Sesungguhnya Naruto lebih suka bila dia dan Sasuke makan bersama di rumah mereka. Bukan di sebuah restoran seperti ini. Karena semewah apapun makanan yang mereka santap di rumah makan ini, makanan tersebut tidak selezat dan seistimewa masakan rumah yang dia buat khusus untuk dirinya dan sang suami.
Sasuke melirik sang istri yang tampak seperti mau tidak mau dalam menyantap makanannya. "Kau kenapa?" tanyanya sembari mengusap sebelah pipi Naruto. "Apa makanannya tidak enak?"
Naruto menggeleng. "Tidak."
"Lalu kenapa kau seperti malas memakannya?"
"Aku hanya tidak terlalu suka makan di tempat seperti ini." Naruto menyandarkan kepalanya dengan manja pada bahu sang suami yang duduk di sisi kirinya. "Aku ingin kita makan di rumah."
Sasuke tersenyum tipis. Dia mengelus sisi kepala sang istri kemudian mengecup dahinya sekilas. "Aku juga lebih ingin memakan masakanmu. Tapi, kau 'kan belum memasak apapun di rumah."
Memang benar, tidak ada makanan yang bisa dijadikan sebagai makan malam di rumah untuk mereka. Tidak mungkin bila Naruto harus mendadak memasak, itu akan terlalu lama.
Dengan posisi kepala yang masih bersandar manja pada bahu Sasuke, Naruto melirik wajah sang suami, menatap tepat pada sepasang iris obisidannya. "Lain kali jika mau pulang kabari dulu seperti biasa. Jadi aku bisa menyiapkan makanan untuk kita."
Sasuke tersenyum lebih merekah kali ini. Dia melingkarkan satu tangannya pada pinggang sang istri seraya berbisik mesra. "Aku ingin membuat kejutan, maka dari itu aku tidak memberitahumu dulu kalau aku pulang hari ini."
"Tapi, jika begitu aku jadi tidak bisa menyiapkan makanan untukmu."
"Tidak apa-apa, Sayang." Sasuke mencium sebelah pipinya dengan gemas. "Masih ada besok untuk kita makan bersama di rumah." Satu tangan Sasuke yang bebas meraih sendok dari piring Naruto setelah mengisinya dengan nasi dan lauk pauk. "Sekarang makan dengan benar, ya. Aku suapi."
Naruto awalnya enggan. Tapi, Sasuke terus membujuk hingga akhirnya dia pun menerima setiap suapan yang sang suami berikan. Bahkan karena hal itu, Sasuke rela menunda makanannya dulu demi istrinya agar makan dengan benar.
Melihat suaminya tidak lagi menyantap makanan karena sibuk menyuapi dirinya, Naruto pun meraih garpu di atas piring Sasuke, kemudian mengarahkan benda itu pada mulut sang suami setelah sebelumnya menusuk beberapa potong daging. Mereka silih menyuapi dengan sangat romantis.
•
•
•Acara makan malam sudah selesai sejak beberapa menit yang lalu. Kini mereka sedang dalam perjalanan pulang. Namun sebelum tiba di rumah, Naruto meminta sang suami untuk mampir ke sebuah mini market.
"Mau beli apa?" tanya Sasuke setelah memarkirkan mobil. Dia melirik sang istri yang tengah melepas sabuk pengaman.
"Camilan." Naruto tersenyum. "Sasuke mau menitip apa?"
Alih-alih menjawab, Sasuke justru ikut melepas sabuk pengaman. "Aku ikut."
Sejak turun dari mobil dan memasuki mini market, Sasuke melingkarkan satu tangannya pada pinggang sang istri dengan sangat posesif, seolah memberitahu pada siapa saja yang melihat mereka di sana bahwa Naruto adalah miliknya. Terutama pada pria-pria.
"Tsk." Sasuke berdecak jengkel melihat ada beberapa pasang mata yang memerhatikan istrinya dengan pandangan memuja.
"Kau kenapa?" tanya Naruto kala melihat raut wajah sang suami yang tampak kesal. Terlebih, dia baru saja mendengar Sasuke yang berdecak.
"Mereka memerhatikanmu." Sasuke menjawab dengan ketus sembari mengedikan dagu ke arah tiga pria yang tengah berada di dekat kasir, hendak membayar barang yang dibawanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
I'm Sorry, Don't Leave Me (20+)
Fanfiction(+20) Cinta yang dikira setia rupanya mendua. Menyimpan banyak dusta yang tak pernah terkira. Lantas, sikap seperti apa yang harus Naruto sambil untuk menghadapi konflik besar dalam kehidupan rumah tangganya bersama Sasuke? Akankah di...