Laki-laki Brengsek

21 3 1
                                    

"Jadi maksud kedatangan gue... Sebenernya ituu....  anuu..."

Salman mendadak gagu, tidak biasanya cowok yang notabennya ketua OSIS di sekolah jadi kesulitan berbicara seperti ini. Padahal biasanya dia paling jago kalau urusan public speaking. Dari sesama teman hingga kepala sekolah pun, Ia selalu mengutarakan perkataannya dengan lancar dan percaya diri. Entah mengapa didepan Ara, Ia jadi susah menyampaikan maksudnya. Cewek ini benar-benar membuat Salman menjadi sosok yang aneh.

"Argghh malu-maluin banget gue," batin Salman mengacak rambutnya frustasi. Ia terlihat seperti salah tingkah. Ara yang melihatnya menjadi bingung dan mengernyitkan dahi.

"Kalo ga penting gue pulang," Ucap Ara seraya mendesak Salman untuk mengutarakan maksudnya.

"Ehh tunggu, jadi gini, sekolah kita bentar lagi ikut lomba drama tingkat Nasional. Kebetulan salah satu pemainnya kemaren kecelakaan dan harus istirahat total. Jadi kita disini butuh lo buat gantiin dia," Dengan sekali tarikan nafas, Salman akhirnya berhasil menjelaskan maksudnya.

"Kenapa harus gue?"

"Tadi temen kelas lo yang ngerekomendasiin,"


SIAL

Kelakuan siapa lagi kalo bukan dua sahabat tengilnya itu.

"Gimana?" tanya Salman membuyarkan lamunan orang didepannya.

"Gantiin sapa?"

"Lo gantiin Dini, jadi penyihir,"

Salman menunduk dan memelankan suaranya saat menyebut kata penyihir, Ia takut orang yang baru dikenalnya menjadi tersinggung. Ya jelas dong! Baru kenal diajak jadi penyihir.

"APAAAA!!!!!! Penyihir? Gak salah denger gue?"

Ara membatin, sedikit kaget dan tidak percaya dengan permintaan ketua OSIS didepannya. Untungnya Ia bisa mengkondisikan ekspresi wajahnya. Yang benar saja, masak cewek cantik kayak Adindara jadi penyihir???

"Kalo ada yang lain kenapa harus gue," ucap Ara datar.

Ara berbalik lalu  melangkahkan kakinya. Tawaran ini sungguh gila. Apa tidak ada peran yang lebih keren dari seorang penyihir? Seorang putri atau ratu gitu kek.

"Tapi Ra, lo yang pantes ehhh maksud gue lo bisa meranin jadi tokoh itu" Salman menyamakan langkah kakinya dengan Ara, mencoba terus membujuknya.

"Kurang ajar, bangsat, brengsek njandjwkeotjhw+#($-)#)#!"

Ara mengumpat dalam hati. Belum puas rasanya jika hanya memberikan cowok ini sumpah serapah. Ara juga ingin mendaratkan pukulannya ke wajah cowok kurang ajar ini.

"Enteng banget bilang gue pantes jadi penyihir," lanjutnya membatin.

"Gak, gue gak tertarik," jawab Ara ketus.

Salman tidak lagi menghalangi Ara. Ia terus memperhatikan cewek yang beberapa saat lalu ada didepannya. Dari kejauhan terlihat cewek itu sedang melambaikan tangannya ke sebuah angkutan umum yang melintas, kemudian masuk kedalamnya. Salman tersenyum. Ada yang berbeda dengan cewek satu ini.

"Dasar cewek aneh,"




*****

BRUKKKKK

Wanita itu kaget bukan main mendapati sosok pria yang tiba-tiba mendorongnya dengan kasar. Tubuhnya cukup keras membentur dinding di pojok ruangan bernuansa putih abu-abu itu. Ia bertanya-tanya dalam tatapannya. Apa salahnya? Matanya mulai berkaca-kaca. Sorot matanya menyiratkan kepedihan mendalam, seperti sudah lelah dengan situasi seperti ini. Ia menatap sosok pria didepannya. Pria yang tak lain adalah suaminya, Prabu.

Prabu Mahendra.

Pria kasar yang tidak punya perasaan, tidak pernah memperlakukan istrinya dengan lemah lembut dan penuh kasih sayang. Selama ini, Ia hanya memberikan luka dan siksaan. Tidak ada perlakuan lain selain menyakiti wanita yang statusnya adalah istrinya.

Prabu menyeret dan memaksa wanita tak berdaya itu berdiri tegak.

PLAAAKKKK

"ISTRI GAK TAU DIRI KAMU!!! SUAMI DARI TADI MANGGIL-MANGGIL GAK DISAMPERIN. MAU JADI ISTRI DURHAKA KAMU HAHH??"

"Hikss.. hikss... Aku lagi masak didapur mas, maaf gak kedengeran hikss...," Rosa berusaha menjelaskan. Meski Ia tahu, memberi penjelasan atau tidak, tidak akan ada bedanya. Akhirnya tetap seperti ini. Di siksa lagi dan lagi.

"HALAH ALASAN TERUS KAMU! MAKIN HARI MAKIN BERANI SAMA SUAMI,"

PLAAKKKKK

Dua tamparan sudah berhasil mendarat sempurna di pipi wanita itu. Pipinya memanas. Tangisnya terdengar semakin menyesakkan. Ia sudah tak tahan dengan perlakuan suaminya selama ini. Ia ingin suaminya berubah, ia ingin mencoba melawan, namun apa daya. Ia tidak cukup berani melakukan hal itu kepada orang yang dicintainya. Anehnya orang yang ia cintai malah memperlakukannya tak lebih seperti seorang budak. Bahkan ia mendapat perlakuan seperti ini hanya karena masalah sepele. Benar-benar brengsek!

Cinta memang membuat orang jadi bodoh dan buta.

"MAKIN GAK BETAH AKU DISINI, PUNYA ISTRI KOK GAK GUNA" Ucap Prabu sebelum akhirnya meninggalkan Rosa yang kini terduduk lemas di lantai.





******

"Maaaaa... Ara pulaangggg!!"

"Maa..."

Ara mencari keberadaan Ibunya. Matanya meneliti setiap sudut ruangan yang ada di rumahnya. Perasaannya mulai tidak nyaman. Ara mempercepat langkahnya, ia tidak ingin sosok wanita yang menjadi penyemangat hidupnya dalam masalah. Tinggal satu tempat lagi. Taman belakang.
Ia bergegas menuju ke tempat yang berada dibagian belakang rumahnya itu.

"Maa..."

Perasaan takutnya kini mereda usai melihat sosok wanita yang dicarinya sedang tertidur di bangku taman. Ara menatap lekat wajah Ibunya, wajah itu terlihat sangat lelah. Rambut putihnya makin hari makin nampak, guratan diwajahnya juga makin kentara. Ara tersenyum dibalik kesedihannya. Ia masih belum bisa memberikan yang terbaik untuk Ibunya, satu-satunya orang yang menjadi alasannya untuk selalu bertahan dikondisi sulit. Lama Ara menatap wanita itu, hingga kemudian Ia menyadari ada yang berbeda dari wajahnya. Bagian pipi sebelah kiri wanita itu nampak kemerahan. Ya itu benar. Ara mengepalkan kedua tangannya. Nafasnya memburu, matanya menyala menyiratkan kemarahan. Ia yakin bahwa ini adalah perbuatan laki-laki sialan itu.

"Sudah cukup! Setelah ini gak akan gue biarin laki-laki brengsek itu nyentuh Mama lagi!"

******








Bersambung....

Haloo halo haloo..
Jangan lupa vote dan komennya yaa biar makin semangat nih ngelanjutin ceritanyaa.. ehehe

Akhir yang SamaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang