Aku Tak Bisa Mengatakannya

189 14 7
                                        

***

Ternyata Krist memang keturunan keluarga Thanatsaran. Ketika ia tertidur pulas, diam-diam aku mengambil plester dan menempelkannya di dada Krist.

Untuk Joss bertarung denga Mew. Walaupun aku benci pada Krist, tapi aku tidak tega kalau sampai ia dibunuh oleh Joss. Huh, dulu Mild, sekarang Krist. Betapa repotnya aku!

Saat makan siang, Krist kembali ke kelas dalam kondisi segar bugar. Aku sekelompok dengannya dan harus makan siang bersama. Tapi ia malah mengajak Sing dan makan di tempat New. Ia bahkan menyebar gosip, kalau aku bermain dengan tengkorak di ruang percobaan. Padahal ia juga telah mengadukanku ke Bu Guru Thitichaya, saat aku makan di tempat Mild.

"Cek cek cek..., ternyata ia kerasukan hantu jahat. "Murid-murid cowok mulai mengejekku.

"Diam kalian!!!" bentakku.

Mild menatapku dengan cemas. Aku jadi tidak bisa lagi tidur tenang sejak kemunculan Joss. Sepulang sekolah, kugenggam erat kancing pemberian Mew, sambil berharap Joss tidak berhasil mengalahkannya. Aku tidak langsung pulang kerumah. Karena masih cemas memikirkan Mew, aku memilih duduk di atas kursi panjang di depan apartemenku.

Angin bulan Mei terasa menyegarkan. Pada saat aku mengeluarkan kancing itu dari dalam kantong, terdengar suara Mew memanggilku. "Gulf... aku menunggumu di lantai atas apartemen."

Sambil mengangguk, aku segera berlari pulang. Setelah mengambil kunci, aku cepat-cepat menuju lantai paling atas.

"Mew!" Tidak ada siapa-siapa di sana. Kecemasan hebat langsung melanda hatiku.

"Aku di sini," terdengar jawaban lemah dari arah pompa air.

"Mew, kamu tidak apa-apa, kan?" Aku menunduk sambil menatap Mew, yang duduk bersandar di tempat penampungan air. "Kau terluka?"

"Mana mungkin hantu bisa luka," jawab Mew setengah bercanda.

"Tapi kelihatannya kau lelah," kataku, lalu duduk disebelahnya.

"Iya, rohku memang agak lelah. Joss itu menyebalkan."

"Kemana Tuan Joss?"

"Kenapa kau memanggilnya Tuan?" Mew tertawa.

"Karena kalau tidak begitu, ia akan marah."

"Ia memang cepat naik darah. Padahal dia sama sekali nggak bisa berarung."

"Masa, sih ?" tanyaku setengah tak percaya.

"Iya, setelah pisaunya kusembunyikan, beraninya hanya mengancam. Dasar pengecut!"

"Ooh, begitu?" Aku mengamati keadaan sekelilingku dengan cemas.

"Jangan cemas, sekarang ia sedang tidak ada. Ia pasti sibuk menacari orang yang mau meminjamkan pisau.

"Meminjam pisau ?" Kusandarkan tubuhku di penampungan air sambil menghela nafas. "Apa tidak ada rencana lain untuk mencegahnya kemari?"

"Tidak ada, aku tidak bisa melakukan apa-apa." Mew menunduk. "Aku hanya berharap tidak ada orang yang mau meminjamkannya pisau," katanya lesu.

"Mew...," Aku memasukkan tangan kedalam kantong, menggenggam kancing pemberiannya. "Apa kau akan di hukum karena melanggar aturan?" tanyaku cemas.

"Entahlah!" jawabnya spontan. "Tapi Gulf tidak perlu cemas." Kini Mew menatapku lembut. "Aku lebih khawatir kalau Joss berhasil kembali membawa pisau."

"Apa ia akan puas setelah menemukan keturunan Thanatsaran?" tanyaku sambil memalingkan wajah.

"Kau sudah menemukannya?" Mew setengah tak percaya.

Aku tidak mungkin merahasiakannya lagi. "Kurasa begitu," kataku mengangguk.

"Ooh, begitu." Mew berdiri. "Apa Gulf akan memberitahukan itu pada Joss?"

Aku ikut berdiri. Langit biru membentang luas. Apakah Joss akan puas kalau aku mengatakan Krist adalah keturunan keluarga Thanatsaran? Tapi aku tidak tega mengatakannya. Perlahan-lahan ku tatap Mew.

"Aku tak tega karena Joss pasti akan membunuhnya," jawabku.

"Istriku memang hebat." Mew tersenyum. "Gulf, jangan mencemaskanku. Lebih baik, jaga dirimu baik-baik." Angin membelai rambut Mew. Aku menatapnya. Rasanya alu tak percaya kalau ia bukan manusi lagi.

"Aku harus pergi." Suara Mew terdengar sedih. "Tapi aku pasti akan datang lagi."

Itulah kalimat terakhir yang diucapkan nya sebelum menghilang.

Selama beberapa detik, aku hanya bisa diam terpaku menatap kepergiannya. Kini aku sendirian berdiri di sini. Hatiku seperti teriris-iris. Ternyata aku benar-benar mencintainya!

Setelah sampai di rumah, kancing itu ku pasang tali dan kukalungkan ke leher.



TBC
HAPPY READING

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
🎉 Kamu telah selesai membaca "𝕯𝖆𝖙𝖎𝖓𝖌 𝖜𝖎𝖙𝖍 𝖙𝖍𝖊 𝖌𝖍𝖔𝖘𝖙" 🎉
"𝕯𝖆𝖙𝖎𝖓𝖌 𝖜𝖎𝖙𝖍 𝖙𝖍𝖊 𝖌𝖍𝖔𝖘𝖙"Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang