tahu sendiri?" Tara mengusap air matanya, mengambil HP yang di meja balkon apartemen mereka. "Kenapa kamu nggak bilang sama aku kalau dia SMS kamu dan minta nebeng pulang sampai tiga kali dan berani-beraninya dia ngajakin kamu jalan berdua?"

"Itu nggak berarti apa-apa, Tara. Lihat bagaimana responku ke dia? Aku cuek, 'kan? Ya karena aku tidak peduli sama dia." Jawab Nadia, Tara masih menatapnya dengan garang. "Dia bukan ancaman, kamu nggak perlu cemburu berlebihan seperti ini. Aku akui aku salah karena bohong sama kamu, tapi aku nggak bermaksud menyembunyikan dia atau apapun."

"Bukan ancaman kamu bilang?" Tara berjalan lebih dekat. "Nad, orang ketiga tidak akan masuk kalau salah satu tuan rumahnya tidak membukakan pintu. And what you just did adalah membuka celah itu. Kamu mungkin biasa aja, tapi dengan sikap kamu yang tidak peduli ke dia alias biasa-biasa aja membuat dia berpikir kamu memberikan kesempatan. Tidak semua orang paham maksud cuek kamu, Nad."

Nadia langsung memeluk Tara. "Maafin aku, ya? Aku nggak akan mengulangi kesalahan ini lagi. Cukup kali ini aja aku membuat kamu salah paham."

"Kamu tahu aku, Nad. Jangan diulangi lagi, aku mohon. Aku nggak mau kehilangan kamu." Tara memeluk Nadia ganti, menumpahkan air matanya lebih lagi ke dada perempuan di depannya itu.

"Kamu nggak akan kehilangan aku, Tara." Nadia mengusap punggung kekasihnya itu dengan lembut. "Aku sayang sama kamu dan aku akan berusaha sebaik mungkin untuk menjadi yang terbaik buat kamu."

Tara mengangguk dan mengeratkan pelukannya di tubuh Nadia. Dia-pun mengatakan hal yang sama walau tidak diucapkannya, dia menyimpannya untuk dirinya sendiri kalau dia akan berusaha membuat kekasihnya bahagia saat sedang bersamanya.

Saat pelukan mereka mengendur, disaat itu pula HP Nadia berdering dan Tara melihat siapa yang menelpon kekasihnya itu. Siapa lagi kalau bukan biang keladi ributnya mereka siang itu.

"See?" Tara mendengus konyol, mendorong HP Nadia ke dada perempuan di depannya itu. "'Dia bukan ancaman'."

Setelahnya Tara berjalan menuju kamar tidur mereka dan meninggalkan Nadia yang sedang bingung sendirian di balkon apartemen mereka.

"You better tell her to fuck off or I'll fucking kill her." Ancam Tara sebelum dia membanting pintu.

Nadia hanya mengusap keningnya dan mendesah pelan. Ngeri juga Tara kalau sudah dalam mode cemburu begini. Apa yang dilakukannya bakal terlihat salah. Dan Nadia tidak ingin kekasihnya itu lebih menyeramkan lagi tindakannya karena jika Tara sudah berkata demikian, kadang dia memang melakukan apa yang diucapkannya walau tidak sampai pada taraf tindak perdata atau pidana.

Running After You (gxg) (completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang