Mengajukan perijinan

2.5K 360 21
                                    

WTH with the title 😅

Mario tidak dibekali gadget-nya ketika memutuskan untuk diungsikan ke rumah nenek. Tadinya Mario tidak keberatan, dia pasti menemukan hal lain yang lebih menyenangkan untuk dilakukan ketika di rumah nenek.

Tapi ketika Mika memutuskan untuk menginap juga, dia jadi tidak punya sesuatu untuk dibanggakan lagi, selain main game mode komputernya itu.

Sambil berjalan pulang ke rumah nenek dari warung makan, ia berpikir. Sementara Mika di sampingnya melangkah riang dengan melompat-lompat seperti kelinci. (Indeed, bapaknya kelinci 🐰 haha)

"Asik, Mika mau nginep."

"Jangan senang dulu, sayang. Papa belum balas chat Mama dan kasih ijin."

"Yah. Ya Allah semoga Papa kasih ijin." Mika langsung berdoa.

"Kamu gak nginep aja, neng?" Tanya Nenek ke Mama Lita. Mereka berjalan di belakang Mika dan Mario.

"Kayanya, Jeli enggak deh. Moka soalnya lagi di rumah, Mas Aska mah mana inget ngasih makan kalau udah ada kerjaan, makan buat sendirinya aja lupa."

Nenek terkekeh.

"Mama gak apa-apa, kalau Mika nginep?"

"Anaknya udah pada pinter ini, gak apa-apa. Rame malah kalau pada nginep."

Sampai di rumah kedua bocah itu langsung berlarian. Entahlah, tiba-tiba mereka main kejar-kejaran. Lalu memanjat ke atas sofa, dan berakhir melompat-lompat di atas kasur nenek yang memang lebar dan empuk untuk beralih fungsi jadi trampolin.

"Hey, hey, hati-hati mainnya. Itu kasur nenek diberantakin." Ujar Mama Lita. Tapi tidak ada yang mendengar dan mereka asik sendiri.

Sampai handphone Mama Lita berbunyi kemudian.

"Kenapa, Yang?"

"Ini Mas, di rumah Mama ada Mario, eh Mika jadi pengen nginep, seru kali ada temen main."

Mendengar sedikit percakapan itu, kedua bocah langsung berhenti dan menanti keputusan Papa Mika, untuk menginjinkan atau tidak.

Keduanya terlihat seperti sepasang rakun dengan mata bulat. Menatap penuh antisipasi pada induk mereka.

"Oh Mika mau nginep. Enak di Mas sih, kalau itu. Tapi Mama gimana, emang gak apa-apa? Nanti merepotkan." Sudah bisa dibayangkan muka jail bapak-bapak itu.

"Ya udah Mas nih ngomong sama Mama dulu."

Habis itu handphone beralih ke nenek.

"Mama sehat-sehat kan, Ma?"

"Iya, Alhamdulillah. Kamu sehat? Ko belum kemari juga nak? Lagi sibuk ya?"

"Alhamdulillah, Ma. Iya maaf Ma, belum sempat kesana. Lagi harus cek kerjaan terus. Nanti deh akhir pekan insyaallah kesana. Mau makan ayam bikinan Mama."

"Iya atuh. Diantos pisan, mantu Mama teh."

"Hehe. Ini Mika kalau menginap, Mama gak kerepotan?"

"Ah repot kenapa? Anaknya paling ya main sama Mario. Seneng dia ada temennya. Biarin aja."

"Ya udah, kalau Mama gak keberatan. Sabtu saya jemput sekalian main kesana. Tapi Ibunya dikasih pulang ya, Ma? Hehe."

"Iya, iya. Gak tega Mama misahin pengantin baru."

Mendengar nenek bicara begitu, Mama Lita langsung menimpali. "Dih, Mas Aska ngomong apaan, Ma?"

"Enggak." Nenek hanya terkekeh. "Nih, mau ngomong sama Mika dulu katanya."

Mika beranjak ke Mamanya. Papa kemudian mengalihkan ke mode video call. Muka ganteng Papa pun muncul di layar.

"Assalamualaikum."

"Kum salam." Jawab Mika.

"Kenapa sayang?"

Ragu-ragu Mika menatap Mamanya terlebih dulu, seolah meminta dukungan. Lagian Papa emang suka agak strik orangnya. Sampai sekarang aja gadget yang ia minta gak dikasih juga tuh.

"Mika mau nginep, boleh Pa?"

"Kamu nanti nakal gak di rumah nenek?"

"Enggak, nanti Mika cuma main sama A Iyo."

"Beneran?"

"Bener."

"Mario jagain Mika ya? Kasih tahu kalau Mika nakal."

Mama Lita mengarahkan kamera ke Mario yang duduk bersandar di sofa dan diam-diam mengantisipasi jawaban Om-nya itu.

"Oke, Om." Jawabnya dan memberikan sikap hormat di pelipis. Dihadiahi cubitan gemas di pipi dari tantenya.

"Ya udah. Jadi anak baik ya, dengerin kata nenek. Papa nanti kesana hari Sabtu."

"Yeay."

Habis itu keduanya bersorak riang dan lanjut dengan aksi lompat-lompat.

"Hey, hey. Hati-hati." Mama Lita memperingatkan.

"Pulang kan, Beb?" Tanya Papa Aska belum usai dengan percakapannya.

"Iya, Mas." Lita memutar bola matanya.

Haha. Mika senang, Mario senang, Nenek senang, Papa pun senang.

Antara Mika, Moka dan Mario - EndTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang