Panggilan

36 2 0
                                    

“Hei! Perpus bukan tempat buat tidur kaliii.. Bangun bangun!”

Suara itu terdengar familiar. Ara pun terpaksa bangun dari tidurnya. Didepannya sudah ada Alfa-cowok paling ngeselin yang selalu ikut campur urusan orang lain.

“Bisa diem ga sih lo? Ganggu aja,”

“Ga bisa kalo lo tetep judes sama gue”

“Males,” balas Ara datar.

Ara segera beranjak meninggalkan cowok sok akrab dan sok keren itu. Berlama-lama disini hanya akan membuat mood Ara semakin berantakan.

“Heh mau kemana lo?” tanya Alfa berusaha mencegat Ara.

“Bukan urusan lo!”

Ara semakin mempercepat langkahnya. Bisa gila jika lama-lama bersama Alfa.

“Bisa ga gue jadi temen lo?”

Pertanyaan itu berhasil membuat Ara menghentikan langkahnya lalu berbalik badan dan menatap cowok didepannya itu.

“Lo temenan aja sana sama yang lain. Jangan sama gue!” jawab Ara ketus.

Heran deh gue, kalo semua cewek-cewek disini selalu caper ke gue, kenapa lo enggak, Ra? Gue makin tertantang kalo gini, kenapa lo selalu ngejauhin cowok-cowok yang ngedeketin lo?” batin Alfa sambil menatap kepergian Ara.




*****

“ARAAAAA!!! LO DARI MANA AJA SIH?” tanya Mega saat melihat Ara memasuki kelas.

“Eh Ra, lo dicariin ketua OSIS tadi, katanya lo ditungguin di ruang musik sekarang. Sana gihhh keburu bel masuk bunyi,” sahut Anggi memberi informasi.

“Ruang musik? Ada apa? Kalian aneh-aneh pasti,” tanya Ara penuh selidik.

“Ada info penting, Ra. Buruan ahh! Masak lo tega ngebuat my sweety Salman nungguu... aahh gabisa bayangin deh gue.. kasian my sweety,”

Mega mulai menunjukkan jati dirinya. Siapa yang gak hafal sama cewek satu ini. Semua cowok-cowok ganteng pasti di halu-in. Apalagi ketua OSIS disini, jangan tanya bagaimana tampang cowok itu. Cowok yang hampir sempurna dari segi fisik dan sikap, pembawaanya tenang dan sangat berkharisma. Siapa yang tidak terbawa perasaan kalau melihat cowok ini. Tapi sekali lagi, tidak berlaku bagi Adindara Oktavia.

“Males gue, ntar aja deh. Pasti ga penting,” jawab Ara malas.

“Kebiasaan deh ni orang, kaga bergairah banget hidup lo, ini kesempatan emas buat lo, Ra.... kapan lagi lo dideketin sama cowok kayak Salman. Yaampuunn ga habis pikir gue. Tau ah males,” ucap Anggi dengan kesal.

Sahabatnya tahu, sangat susah membujuk Ara jika bukan kemauan dari Ara sendiri, apalagi tentang cowok. Dia pasti sangat malas jika topik pembicaraan temannya tentang itu-itu saja. Bagi Ara semua manusia berjenis kelamin laki-laki sama saja. Brengsek!

“Iya iya ntar pulang sekolah gue kesana,”

“Nahhhh gituu dong,” jawab Mega dan Anggi kompak.




*****

15 menit lagi sebelum bel pulang berbunyi.


Di jam-jam kritis ini, materi yang tertera dipapan tulis sangat membosankan. Disampingnya terlihat seorang pria paruh baya berusaha menjelaskan materi pada muridnya yang sudah tak bersemangat lagi. Ada yang sedang berlayar dimimpinya, ada yang beberapa kali menguap, ada yang pura-pura memerhatikan, ada yang izin ke kamar mandi tapi tak kunjung kembali, ada juga yang izin sholat tapi kembali membawa cireng, dann yang paling menyebalkan adalah ada Alfa yang selalu cari perhatian dengan selalu bertanya ke guru. Apa cowok itu tidak bosan bertanya terus? Menjengkelkan.

Ara menatap cowok itu datar, seakan memberi sinyal untuk meyudahi sesi tanya-jawab yang membosankan ini. Pelajaran biologi. Sangat membosankan. Siapa yang tidak mual jika harus mempelajari dan menghafal nama-nama latin didalamya? Membacanya saja membuat lidah kesleo.

Alfa mengerti maksud tatapan Ara. Bukannya berhenti, ia malah dengan sengaja memperpanjang durasi tanya-jawabnya. Sungguh, kelas ini seperti kelas privat dimana murid satu-satunya yang antusias hanya Alfa. Yang lain hanya menonton saja tapi tidak mengerti apa yang ditontonnya.

“Baik Anak-anak, untuk menambah pemahaman kalian, Bapak kasih PR tentang materi ini. Silahkan kalian kerjakan buku paket halaman 58 sampai.................... halaman 82,”

“Waduuh Pakk itu ngasih PR apa ngasih cobaan hidup Pak?”

“Iya nih Pak, apa gak kurang banyak?”

“Jangan banyak-banyak Pak PR nya, belum ngerjain tugas yang lain juga Pak”

Begitulah keluhan murid yang terdengar dari segala penjuru. Sepertinya penderitaan yang dirasakan murid belum cukup sampai penjelasan materi saja, masih ada Tugas, PR, dan kawan-kawannya yang menjadi pelengkap dari penderitaan ini.

“Siap Pakk, laksanakan”

Semua murid di kelas sontak menoleh ke sumber suara itu. Siapa lagi kalau bukan cowok ngeselin bernama Alfa.  Disaat yang lain protes dia malah terlihat sangat senang. Mentang-mentang pintar. Menyebalkan!

“Naah, Alfa aja sanggup mengerjakan soal-soal ini, ini soalnya gampang kok asal kalian banyak membaca materi, kalian pasti bisa jawab. Kalau tidak mengerti bisa kalian tanyakan ke Alfa,” ucap Pak Juned - Guru Biologi.

“Soalnya emang gampang Pak, jawabannya ituloh pak syusaaahhh bingiitt,” Mega mulai angkat suara.

“Yaahh Al, ga asik lo ah,”

“Tau nih, masak waktu leha-leha gue dirumah dipake buat ngerjain tugas teros. Kasian nasib sapi-sapi gue,”

“Apa hubungannya sama sapi lo, pe’a,”

“Udaah santai aja, ntar ngerjain sama gue,” balas Alfa enteng.


“Ck, cowok gak jelas! Sok oke banget jadi orang” Ara berdecak kesal, memutar bola matanya.





Bersambung....

Akhir yang SamaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang