Bab 5 : Hal yang Tak Diinginkan
•
•
•Dengan perlahan, Naruto melepaskan genggaman sang suami dari kedua tangannya. Dia juga seperti tak peduli pada Sasuke yang tampak diliputi amarah serta kecemasan. Yang justru kini dilakukan oleh Naruto adalah menyentuh setiap sisi tubuh Sasuke seraya menilik dengan teliti, memastikan bahwa tidak ada luka apapun.
Naruto mendesah lega. Awalnya dia memang ragu untuk menyentuh tubuh sang suami karena takut darahnya mengotori. Namun, jika tidak begitu dia tidak akan tahu. Biarlah sekarang baju Sasuke kotor, dia bisa mencucinya nanti.
"Syukurlah." Naruto tersenyum tulus seraya menangkup kedua pipi sang suami. Dan hal itu membuat jejak darah di kedua pipi Sasuke tak bisa dielakkan lagi. "Syukurlah kau baik-baik saja."
Sekitar lima meter di tempat mereka berada, tepatnya di sisi kiri, Neji masih tampak berdiri, memperhatikan Naruto yang sangat mencemaskan Sasuke. Tidak heran memang bila sang istri mengkhawatirkan suaminya yang keluar rumah dengan waktu lama, itu hal yang wajar. Namun, Neji tak habis pikir saja pada sikap Naruto saat ini. Sebab, Naruto sendiri bahkan tidak baik-baik saja dan perlu pertolongan sesegera mungkin.
Apakah dia tidak peduli pada luka di kedua tangannya? Dia mencemaskan orang lain, tapi keadaan dia sendiri jauh dari kata baik-baik saja.
Rahang Sasuke masih tampak mengeras. Raut wajahnya pun tak kunjung melembut. Sama seperti Neji, Sasuke juga tak habis pikir akan sikap istrinya. Mengapa Naruto malah lebih mencemaskan dirinya? Padahal tubuhnya sendiri sedang terluka.
"Siapa?" Sasuke menyentuh kedua tangan sang istri yang masih menangkup kedua pipinya, menjauhkannya perlahan-lahan disertai genggaman cukup kuat. "Katakan padaku, siapa yang melukaimu sampai seperti ini." Suara Sasuke memang tidak tinggi. Namun, dari nadanya Naruto dan Neji sama-sama yakin bahwa putra bungsu Fugaku itu tengah berada di puncak amarahnya.
"Akasuna Sasori." Neji yang menyahut. Sebab, Naruto masih tampak tak sanggup menjawab.
Sepasang iris obisidan Sasuke semakin berkilat tajam. Nama itu tidak asing bagi Sasuke. Ya, dia tahu siapa pemilik nama itu. Dan dia benar-benar tidak mengira bahwa orang itu berani mengusik Naruto, istrinya.
Sasuke bersumpah. Dia tidak akan melepaskan Akasuna Sasori begitu saja.
Mendatangi Sasori, menyayat tangannya atau bahkan memberi siksaan yang lebih pedih adalah hal yang ingin Sasuke lakukan saat ini. Namun, keadaan istrinya tidak memungkinkan dia untuk pergi. Luka itu harus segera mendapat pertolongan.
Tanpa berkata apapun, Sasuke segera masuk ke dalam rumah untuk membawa kunci mobil. Dan setelah kembali, dia lantas memapah sang istri untuk memasuki mobil.
"Sas, kau tidak mengucapkan terima kasih pada Neji?" Naruto bertanya dengan hati-hati setelah Sasuke ikut masuk ke dalam mobil dan siap melajukannya.
Sasuke melirik sang istri dengan tatapan tak suka. "Atas dasar apa aku harus berterima kasih pada dia?"
"Ka-karena dia sudah menolongku, Sas!" Naruto tahu Sasuke pasti masih cemburu pada Neji. Dan karena itulah, dia harus menjelaskan keadaan yang sebenarnya pada sang suami. "Neji yang sudah—"
"Apa saja yang sudah bajingan itu sentuh dari tubuhmu?" Sasuke menyela cepat dan tak lagi menatap. Kini dia hanya fokus menyetir untuk membawa sang istri ke klinik terdekat.
Naruto tak lantas menjawab. Sebab, dia benar-benar terkejut mendengar pertanyaan Sasuke. Apakah bajingan yang dimaksud oleh Sasuke adalah Neji?
KAMU SEDANG MEMBACA
I'm Sorry, Don't Leave Me (20+)
Fanfic(+20) Cinta yang dikira setia rupanya mendua. Menyimpan banyak dusta yang tak pernah terkira. Lantas, sikap seperti apa yang harus Naruto sambil untuk menghadapi konflik besar dalam kehidupan rumah tangganya bersama Sasuke? Akankah di...