Dia yang jago main game

3.6K 380 8
                                    

Mika cuma ingat sama seorang Kaka laki-laki yang keren karena jago main game. Nama gamenya Mobile Legend, tapi Mika masih gak bisa nyebutnya.

Ate bilang namanya Mario. Tapi karena susah, jadi panggilannya Aa Iyo. Mika tidak tahu apa yang mesti dilakukan selain membuntuti A Iyo kemana pun hari itu.

Mario mengambil minum, dia ikutan. Mario mengambil sate, dia ikutan padahal sate itu sangat pedas untuknya. Mario jajan ke warung, dia ikutin dan akhirnya minta dijajanin milkita. Mario mau ke toilet..

"Kamu jangan ikutan masuk!"

"Kenapa?" Tanyanya polos.

"Aku malu. Gak boleh."

"Oke deh." Dan Mika berjongkok di depan pintu toilet rumah nenek.

"Mika mau pipis?" Sampai nenek yang lewat mau mengambil sup tambahan, bertanya pada calon cucunya.

"Mika lagi nungguin A Iyo pipis." Katanya membuat nenek terkekeh.

Mario tidak keberatan. Karena asal mula kenapa Mika mengikutinya adalah sebuah kebanggaan bagi bocah itu. Dia merasa mempunyai fans setelah berhasil memenangkan turnamen game internasional saja.

Beberapa waktu sebelumnya..

Para orang tua sedang sibuk hilir mudik entah sedang apa. Pokonya buat hari itu Papa beliin Mika baju baru. Ma Popon mandiin Mika pagi-pagi sekali. Nenek heboh memeriksa barang bawaan yang dibungkus dengan kotak-kotak cantik.

Mika sih senang saja, katanya ini cara biar Ate mau jadi Mamanya Mika.

Mika melihat seorang anak laki-laki yang sebelumnya dikenalkan Ate. Dia sedang duduk bersila di atas sofa, fokus dengan tab-nya. Ingatkan Mika untuk meminta dibelikan yang sama ke Papa. Mika ikut duduk berselonjor kaki di samping A Iyo.

Mario cuma melirik sekilas, tidak bisa diganggu. Mika membalas melirik tapi tidak lama karena layar memperlihatkan karakter game yang sedang mengeluarkan ultimate. Fenomena itu begitu hebat di mata Mika. Karakternya bisa terbang dan mengeluarkan jurus, yang efeknya sangat bagus. Banyak cahaya warna-warninya berkelibatan dan duaaar. Lalu segerombolan lawan tumbang begitu saja.

"Savage!"

"Savage!"

Suara tante dari dalam tab bersorak, menandakan permainan yang hebat.

Mika melirik Mario dengan takjub. Bocah laki-laki itu pun menyunggingkan senyum jumawanya. Seolah dia mengakui kalau dirinya memang hebat.

Dari situlah Mika selalu mengikuti Mario hari itu. Dia hebat!

Lalu hari setelahnya dia akan menceritakan soal Mario kepada siapa pun yang dia temui soal kehebatan kakak laki-laki yang bermain game itu. Ke Papa sampai bikin cemburu, ke Nenek yang lagi sibuk masak, ke Ma Popon yang sibuk menjemur, ke Kakek yang sedang berjemur dengan kursi rodanya, bahkan ke Moka yang sedang sibuk menggali pasir.

"Moka tahu A Iyo gak? Ah, Moka gak ikut sih ke rumah Ate. A Iyo jago tahu main game tauuu. Syat.. syat. Savage! Savage! Gitu.."

"Meong." Moka menanggapi dengan mukanya yang jutek. Memang selalu jutek sih. Kali ini dia tambah jutek mungkin karena malas mendengar majikannya yang cerewet.

"Aku mau minta dibeliin Papa, hape besar kaya A Iyo. Biar nanti aku main game sama A Iyo. Aaaa.." Dia memekik sendiri karena membayangkan serunya main game dengan A Iyo.

"Meoooong!" Kali ini Moka memasang wajah lebih jutek. Yang artinya kira-kira, 'ceritanya bisa lanjut nanti ga? bisa pergi dulu ga Lo? Gue mau boker nih.'

"Nanti Mika mau main.." Ucapannya tidak selesai. "Ih, Moka ee. Jorok!"

"Meong!" Udah gue bilangin.

Yang Mika tidak tahu adalah, game itu menggunakan mode komputer dimana seribu lawan sekali pun tidak akan melakukan perlawanan. Ibunya Mario tidak mengijinkan game sungguhan karena banyak mengandung kata-kata kasar yang dilontarkan para pemain toxic. Tidak baik untuk Mario yang masih bocah.

Tapi ya.. Mario terlanjur hebat dimata Mika.

Antara Mika, Moka dan Mario - EndTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang