Wajah Naruto sedikit menunduk. Dia rasa, dia memang harus memberi ketegasan pada orang-orang tentang bagaimana kehidupan rumah tangganya agar mereka tak lagi membicarakan sesuatu atas apa yang seharusnya tak dibicarakan.
"Ada apa, Naru?"
Naruto menjauhkan tangannya kemudian berucap pelan. "Tolong, jangan menyinggung Sasuke di hadapanku lagi. Karena... aku dan dia... sudah bercerai."
" .... " Gin terdiam cukup lama untuk memastikan bahwa apa yang baru saja Naruto katakan bukan sebuah gurauan.
"Jadi, jangan membicarakan tentang Sasuke lagi, ya." Naruto tersenyum tulus setelah menegakkan wajah dan tatapannya bertaut kembali dengan Gin. "Dia sudah bukan suamiku."
Terkejut? Tentu saja. Gin nyaris tidak percaya dengan apa yang Naruto katakan jika Gin tak melihat keseriusan dari sorot mata biru Naruto saat berbicara.
Gin memang tidak tahu bagaimana kehidupan rumah tangga mereka. Namun, yang selama ini Gin lihat, Sasuke tampak sangat mencintai dan menjaga Naruto. Begitu pula sebaliknya. Mereka dua insan yang seolah tak akan pernah bisa terpisahkan. Tetapi, kini Gin mendapat kabar yang tak pernah terduga sebelumnya.
Sadar bahwa atmosfer di antara mereka menjadi terlalu canggung, Gin pun berusaha membuat pembicaraan itu tak berlanjut lagi. "Maaf, aku sudah membuatmu harus mengatakan apa yang tidak seharusnya kau katakan."
Naruto menggeleng dan tersenyum. Dia sama sekali tak mempermasalahkan ucapan Gin yang tadi sudah menyinggung perihal Sasuke. "Kau 'kan memang tidak tahu apapun. Aku juga tak bermaksud untuk mengumbar. Tapi, dengan begini semuanya sudah jelas, bukan?"
Gin mengangguk paham. Ya, kini semuanya sudah jelas. Gin tak boleh mengatakan sesuatu yang berkaitan dengan hubungan Sasuke dan Naruto atau membahas hal yang tidak perlu perihal pria berdarah Uchiha itu di hadapan Naruto.
Suasana di sekitar mereka masih saja terasa tegang. Mereka tak tahu harus memulai lagi pembicaraan dari mana agar keadaan sedikit relaks, sampai detik kemudian Naruto teringat pada hal yang sempat tertahan.
"Gin, jika kau ada urusan lain, pergi saja. Maaf aku sudah menahanmu."
Untuk sejenak, Gin sedikit bingung. "Maksudmu?"
Naruto mengusap leher dengan canggung. "Tadi kau hendak pergi dari sini, bukan? Tapi, aku malah menahanmu dan membicarakan tentang hubunganku dengan Sasuke."
Seketika Gin paham. Dan dia hanya bergeming dalam beberapa saat. Sungguh, ketika tadi Gin hendak pergi bukan karena memiliki urusan lain, tetapi karena Gin tak mau bila Sasuke datang menjemput lalu melihat Naruto berdiri berdua dengan pria lain. Ya, Gin hanya tak mau Sasuke salah paham. Namun, usai mendengar penjelasan Naruto tentang hubungan mereka, Gin pun tak ada niatan untuk beranjak. Toh, itu berarti Sasuke tak akan datang, bukan?
"Kau mau pulang sekarang?" Gin berusaha mengalihkan pembicaraan. Dan terlebih, Naruto terlihat tak nyaman berada di sini. Gin sungguh tak keberatan bila harus memberi tumpangan pada Naruto.
Naruto mengangguk. "Sepertinya begitu."
Tanpa banyak bicara, Gin segera berbalik badan dan berjalan menuju mobilnya. "Aku akan mengantarmu."
Naruto berusaha menolak. Dia sungguh tak enak bila harus merepotkan Gin. Tetapi, Gin juga tak menerima penolakan serta tak bisa membiarkan Naruto pulang sendiri di saat dia juga hendak pergi dari sana. Jadi, Gin rasa tak ada salahnya bila mereka pulang bersama.
Setelah gagal memberi penolakan, Naruto pun akhirnya menaiki mobil Gin, duduk di samping pria itu yang melajukan mobil dengan tenang.
Sepanjang perjalanan, mereka lebih banyak diam, bahkan mungkin memang tak ada pembicaraan bermakna apapun yang mereka lakukan. Naruto hanya menatap panorama jalan yang mulai diselimuti langi senja. Di sampingnya, sesekali Gin menilik wajah cantik Naruto. Dalam hati, Gin bertanya-tanya; Naruto wanita yang sangat cantik, ceria dan mandiri. Namun, mengapa Sasuke bisa melepasnya? Bukankah selama ini Sasuke begitu posesif kepadanya? Sebenarnya masalah apa yang sudah menerpa hubungan mereka hingga berakhir dengan perceraian?
KAMU SEDANG MEMBACA
I'm Sorry, Don't Leave Me (20+)
Fanfiction(+20) Cinta yang dikira setia rupanya mendua. Menyimpan banyak dusta yang tak pernah terkira. Lantas, sikap seperti apa yang harus Naruto sambil untuk menghadapi konflik besar dalam kehidupan rumah tangganya bersama Sasuke? Akankah di...