Ibu Datang

1.7K 281 7
                                    

Hari itu Ibu mengatakan akan menyusul Mario ke rumah nenek. Begitu Ibu mengabari nenek kalau sebentar lagi sampai, Mario sudah siap-siap menunggu di teras nenek. Tidak lama Ibu muncul dengan sebuah jinjingan di tangan kanannya.

Mario langsung lari menerjang Ibunya dengan pelukan. Sebetah apapun Mario beberapa hari ini tinggal di rumah nenek,, tetap saja dia merindukan Ibunya.

"Waduh, waduh! Kirain gak bakal kangen Ibu, asik main di rumah nenek." Ujar Ibu sambil mengangkat anak semata wayangnya dalam gendongan. Mario pun merebahkan kepalanya di ceruk leher Ibu.

"Nakal gak di rumah nenek?"

"Enggak."

"Uluh, uluh." Ibu pun menepuk-nepuk bokongnya.

Nenek menghampiri Ibu dan Mario yang masih di depan rumah.

"Ma." Ibu menyapa nenek dan salim padanya.

"Macet ga, Teh?"

"Euh, pasti atuh itu mah."

"Ning, gak sama ayahnya Iyo?"

Entah kenapa reaksi Ibu terasa ganjil. Padahal kan nenek cuma bertanya hal yang sepele sebenarnya. Toh biasanya juga Ibu dan Ayah gak selalu kemana-mana bersama.

Mario jadi ingat. Waktu Mika dijemput dari rumah nenek, Om sama Ate dua-duanya datang. Ko Mario cuma Ibu ya yang datang?

"Yaudah yuk, masuk dulu. Istirahat. Kamu pasti cape nyetir sendiri kesini." Nenek sepertinya merasakan keganjilan dari reaksi Ibu. Tapi memilih untuk tidak mengatakan apa pun terlebih dahulu.

Mario pun turun dari pangkuan Ibu karena tidak mau membuat Ibu lebih cape lagi. Ia menggandeng tangan Ibu masuk ke dalam rumah nenek.

-

"Aku ngambil ikan di kolam sama Mika sama Om Aska, lho."

"Oh ya? Dapat banyak gak ikannya?" Ibu menanggapi Mario yang kini bercerita sambil rebahan di kasur busa. Kasur itu sengaja di gelar nenek di depan TV, agar Ibu istirahat.

Sementara nenek sekarang sudah sibuk di dapur. Menelfon Om Arul untuk dimintain tolong ini itu, dan sibuk menyiapkan makan siang untuk anak sulungnya.

"Dapat, tapi cuma satu." Mario menjawab pertanyaan Ibunya.

"Ko cuma satu?" Ibu kembali menanggapi sambil menyisir bagian depan rambut anaknya yang mulai panjang melewati jidat dengan jari-jemari.

"Iya soalnya susah. Kita jadinya main air deh. Hiyaaaa." Mario memeragakan gerakan mematikan yang digunakannya waktu perang air itu.

Ibu tertawa mendengar cerita seru Mario. Iya selalu merasa bersalah karena jarang sekali menemani anaknya ini melakukan banyak hal seru selama ini.

"Aku juga temenan sama Moka lho. Kucingnya Mika." Mario kembali bercerita.

"Emang Aa gak takut kucing lagi?"

"Enggak. Dia lucu. Aku diajarin Mika caranya pegang Moka." Mario terkikik ketika mengingat muka Moka yang jutek.

"Kita ke rumahnya Mika yuk, Bu? Katanya aku mau diajak main ke rumahnya Moka."

"Iya besok, ya." Ibu lalu memeluknya. "Ibu nginep lama ko di rumah nenek."

"Beneran?" Mario antusias.

"Iya. Nanti kita jalan-jalan ke kebun binatan. Kita jajan yang banyak."

"Yeay." Mario menggerak-gerakkan kaki sebagai reaksi senangnya.

"Sekarang bobo siang dulu sebentar." Ibu kembali mengeratkan pelukan.

Mario memeluk ibunya dan mendusel di leher. Ia pun mencoba memejamkan matanya.

"Makasih ya, Sayang, udah jadi anak yang baik banget." Ibu mengecup kepala Mario yang kini mulai terlelap.

Tanpa bocah itu tahu, ibunya menjatuhkan setetes bulir dari ujung matanya.

Antara Mika, Moka dan Mario - EndTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang