Loser 6

36 9 0
                                    

Felix menerima ini.

Menerima tinggal di Mansion megah yang akan membuat hidup Felix lebih berwarna.

Iya, rasa sakit yang semakin berwarna.

Tapi, Sesekali ia juga akan singgah ke Apartmentnya,.

Ucapan Johnny itu mutlak, meskipun Felix masih sering meminta pengertian Johnny untuk kembali ke Apartmentnya, lelaki paruh baya itu hanya menggeleng, menolak dengan keras.

Jadi, Felix hanya menghela nafas. Melakukan aktivitas seperti biasanya, untungnya! Permintaannya untuk kembali bekerja itu diperbolehkan oleh Johnny, jadi Felix bisa bebas untuk beberapa Jam dari Mansion yang menurut Felix mencekam itu.

Seperti saat ini, waktu menunjukkan pukul 10 malam.
Dan Felix sedang berdiri didepan pantry menunggu air mendidih, ia akan membuat teh. Felix menoleh ketika mendengar langkah mendekat dan mendapati Herin yang sedang membuka kulkas untuk mengambil sebotol air mineral.

Setelah meneguk minuman itu, Herin bersandar pada kulkas dan menatap Felix yang sepertinya tidak terganggu dengan kedatangannya. Ya, Felix memang tidak terganggu, setelah menengok jika itu Herin yang datang ia kembali fokus kepada pekerjaannya.

"Kau sedang apa?" Tanya Herin yang saat ini masih berdiri ditempat yang sama. Felix tersenyum tipis pada istri kedua suaminya itu.

"Ayah memintaku untuk membuatkannya teh" ucap Felix lalu kembali fokus, tidak ada topik lain ,kan? Lagipula dia tidak pernah mengobrol dengan perempuan itu selama ia tinggal disini.

Herin mengangkat sebelah alisnya, kemudian terkekeh.
"Mencari muka eoh?" Felix menoleh cepat. Apa maksud perempuan ini?

"Kau mengatakan sesuatu?" Tanya Felix. Dia tidak mau berprasangka buruk kepada perempuan ini, jadi dia harus memastikan bahwa pendengarannya yang mungkin saja bermasalah.

"Pasti kau sangat senang ya, bisa tinggal di Mansion besar ini dan menjadi anak ayah" perempuan itu tersenyum mengejek. Felix sungguh tidak menyangka dengan perempuan ini. Dia sekarang tau jika yang membenci keberadaanya dirumah ini bukan hanya Changbin, tapi juga istrinya.

"Aku tidak tau apa yang kau maksud, tapi aku disini juga bukan kemauanku sendiri"

"Tapi saat ini kau ada disini, dan itu artinya kau mau"

Felix menghela nafas, menatap Herin tidak percaya.

"Dan juga, kalau boleh jujur. Kau sama sekali tidak pantas menjadi bagian dari keluarga Seo, "
Felix mengepalkan kedua tangannya, ia tak terima. Meskipun ia memang merasa tak pantas.

"Ya aku memang-"

"Ya Tuhan Lixie airnya sudah mendidih" Herin mendekat dan mencubit pipi Felix gemas yang semakin membuat Felix bingung dan kesal dengan sikap herin.

"Kalian sedang apa?"

Mereka berdua menoleh kepada orang yang bertanya itu, Herin tersenyum manis.

"Ah, ibu. Kami sedang membuatkan teh untuk ayah" jawab Herin yang mulai menyeduh teh dihadapannya.
Sowon mengangguk.

"Tumben sekali dia tidak menyuruhku"
Sowon menggerutu dan kembali menjauh dari dapur. Ketika Sowon sudah pergi, Herin menatap Felix tajam.

"Lanjutkan!" Titahnya , menjauh dan duduk menunggu bak seorang ratu, Felix menggeleng pelan dan kembali melanjutkan pekerjaannya.

Setelah secangkir teh sudah siap, Felix mulai membawanya untuk segera ia berikan kepada Johnny.

Loser (Changlix)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang