Bab 17

132 72 0
                                    

Seminggu berlalu lagi dan Hyujin masih setia menunggu mereka. Setelah pulang dari sekolah, Hyujin ke padang untuk mendapatkan ketenangan.

" Seminggu dah berlalu. Kenapa tak nak datang balik?" Hyujin menyapu air matanya.

Rantai kristal yang tergantung di lehernya dipegang sebelum dia menyatukan tangannya dan menutup mata.

' Aku harap mereka berlima balik hari ni,'

Setelah membuat permintaannya, cahaya dari kristal itu membuka mata Hyujin untuk melihat sekeliling namun hampa di saat tiada orang selain dirinya di sana.

Beg di sebelahnya dicapai sebelum dia beredar dari padang itu untuk menuju ke rumahnya.

Sedang dia berjalan, sebuah kereta hampir merempuhnya namun seseorang menariknya ke belakang.

" Cuai. Berapa kali aku pesan jangan cuai?"

Hyujin terus memandang si pemilik suara. Kelihatan ia hanyalah khayalannya semata. Hyujin jatuh tersungkur hingga menyebabkan lututnya berdarah.

" Cepatlah balik," Hyujin menekup mukanya dengan beg.

" Hyujin. Kenapa ni? Ok ke? " soal Theo.

" Macam mana oppa tahu Hyujin dekat sini?" Hyujin menyoal tanpa mengangkat kepalanya.

" Kalau Hyujin sakit atau terluka, oppa dengan Jiung boleh tahu Hyujin dekat mana. Dah, jom balik," Theo menarik tangan Hyujin.

Perlahan-lahan Hyujin begun dan mengikut Theo pulang ke rumah. Sebaik sahaja tiba di rumah, Hyujin berkurung di dalam biliknya.

" Wooyoung kau tak nak pujuk dia ke? " soal San.

" Aku nak tapi,,, " Wooyoung mengeluh.

" Alahh. Korang dah sampai sini. Takkanlah tak nak pujuk dia?" soal Jiung.

" Takpe. Sepatutnya dia tahu yang sesiapa yang membuat perjanjian dengan aku, semua permintaan akan dikabulkan, " kata Seonghwa.

Satu tamparan tepat mengena bahu Seonghwa oleh Wooyoung. Semua memandang Seonghwa.

" Sejak bila kau buat perjanjian dengan dia? " soal Wooyoung.

" Kau dengki ke, Wooyoung? " soal Hongjoong.

" Tak,,, takdelah," Wooyoung mengalihkan pandangannya ke arah lain.

Semua yang lain mengukir senyuman melihat Wooyoung. Ketukan di pintu membuatkan mereka mengalihkan perhatian ke arah pintu. Theo membukakan pintu dan kelihatan Sumi mengukir senyuman di situ.

" Sumi dah datang. Jiung, panggil Hyujin turun makan," arah Theo.

Jiung mengangguk sebelum naik ke bilik Hyujin.

" Kita tengok sama ada Hyujin masih ingat masakan Wooyoung atau tak," kata Jongho.

Wooyoung hanya menjeling sebelum mereka berlima menyorok di dapur.
Kelihatan Hyujin dan Jiung turun sebelum duduk di meja makan.

" Jom makan," Theo meletakkan daging goreng ke dalam mangkuk Hyujin.

Tanpa suara, Hyujin menyuapkan daging itu ke mulutnya. Terus berubah air mukanya saat menelan daging itu.

" Kenapa? Tak sedap ke?" soal Jiung.

" Siapa yang masak? Ni macam masakan Wooyoung, " kata Hyujin sambil memandang Sumi yang berada di sebelahnya.

" Pandai betul. Emm rindu aku ke?" Wooyoung kelihatan sedang memandangnya.

Hyujin terus mendapatkan Wooyoung sebelum memeluknya erat. Perut Wooyoung disentuh.

" Kenapa? Aku seksi sangat eh?" soal Wooyoung.

" Sakit ke kena tusuk tu?" soal Hyujin.

" Tak," Wooyoung menggelengkan kepala.

Hyujin menganggukkan kepalanya sebelum menjauhkan dirinya dari Wooyoung. San dipandang sebelum dipeluk San erat.

" Oppa. Kalau oppa tak bagi memori oppa Hyujin takkan tahu yang oppa ni oppa kandung Hyujin," Hyujin memeluk San erat.

" Apa maksud Hyujin?" soal San tidak mengerti.

Hyujin melepaskan pelukan sebelum memandang mereka semua.

" Memori San oppa masuk dalam Hyujin. Baru Hyujin tahu, San oppa kembar kepada Theo oppa, " kata Hyujin.

Theo, Jiung dan San paling ketara terkejutnya. Mereka memandang satu sama lain.

My Boyfriend Is A Demon [ ATEEZ ] Where stories live. Discover now