"SINI WOI HADIAHNYA KITA BUKA BARENG-BARENG" Teriak Fino mengumpulkan satu kelas untuk membuka hadiah pensi mereka bersama.
"Yah sayang banget kemarin gue nggak liat pensi kalian" ujar salah satu siswa.
"Yaudah santuy aja yang penting dapet hadiah" ucap Erik.
Mereka membuka hadiah pensi bersama dan menemukan beberapa cemilan dan keperluan kelas seperti pajangan, dan lainnya.
"Cemilanya kita makan bareng-bareng aja yuk" ucap Aurel.
"Kan kalian yang berjuang Rel" jawab salah satu siswa.
"Ya kan berjuangnya buat kelas" ucap Sintia.
"Eh btw bukannya kalian bareng sama Friden juga? Friden mana?" Tanya seorang siswa penasaran.
"Tadi gue lihat lagi ngobrol sama Ica di depan" jawab Kristin.
Ekspresi Aurel yang biasa saja berubah menjadi sinis dengan apa yang dikatakan Kristin. Aurel menghela nafas kasar dan melangkahkan kakinya kembali ke tempat duduknya dengan wajah yang kusut.
"Lo kenapa Rel?" Tanya Sintia menghampiri Aurel.
"gapapa" jawab Aurel cuek.
"Lo suka ya sama Friden?"
"Amit-amit" ucap Aurel tidak semangat.
Tidak lama kemudian seorang guru pelajaran matematika masuk dengan tumpukan buku ditangannya. Seluruh siswa kembali ke kursi mereka masing-masing dan mengeluarkan buku dengan tertib.
Guru tersebut mulai mengajar dan meminta para siswa untuk memperhatikannya. Erik yang melihat guru yang dikenal killer tersebut menatap ke arah Aurel yang sedang melamun menyenggol Aurel dengan sikunya. Aurel tak juga sadar akan hal itu dan tetap melamun hingga sebuah spidol melayang ke arahnya.
Aurel spontan berdiri karena terkejut. Seluruh mata tertuju padanya, ia kemudian mengambil spidol yang masih terletak di mejanya dan melangkahkan kakinya ke depan memberikan spidol kembali pada gurunya.
"Kamu melamun di pelajaran saya? Udah keluar aja nggak usah ikut belajar!"
Aurel menghela nafas pasrah. Dengan wajah yang lemas ia melangkahkan kakinya yang terasa berat keluar kelas.
"Bu saya izin ke toilet" ujar Friden setelah selang beberapa menit Aurel keluar kelas.
"5 menit" jawab guru yang mengajar tersebut.
Friden memasang alaram 5 menit di jam tangannya dan berlari keluar kelas.
Friden melihat Aurel duduk di kursi panjang di depan kelas melamun. Ia kemudian melanjutkan langkahnya dan mengabaikan Aurel duduk sendiri seperti tidak ada harapan hidup.
Aurel kemudian melihat Friden yang telah berjalan dan melanjutkan lamunannya yang tak tahu tentang apa.
"Ni makan sama minum" sebuah tangan dengan sebungkus makanan serta minuman mendarat tepat di hadapan Aurel. Friden kemudian melihat orang yang memberikannya makanan dan minuman tersebut dan mengkerutkan keningnya bingung.
"Ni ambil. Nggak gue kasih racun atau cabe kok, tenang aja. Gue jamin aman!" Ujar pria yang kemudian meletakkan makanan dan menuman yang ia beli di samping Aurel.
"Tumben lo baik sama gue" ujar Aurel masih curiga dengan yang dilakukan Friden.
"Nggak biasanya muka lo lemes kayak tipes gitu, nih makan dulu siapa tau lo laper" ujar Friden.
"Bukannya lo biasanya seneng liat gua susah, sengsara, sakit-"
"Susah, sengsara, ngeluh, marah, kesel, IYAPS GUE SENENG BANGET tapi kalau sakit nggak!" Jelas Friden memotong perkataan Aurel.
KAMU SEDANG MEMBACA
wibu vs kpopers (COMPLETE ✔️)
Teen Fiction"Emang ya wibu itu pemalas. Apaan banget tidur di sekolah. Tidur itu di rumah!! Besok-besok bawa kasur sekalian aja!" "Emang dasar k-popers itu alay ya. Tiap ngobrol yang di bahas cuman K-pop dan para plastik." "Nggak juga sih. Lonya aja yang...