Loser 1

182 26 4
                                    

Waktu menunjukkan pukul 12:00 pm. Tapi Pemuda tampan itu masih terus saja sibuk dengan berkas-berkas kantor yang belum selesai ia kerjakan.

Sebenarnya bisa saja ia mengesampingkan berkas-berkas itu untuk mengistirahatkan tubuhnya yang sudah kaku. Tapi, ada alasannya. Dia hanya tidak mau memikirkan pemuda yang sampai saat ini masih selalu menghantui pikirannya.

Bukan apa-apa. Jika saja pemuda yang ia cintai itu juga mencintainya. Itu tidak akan membuat ia frustasi sampai-sampai menyibukkan diri dengan urusan kantor dan segala macam tetek bengeknya. Nyatanya tidak. Orang yang ia Cintai tidak memiliki perasaan yang sama.
Meskipun pemuda itu sudah menunjukkan ketertarikannya secara terang-terangan tapi si Pujaan rupanya tidak menangkap maksud dari semua perhatian yang ia berikan.

Ingin mengungkapkan perasaannya? Tentu. Tapi ada alasan. Alasan yang membuat ia hanya diam meskipun dia masih menunjukkan perhatian itu.

Sebut saja Hyunjin pengecut.

Ya, pemuda itu Hwang Hyunjin.

Yang saat ini sedang gundah. Dia tidak tau mengapa. Tapi saat ini ia sangat menghawatirkan pemuda manis yang ia cintai itu.

Lama melamun. Mengabaikan berkas-berkas yang masih berantakan di atas meja kerjanya.

Suara bell apartment-nya membuat ia kembali pada kesadarannya.

Kesal, siapa yang datang selarut ini? Apa tidak bisa besok saja?.

Tapi, ia tetap berjalan menuju pintu utama untuk membukakan pintu dan melihat siapa si Pengganggu tadi.

Namun hatinya teriris perih ketika membuka pintu hal yang ia dapati adalah wajah sembab dengan air mata masih mengalir deras di kedua pipi tembam pemuda yang baru saja ia pikirkan.

Iya, pemuda yang ia cintai kini menangis di hadapannya dengan isak yang membuat dadanya sesak.

Bagaimana jika kau yang melihat pemandangan seperti itu.

Amarah nya terpancing. Menghela nafas panjang untuk tidak berteriak di depan wajah yang sudah berantakan itu.

"Sekarang apa lagi?" Tanya Hyunjin berusaha tenang. Sudah sangat tau apa yang membuat pemuda itu menangis. Pasti masihlah masalah yang sama.

"A-aku menunggu tiga jam. Hiks" suara bergetar dari orang di hadapannya ini membuat ia hancur. Sudah berapa kali ia tersakiti?

Hyunjin mendekat. Ia tidak bisa bersikap tenang.

Melangkah dan menangkup kedua pipi itu.

"Selama itu? Dan kau masih menunggu?" tanya Hyunjin mengerang.

Dan pemuda manis itu mengangguk.

"Astaga Lixie. Bisakah kau tidak melakukan itu lagi?" tanya Hyunjin yang kini melepas kedua belah pipi itu dan mengusap wajahnya kasar.
Diluar itu sangat dingin.

"Aku tidak bisa, maaf"
Pemuda yang bernama Felix itu semakin terisak. Dan membuat Hyunjin ingin mengumpat keras di hadapan Felix-nya.

"Masuk lah"
Suaranya melembut.

Jika kalian bertanya apa kelemahan Hyunjin.

Maka pemuda di hadapannya ini lah yang menjadi kelemahannya. Dia tidak akan menutup-nutupi hal itu jika ada yang melontarkan pertanyaan macam itu.

Pada akhirnya. Felix mengangguk dan masuk ke dalam apartment yang sudah sering ia datangi untuk berkeluh kesah.

Hanya itu yang biasa Felix lakukan di Apartmentnya.

Loser (Changlix)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang