Masuk Klub Hantu

299 19 2
                                    

***

"Gulf, Mild datang, tuh!" seru Mama.

Sudah kuduga. Siapa lagi yang datang pagi-pagi begini kalau bukan Mild. Aku bergegas menghabiskan roti sarapan lalu meneguk susu hangat.

"Bukannya dari rumah Mild lebih dekat kalau langsung ke sekolah?" tanya p'grace sambil melahap telur dadarnya.

Aku hanya meliriknya sekilas, lalu berangkat.

Nama lengkap Mild adalah Suttinut Uengtrakul. Tapi, karena aku selalu memanggilnya Mild, kekuargaku mengira bahwa Mild adalah nama sebenarnya.

"Mild suka bangun pagi, ya? kalau Gulf selalu saja kesiangan," kata Mama.

"Maaf, membuatmu menunggu," Aku mendorong mama kesamping, lalu menyeret Mild yang sedang berusaha masuk kerumah. "Berangkat dulu, Ma!" Cepat-cepat aku menutup pintu rumah.

Kenapa Mild sampai jauh-jauh memutar kerumahku? Tapi setelah ku pikir-pikir, ini pasti karena klub hantu, tempatku mendaftar kemarin. Belum lama berjalan, anak itu langsung bertanya," Gulf, kenapa kau masuk klub seperti itu?"

Aku segera menarik Mild masuk lift, lalu kujelaskan bahwa aku masuk klub hantu itu sepengetahuan orang tuaku. Sesekali kucubit lengannya, menyuruhnya diam, karena orang-orang di dalam lift tidak lain adalah para tetanggaku.

setelah sampai di luar lingkungan apartemen, ia langsung menghujaniku dengan bermacam pertanyaan. "Kenapa mesti di rahasiakan? Kau juga bermaksud merahasiakannya padaku, ya?"
"Hmm..."
"Kenapa sih mesti masuk ke klub itu? bukannya klub itu nggak di akuin sama sekolah?"
"Aku..."
"Bukankah klub hantu menyeramkan? Hampir semua murid takut pada klub itu," desak Mild
"Tunggu sebentar... biar kujelaskan dulu," sahutku, setelah agak tenang.

Terus terang, aku bingung bagaimana menjelaskannya. Sebenarnya aku masuk klub itu untuk belajar ilmu memanggil hantu. Tapi, kalau ngomong begitu, tentu Mild akan langsung bertanya, buat apa aku memanggil hantu.

"aku ingin bertemu seseorang," kataku tanpa sadar.
"Apa?" Mild terkejut mendengar penjelasanku.
"Benar, aku ingin bertemu seseorang,"
Anak itu terdiam. setelah beberapa saat, tiba-tiba ia nyeletuk, "Bagaimana, ya?"
"Iya, aku juga bingung, nih," sahutku senyum.

Aku menarik nafas dalam-dalam. Hatiku sakit saat ingat akan suatu hal, yang selama ini mengganjal hatiku.

"mungkin Gulf nggak tau..." bisik Mild, melihat ke kanan-kiri. "Eh, Krist juga naksir cowok itu, lho."
Aku terperanjat. "Memangnya... aku naksir siapa?" tanyaku heran.
"Lho, bukankah kau masuk klub itu untuk mengerjar Singto?"
"Hah? Singto? Singto yang mirip Nanon si pengusir hantu?" Anak-anak memanggil Singto dengan julukan Nanon, karena model rambutnya memang mirip.
"Kalau bukan Singto berarti si Tay Tawan?"
"Nggak?"
"Kalau begitu... Ohno?"
"Ugh."
"Jangan-jangan si Off?"
"Berarti memang Singto, dong."

Aku berusaha menenangkan diri. "Hmm, memang sih Singto yang paling cakep di klub itu." Meskipun terkesan agak misterius, wajah laki-laki itu memang lumayan cakep. banyak laki-laki maupun wanita yang terkesan dengan pembawaannya itu.

"Wah, krist ternyata suka tipe laki-laki seperti itu."

Krist adalah sahabat New, bos kelas kami. Mereka berdua slalu saja memusuhiku.

''Tapi aku salut pada Gulf, rela masuk klub itu hanya untuk mengejar Singto," canda Mild sambil tertawa.
"Aku juga heran," sahutku.

Sebenarnya aku sendiri heran, kenapa ia bisa mengambil kesimpulan bahwa alasanku masuk klub itu karena ingin mengejar Singto. Tapi, aku malah jadi punya alasan untuk menjelaskan kenapa aku ikut klub itu.

"Selera Gulf berubah, ya."
"Memang kenapa?"
"Bukannya selama ini kau suka laki-laki tipe sporty?"
"Benar, sih. Tapi aku tertarik dengan pembawaannya yang misterius itu," jawabku sekenannya, berusaha mengelabui Mild.

***

"Selamat pagi, Krist," sapaku.
Krist hanya mendengus saat melihatku di depan gerbang. "Katanya Gulf ingin jadi perantara manusia dengan hantu ya?" tanyanya setengah mengejek. Ia lalu berjalan meninggalkanku.
"Serangan dari Krist, si green ball, datang!" seru Mild.
"Hei, kenapa kau tampak gembira?!" hardiku kesal.
"Hei, bukankah kau sekarang lebih unggul, sudah masuk klub duluan?''
"Iya juga, sih."

Tapi... betapa malang nasibku. Aku harus menerima kenyataan, bahwa Mild menduga aku menyukai Singto.
Aku sudah menduga, Krist dan New pasti akan terus menyerangku. Tapi aku tidak akan keluar dari klub itu begitu saha, karena Singto pernah bilang bahwa aku mempunyai sedikit indra keenam. Apakah dengan indra keenam itu aku bisa memanggil arwah orang yang sudah meninggal?
Kalau memang bisa, aku akan memanggil Mew kemari!


TBC
SEGINI DULU YAA

TBCSEGINI DULU YAA

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"𝕯𝖆𝖙𝖎𝖓𝖌 𝖜𝖎𝖙𝖍 𝖙𝖍𝖊 𝖌𝖍𝖔𝖘𝖙"Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang