Tiba-tiba pengen menginap

2.9K 370 10
                                    

Liburan tengah semester tiba. Ini adalah liburan pertama Mario sebagai anak sekolah SD. Tidak begitu menyenangkan, karena dia sedang senang-senangnya sekolah bertemu teman-teman baru eh malah di kasih libur.

Semoga mindset seperti itu bertahan sampai beberapa tahun kemudian ya, Mario. Haha.

Liburan terasa semakin membosankan karena di rumah ia cuma di temani gadget dan bibi. Ibu dan Ayah mesti kerja. Kalau sudah begitu, rasanya dia ingin punya saudara saja. Laki-laki biar bisa diajak mabar.

Untungnya Ibu dan Ayah punya ide lain. Mario diungsikan ke rumah nenek di Bojongsoang.

Bukannya takut jauh dari Ibu, Mario malah senang sekali. Untuk anak seumurannya dia cukup dewasa, ya karena sudah biasa ditinggal juga. Apalagi dia apet banget dengan nenek. Sebagai cucu satu-satunya Mario sangat dimanja oleh nenek, jadi Mario senang-senang aja. Apalagi rumah nenek dekat warung. Dia bisa bolak-balik jajan tiap saat, gak kaya di rumahnya yang merupakan komplek perumahan yang sepi. Ke warung jauuuh banget.

Selama seminggu ke depan Mario akan berlibur di rumah nenek.

Hari pertama di rumah nenek. Sangat menyenangkan seperti yang sudah dibayangkan. Dia ikut ke warung makan nenek. Disana nenek punya banyaaak sekali ayam. Mau digoreng, mau dibakar. Pokoknya kerjaan Mario nyemilin ayam. Jajan donat. Gangguin Om Syahrul. Sesekali bantu ngasih tisu ke adik kecil yang lagi makan belepotan.

"Makasih, Kaka." Kata si Ibu mewakili anaknya.

"Sama-sama." Jawab Mario malu-malu. Ia lalu melompat ke arah nenek yang mendampingi dari tadi sih.

"Pinter cucu nenek."

Mario mengibas kedua tangannya seolah sudah melakukan hal besar. Yah memang besar untuk anak kecil sepertinya.

"Neneeeeek!" Suara melengking tiba-tiba terdengar diiringi suara lari kecil.

"Eh, ada Mika." Nenek langsung bersiap menerima pelukan cucu barunya. Sementara Mario sibuk memperhatikan.

Mama Lita berjalan di belakang Mika. "Pelan-pelan, sayang, larinya."

Kata-kata Mama Lita seolah ultimatum bagi Mika. Seketika bocah yang tadinya lari sekuat tenaga langsung berjalan dengan tenang. Ah terlalu mengendap-endap malah, seolah dia mau mencuri sepotong ayam dari warung makan itu.

Melihat kelakuan Mika, Mama Lita dan  Nenek terkekeh melihatnya.

Satu pelukan untuk nenek kemudian.

"Udududu, cucu nenek lam gak kesini ih."

"Iya kan Mamanya, oe oe mulu nenek. Kasihan." Ujarnya dengan sudut bibir di tekuk.

"Kamu udah baikan?" Tanya Nenek ke Mama.

"Alhamdulillah, lagi makan disini ih kangen." Mama memeluk nenek. "Eh, ada Iyo."

Mario pun salim ke tantenya.

"Hallo, Aa Iyooo?" Sapa Mika dengan penuh energi. Membuat Mario berjengit lalu pura-pura stay cool.

"Hallo, Mika."

Sudah cukup basa-basinya. Mario akan melanjutkan makan paha ayam dan ke salah satu meja yang sejak tadi dia tempati.

Mika tentu saja membuntuti selagi Mama ditanyai soal kondisinya oleh Nenek.

Mika duduk di seberang Mario. Mesti kepayahan karena kursinya terbilang tinggi untuk dirinya. Walaupun akhirnya berhasil duduk juga.

Mario menatap sambil memakan ayamnya, tanpa mengatakan sepatah kata pun, apalagi menawari.

Mika menatap Mario yang makan dengan tenang. Memangnya laki-laki itu dimana-mana memang tidak peka, mau bocah, mau bapak-bapak.

"Mika boleh makan ini gak?" Mika menunjuk salah satu paha ayam yang nganggur.

Mario lalu menatap ayam itu dan mengangguk.

"Makasih."

"Sama-sama."

Keduanya pun menikmati ayam goreng bikinan nenek dengan cerita. Kaki mereka yang tidak napak sampai lantai penggerak-gerak di bawah meja.

"A Iyo, ko di rumah nenek?"

Mario mengangguk. "Aku lagi liburan."

"Mika juga udah libur."

"Emang kamu udah sekolah?"

Mika mengangguk. "Aku kelas 0 besar."

Mario terkekeh jumawa. "Aku udah kelas 1 SD. Jadi kita liburannya beda."

"Beda?"

Mario mengangguk mantap. "Hmm. Pokonya beda. Anak SD kan udah besar."

Mika mengangguk meski tidak paham juga, mungkin karena dia masih kecil.

"Kata Mama tahun depan Mika juga sekolah SD."

Mario mengangguk. "Iya nanti kamu bakalan tahu."

"Jadi A Iyo liburannya di rumah nenek?" Mika bertanya sambil mengunyah ayamnya.

"Iya, aku 7 hari di rumah nenek. Soalnya di rumah aku sendiri. Kalau disini kan banyak orang." Mario lalu mencondongkan mukanya ke arah Mika. "Dan aku bisa makan ayam terus, dan jajan. Huhu."

Mario sebenarnya tidak berniat pamer. Ia hanya mengungkapkan rasa senangnya tinggal di rumah nenek. Tapi ternyata itu sangat menggiurkan untuk Mika.

Ada jajan, ada ayam goreng, dan.. ada A Iyo.

Pasti akan sangat menyenangkan.

Aha. Bagaimana kalau Mika juga menginap saja.

Dia pun langsung mencari keberadaan Mamanya. Langsung menghampiri dengan sangat antusias.

"Mama, Mika boleh nginap di rumah nenek juga enggak?"

"Hah?"

Mika masang wajah memelas. "Please."

Mama Lita tidak langsung menjawab. Ia mengerjap dan menatap Nenek penuh tanya.

Antara Mika, Moka dan Mario - EndTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang