Bab 6 : Retak

750 92 19
                                    

Bab 6 : Retak



Setelah beberapa menit berkutat di dapur menyiapkan makan malam untuk sang anak, Kushina kembali seraya membawa semangkuk sup miso yang sudah dia hangatkan terlebih dulu. Dan Naruto yang tak ingin membuat sang ibu semakin cemas hanya bisa menormalkan ekspresi sendunya, mengukir senyuman tipis sebagai alibi penutup rasa sakit di dalam hati.

Sebenarnya Naruto masih bisa menggerakkan tangannya jika hanya untuk makan, tetapi sang ibu tidak membiarkan. Kushina tetap tak ingin menyerahkan mangkuk serta sendok kepada sang anak walau Naruto sudah meminta.

Naruto tersenyum di sela kegiatan makannya yang disuapi oleh Kushina. Dia benar-benar merasa seperti kembali ke masa kecil jika begini.

"Mikoto, apa kau sudah makan malam?" Kushina bertanya penuh kelembutan setelah selesai menyuapi sang anak dan hendak ke dapur lagi untuk menyimpan mangkuk serta mengambil minum. "Jika belum, biar kubawakan semangkuk sup miso, ya?"

Mikoto yang masih berdiri di dekat salah satu sofa hanya menggeleng sembari memaksakan senyum. "Tidak, terima kasih," tuturnya seraya berlalu.

"Eh ... kau mau ke mana?" Kushina tampak khawatir melihat sang besan keluar dari rumah.

"Menunggu di mobil." Mikoto menjawab cepat tanpa menatap.

Kushina terdiam. Tak mengatakan apapun lagi sebelum beranjak dari sana dan kembali dengan membawa segelas teh hijau hangat.

Sementara di kediaman Akasuna, orang tua Sasori tampak terkejut mendapat empat orang tamu pria yang sama sekali tidak mereka kenal. Dan Sasuke lah yang membuka pembicaraan, menjelaskan semua hal yang sudah Sasori lakukan pada Naruto.

Orang tua Sasori mulanya tak percaya dan malah tertawa sinis menanggapi ucapan-ucapan dari ke empat pria di hadapannya. Namun, Fugaku dengan tegas mengatakan bahwa dia memiliki saksi atas kejadian itu. Dia pun segera meminta Itachi untuk menjemput Neji.

Kala mendatangi kediaman Hyuuga dan meminta Neji ikut bersamanya, Itachi berkali-kali meminta maaf karena sudah mengganggu waktu istirahat. Dan Neji sendiri memang tidak keberatan. Sebab, dia sudah yakin bahwa keluarga Sasuke dan Naruto pasti meminta dia untuk menjadi saksi atas kejadian tersebut. Karena bagaimanapun, Neji memang ada di sana dan menolong Naruto dari Sasori.

Sedangkan Sasori sendiri hanya berdiri santai di ambang pintu ruang tamu, memperhatikan Sasuke dan dua pria lainnya yang terus berseteru dengan orang tuanya, meyakinkan mereka bahwa Sasori memang hendak menodai Naruto dan sudah melukai tubuhnya.

Sasori mendengkus disertai senyuman tipis kala Sasuke menatapnya dengan pandangan yang begitu sarat akan rasa ingin membunuh. Oh, sungguh, Sasori juga sama sekali tidak takut bila keluarga Sasuke dan Naruto menyeret dirinya ke dalam penjara. Karena dia tahu orang tuanya tidak akan membiarkan. Hanya dalam beberapa minggu atau satu sampai dua bulan pun dia pasti bisa bebas kembali.

"Permisi." Suara Neji menginterupsi. Membuat atensi mereka beralih padanya. Termasuk Sasori sendiri.

Sasori terdiam. Merasa heran akan kehadiran pria yang selama ini dia kenal hanya sebagai tetangga di kompleks.

"Ada urusan apa kau ke sini?" Sasori bertanya sinis sembari berjalan mendekat.

Tatapan dan raut wajah Neji tampak dingin. "Hanya untuk menjadi saksi atas apa yang sudah kau lakukan pada Naruto."

I'm Sorry, Don't Leave Me (20+)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang