Kebun Binatang

1.6K 256 10
                                    

Besoknya Mario kembali jalan-jalan. Tujuan hari ini adalah kebun binatang. Mario suka sekali kebun binatang. Dia suka melihat Harimau, Macan, dan Singa. Mereka semua keren-keren. Dia juga suka beruang, kuda juga, sama gajah, ah pokonya semuanya.

Hari ini pasti menyenangkan. Apalagi Mika sama Ate juga ikut. Kemarin akhirnya mereka janjian. Jadi Ate bersama Mika akan di jemput Ibu pagi ini sebelum berangkat bareng-bareng ke kebun binatang.

Nenek juga ikut. Tadinya gak ikut soalnya bagian ngecek warung. Tapi Ibu membujuk, katanya kapan lagi mumpung sedang di Bandung. Iya juga sih, Ibu ini jarang sekali punya waktu libur, kerjanya padat. Boro-boro ke Bandung, pas di Jakarta saja susah. Ayah apalagi, gak usah ditanya.

Setelah sampai di depan rumah Mika, Ibu menekan klakson. Suara ribut pun terdengar dari balik gerbang, bersamaan pintunya yang terbuka.

"Yeay! Ayo berangkat Ma." Mika berseru memanggil Mamanya. Sementara Om Aska yang hari itu cuma mengenakan kaos dan celana pendek membuka pintu gerbang lebih lebar. Ia juga membawa Moka di lengannya.

"Teh, apa kabar?" Om Aska dan Ibu berbincang sebentar, karena kemarin belum sempat bertemu.

Lalu Mama Lita akhirnya keluar, dengan dress selutut motif bunga-bunga favoritnya. Dan satu goodybag pasti bekal.

"Gak pada masuk dulu nih?"

"Nanti aja pulangnya, keburu panas."

Papa Aska mengangguk. Ia mengecup Mika yang sudah masuk ke dalam mobil, dan Mama Lita yang menyusul.

"Hati-hati, ya. Jangan terlalu pecicilan. Jangan terlalu deket-deket sama binatangnya, cuci tangan, jangan lepas masker." Pesan Papa panjang lebar. "Teh, Ma, nitip nih, belakangan suka ceroboh."

Ibu dan Nenek tertawa menimpali. "Ah dari dulu ceroboh mah."

"Dadah Moka." Mika dan Mario kompak berucap pada Moka.

"Meong!" Awas lu ya, giliran jalan-jalan aja, gue kagak di ajak.

"Mas sebelum ada yang dikerjain, jangan lupa kasih makan Moka dulu."

"Meooong." Mana ditinggal berdua sama Papa lagi, alamat gue puasa sampai sore ini mah. Kalau udah di depan laptop kan suka lupa sama dunia dia mah, apalagi sama seonggok berbulu menggemaskan kaya gue.

"Iya."

Rombongan pun berlalu setelah Ibu kembali menekan klakson dan berpamitan. Meninggalkan Papa Aska dan Moka dengan mukanya memelas, menabahkan hati jika hari ini ia terpaksa makan satu kali.

-

Syukurnya kebun binatang tidak terlalu ramai. Tidak heran memang ini bukan akhir pekan. Dan juga masih pagi, sehingga cuma ada segelintir orang saja yang datang. Mika Mario pun berjalan bergandengan dengan ceria. Melihat ke kanan ke kiri para binatang yang baru saja di kasih makan.

Mama Lita sudah heboh, meminta dua anak itu berpose di depan plang, depan kandang, di atas batu. Pokoknya jadi juru foto aja. Ibu juga jadi ikut-ikutan. Sementara nenek ikut tertawa ketika melihat pose cucunya lucu-lucu. Mika sih yang pandai berpose, kalau Mario mah kaku. Habisnya Mario malu.

"Aa, senyum dong." Seru Ibu.

Mika pun jadi menoleh melihat ke arah Mario. Tangannya inisiatif menarik kedua ujung bibir Mario supaya tersenyum. "Gini!"

"Ih, aku bisa ko!" Mario menepis kedua tangan kecil Mika di pipinya.

Kesal juga. Memangnya Mario gak bisa senyum sendiri apa. Mario bisa, cuma malu aja. Apalagi kalau Mika pegang-pegang begitu. Malu tau.

Tapi rupanya, itu membuat Mika tiba-tiba menangis. "Huaa."

Mario langsung syok. Ko nangis? Emang tadi aku ngapain?

"Eh, ko nangis, Sayang. Itu tadi A Iyo malu, bukan marah sama Mika."

"Huaa."

Mama sampai perlu menghampirinya untuk menenangkan Mika.

"Cup, cup. Foto lagi ya, A Iyonya senyum ko."

Mario pun merasa bersalah dan mengusap rambut Mika. "Sorry."

Mika mengangguk masih dengan sisa isak dan jejak air matanya. Mama mengusap pipi bocah perempuan itu.

"Foto lagi." Kata Mika pada Mama.

Kali ini Mario mau tersenyum walaupun kepaksa ya. Habisnya aneh banget. Barusan kan dia sudah membuat Mika menangis, langsung di suruh senyum. Tapi apa boleh buat, dari pada Mika nangis lagi. Dia juga merangkul Mika kali ini. Biar Mika senang dan gak menganggap dia marah.

Sementara Mika kembali berpose. Dia sudah nyengir menampakan gigi kecilnya. Tidak lupa dia juga membuat tanda V dengan jari-jari mungilnya. Yang lucu adalah, dia tetap melakukan semua itu walaupun masih terisak dan mata yang sembab. Sangat profesional ya.

Mereka kembali akur setelah akhirnya rombongan beristirahat. Lalu Mika dan Mario menikmati satu cup ice cream setelah Nenek membaweli mereka supaya makan bekal dulu, baru boleh jajan ice cream.

Kelakuan mereka hari itu membuat hiburan sekali untuk para orang tua. Apalagi Ibu. Ibu menyadari Mario jarang sekali bersikap seperti itu selama ini. Terbiasa main sendiri di rumah, dan cuma bersama Bibi, membuat Ibu menyadari ternyata Mario bisa menjadi kakak yang baik. Andai saja ya waktu itu dia lebih banyak istirahat dan lebih fokus pada kehamilan calon adik Mario.

Antara Mika, Moka dan Mario - EndTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang