Papa vs Nila

2.1K 284 11
                                    

Sebenarnya masih terlalu pagi untuk makan siang. Makanya selagi Mama nyemil ayam kecap tanpa nasi, Mika cuma makan puding bikinan nenek. Mario juga sama, perutnya masing sangat kenyang.

Begitu puding habis, mereka langsung mencari kegiatan lainnya, tentu saja bermain, apa lagi.

Tapi saat itu Papa mengatakan hal yang lebih menarik.

"Ma, kolam ada ikannya, gak?" Tanya Papa ke Nenek ditengah obrolan.

"Ada, Nila. Mau ngambil bukan?"

"Iya nih, kayanya Aska pengen goreng nila."

"Ngidam kamu teh?" Tanya Nenek lagi.

"Gatau. Kayanya enak, makan siang pake nila, sama sambal kencur."

Nenek dan Mama tertawa.

"Kemaren juga Mas tiba-tiba pengen jajan cincau gula aren, padahal udah mau sampe rumah. Muter lagi coba nyariin abis pulang dari dokter teh, Mah." Ujar Mama pada Nenek.

Nenek tertawa mendengarnya.

"Ya udah atuh. Mau ngambil sendiri, apa manggil si Arul, biar diambilin?"

"Ngambil sendiri aja. Ada sairan-nya kan, Ma?"

"Ada di belakang." Jawab nenek.

Papa kemudian beranjak ke kamar Mama, untuk mencari baju ganti terlebih dahulu.

"Papa mau ambil ikan?" Tanya Mika yang tadi mendengar obrolan.

"Iya, Mika sama Mario mau bantuin?"

"Mau!!" Sorak keduanya penuh semangat.

"Mereka baru aja mandi." Sahut nenek.  "Liatin dari pinggir aja!"

Yah.

-

Papa sudah memakai celana dan kaus pendek. Berputar-putar dari sisi kolam satu ke sisi lainnya sambil terus menyerok. Tapi masih tidak dapat apa-apa selain ranting dan dedaunan.

Mario berjongkok di pinggir kolam sambil menopang dagu. Di sampingnya Mika juga melakukan hal sama. Di samping Mika, Moka juga ikut duduk sambil menggerakkan ekornya. Ketiganya menatap bosan pada Papa yang tidak juga berhasil mendapatkan ikan.

"Om bisa gak?" Kata Mario mulai jengah. Kayanya dia lebih jago deh dari Omnya itu.

"Iya nih, Papa, ko gak dapet-dapet ikannya?"

"Meong!" Papa kayanya emang gak bisa, deh, guys.

Papa menghela nafas. "Susah juga ya."

"Mas bisa gak? Mau aku aja yang ambilin?" Mama bertanya dari pintu belakang rumah. Lagi pula Mama memang lebih berpengalaman.

"Enggak, enggak, Mas aja. Takut di sini licin."

Papa bertolak pinggang memutar otak untuk mencari cara mendapatkan ikan. Mereka sebenarnya terlihat berenang-renang dengan jelas, karena memang kolamnya dangkal. Tapi tiap mau di serok, mereka langsung kabur dengan gesit.

"Yang, aku turun aja kayanya, ya?" Tanya Papa pada Mama.

"Ya udah, turun aja." Jawab Mama.

"Aku bantuin deh, Om." Mario buru-buru menawarkan. Soalnya kayanya akan sangat menyenangkan bisa turun ke kolam dan ngambil ikan. Ia juga mau membuktikan kalau bisa lebih jago dari Om Aska.

"Aku juga." Mika ikut-ikutan.

"Meong." Gue enggak ikutan deh, maaf-maaf aja. Moka melengos pergi dari sana. Lebih baik ia kembali gelendotan di kaki Mama.

"Kalian di pinggir aja, liatin." Kata Papa.

"Hmm." Dua bocah itu memasang muka memelas. Mereka lalu meniru ekspresi Moka kalau sedang menginginkan sesuatu.

Papa pun gak kuat iman.

"Ya udah, ijin sama Mama, deh."

Mereka berlari ke arah Mama.

"Tante mau ikut, Om."

"Mama mau bantuin, Papa."

Kalau sudah begini, bagaimana bisa menolak.

"Ya udah deh. Ganti baju dulu, ya."

"Yeay!!"

Akhirnya Mika dan Mario ikut nyebur juga. Nenek sudah senewen. "Aduh, hati-hati, pelan-pelan."

Bocah-bocah itu bersama Papa, mengelilingi tiap sudut kolam, sampai airnya mengeruh. Mario dan Mika bertugas menggiring ikan, lalu Papa menyudutkan mereka ke sisi kolam dan hap.

Satu ekor ikan masuk jaring. Papa cepat-cepat mengangkatnya. Tapi karena ikan bergerak-gerak dengan brutal, papa kaget.

"Uwaaa!" Papa berteriak sambil melempar ikan ke daratan bersama jaringnya sekalian.

"Ya ampun, Mas." Mama yang ngeliatin cuma menggeleng-gelengkan kepala. Papa lalu nyengir. Sementara dua bocah sudah terbahak melihat Papa yang kagetan.

"Eh, malah ngetawain ya, kalian." Kata Papa gemas, sambil mencipratkan air kolam pada dua bocah itu. Lalu keduanya berjengit kaget.

Kemudian mereka membalas. Perang air pun di mulai.

"Hyaaaak!" Seru Mario dengan jurus tangan berputar seperti kincir dan badan menghadap belakang sementara air dicipratkan membabi  buta ke arah Omnya, ah tidak sengaja ke arah Mika juga.

"Ha ha ha." Mika menyerok air dan melempar ke arah Papanya. Sayangnya sebagian besar air sudah tumpah duluan.

Hari itu, Papa akhirnya cuma dapat satu ikan. Soalnya takut anak-anak keburu kedinginan dan masuk angin. Akhirnya berburu nila itu diusaikan saja, sebelum ikan lainnya berhasil didapatkan.

Antara Mika, Moka dan Mario - EndTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang