Bab 14 : Sebuah Keputusan
•
•
•Sebelumnya Sasuke sudah menduga bahwa sang istri jelas akan marah bila mengetahui perselingkuhan dia dengan Sakura. Namun, Sasuke sama sekali tak pernah mengira bahwa Naruto akan sampai meminta bercerai darinya. Tidak. Sasuke tak pernah membayangkan kata perpisahan keluar dari mulut istrinya.
"Tarik kembali kata-katamu, Naru." Sasuke menjawab tegas dengan air muka yang masih tampak sendu. Tapi meski begitu, Naruto sama sekali tidak simpatik. Padahal sangat jarang Sasuke berekspresi sedih seperti ini selain karena hal-hal yang amat melukai hatinya. Namun, kekecewaan yang Naruto rasakan jauh lebih besar dan sudah terlalu dalam untuk dia bisa peduli pada Sasuke.
"Jangan sembarangan bicara." Sasuke kembali berujar seraya mencengkeram salah satu pergelangan tangan Naruto. "Perceraian bukanlah hal yang main-main."
Naruto balas menatap sang suami dengan pandangan yang begitu dingin. Sebuah pandangan yang selama ini tidak pernah sekali pun Naruto berikan pada Sasuke. "Bukankah pernikahan juga bukan hal yang main-main? Tapi, coba lihat apa yang sudah kau lakukan di belakangku." Naruto melepas cengkeraman Sasuke dengan kasar. "Kau sudah mempermainkanku, Sasuke."
Waktu semakin bergulir. Hari tak lagi pagi. Tetapi, Sasuke tidak peduli akan pekerjaan di kantor yang menanti. Dia akan memberi alasan pada sang atasan bahwa dia ada urusan keluarga yang mendesak sehingga tidak bisa datang tepat waktu ke kantor. Karena yang terpenting saat ini bagi Sasuke adalah berbicara dengan Naruto.
"Naru, aku sudah meminta maaf padamu." Sasuke menatap penuh harap pada sepasang safir sang istri yang masih tampak basah.
"Maaf? Mudah sekali kau mengatakan itu." Naruto mengeraskan rahang seraya mencengkeram kerah kemeja sang suami, menariknya kuat, membuat Sasuke sedikit menunduk padanya. "Bagaimana bila aku yang ada di posisimu saat ini!? Bagaimana bila aku yang mengkhianatimu!?" Suara Naruto semakin meninggi hingga nyaris berteriak. "Bagaimana bila aku yang membagi perasaan serta tubuhku pada pria lain!? Bagaimana, Sasuke!? Apa kau akan menerima permintaan maafku begitu saja!?"
Dengan napas yang memburu bersebab gejolak dari berbagai macam emosi, Naruto melepas cengkeramannya sembari membuang muka. "Jangankan seperti itu. Kau bahkan selalu marah bila aku sekadar bertegur sapa dengan pria lain. Kau selalu meragukan kesetiaanku."
Tak ingin berlama-lama berada di dekat sang suami dan berdebat dengannya, Naruto lantas beranjak. Namun, baru saja langkahnya tiba di ambang pintu, Sasuke segera memeluknya dari belakang. Memeluknya dengan sangat erat, benar-benar sarat akan rasa takut kehilangan.
Hati Sasuke tercubit sakit kala Naruto berusaha melepaskan diri. Padahal biasanya, Naruto selalu dengan senang hati menerima pelukan darinya, bahkan Naruto juga selalu balas mendekapnya dengan penuh kelembutan.
"Aku tidak ingin kita berpisah." Sasuke semakin mengeratkan pelukan hingga Naruto pun semakin sulit untuk lepas dari dekapannya. "Maafkan aku, Naruto. Aku benar-benar minta maaf."
Untuk sejenak, Naruto berhenti meronta. Dia hanya terdiam sembari menatap kosong pada kedua tangan Sasuke yang masih setia melingkar erat pada perutnya. "Lepaskan aku." Suara Naruto terdengar lebih rendah, kentara akan amarah.
"Aku tidak akan pernah melepaskanmu sebelum kau menarik semua kata-katamu yang menginginkan kita berpisah." Sasuke menenggelamkan wajahnya pada ceruk leher sang istri, membuat ekspresi penuh kesedihannya jadi tersembunyi. "Kita masih bisa membicarakan masalah ini secara baik-baik. Tapi, tanpa pikir panjang kau langsung memutuskan untuk berpisah dariku. Kenapa ...? Kenapa kau bisa dengan tegas menginginkan perpisahan di antara kita ...?"
KAMU SEDANG MEMBACA
I'm Sorry, Don't Leave Me (20+)
Fanfiction(+20) Cinta yang dikira setia rupanya mendua. Menyimpan banyak dusta yang tak pernah terkira. Lantas, sikap seperti apa yang harus Naruto sambil untuk menghadapi konflik besar dalam kehidupan rumah tangganya bersama Sasuke? Akankah di...