Hari ini adalah hari perpisahan kelas 12. Seluruh siswa yang menjadi perwakilan setiap kelas akan menampilkan penampilan terbaik untuk pensi. Panitia acara mengumumkan akan memberikan hadiah kepada kelas dengan pertunjukan pensi terbaik, dengan ditentukan dari hasil voting para kelas 12.
"Kita harus menang sih" ujar Friden semangat mendengar pengumuman tersebut.
"Menang apaan?" Tanya Aurel polos.
"Ya itu yang penampilannya paling baik dikasih hadiah Aurel...." jelas Sintia.
"Lah emang lomba?" tanya Aurel masih belum mengerti.
"Eh mending lo diem aja deh" ujar Friden kesal.
"Kalian dari X IPA 1 ya?" Tanya seorang wanita dengan tanda pengenal bertulisan panitia acara.
"Iya kak" jawab mereka serempak.
"Kalau gitu kalian siap-siap tampil ya. Good luck!" Ujar panitia tersebut memberi semangat.
"Makasih kak" ucap mereka.
"Semoga latihan kita nggak sia-sia" kata Sinta penuh harapan.
"Lo ngomong kayak gitu udah kayak latihan 24/7 aja Sin" ledek Aurel tertawa kecil.
"Yang penting dia berdoa, optimis, nggak kayak lo bisa komen doang" ujar Fino membela Sintia.
"Dih kok jadi gue?!"
"Kan udah gue bilang, mending lo diem!" Ucap Friden dengan nada bicara sedikit naik.
"Eh udah dong, jangan dilanjutin lagi. Entar kalau dilanjutin pasti berantem" tegur Erik menenangkan suasana.
"Nah sekarang kita bakal nyaksiin penampilan dari kelas X IPA 1!" Suara tepuk tangan yang meriah mengisi seisi ruangan.
Aurel, Friden, Fino, Erik, dan Sintia berjalan menuju panggung dan memberi penampilan terbaik mereka. Tampak para penonton sangat menikmati persembahan yang mereka berikan, tidak sedikit yang menonton sambil tersenyum bahkan ikut bernyanyi.
Pandangan Aurel yang terkadang ke piano dan ke penonton menjadi menetap ketika melihat Erik yang duduk paling depan menyaksikan penampilannya dengan senyum yang indah dan lebar terukir di wajah pria tampan tersebut. Hal tersebut hampir membuat fokus Aurel hancur, jika tidak disadarkan oleh Erik yang sedikit menyenggolnya.
Setelah tampil mata Aurel langsung tertuju pada kursi yang tadi ia lihat diisi oleh Angga dan sekarang menjadi kosong.
"Kak Angga mana?" Bisik Aurel pada Sintia ketika hendak turun dari panggung.
"Mana gue tau" jawab Sintia tidak santai.
"Eh diluar aja yuk, ngapain juga disini" ujar Friden.
"Tapi kan acaranya belum selesai" ucap Aurel.
"Lo mau tampil lagi? Yaudah silahkan. Sendri! Pake lagu dari opa plastik lo!" Ledek Friden.
"Janco*" umpat Aurel kesal.
Ketika keluar dari ruangan perpisahan kelas 12, mereka disambut dengan tepuk tangan seorang pria yang berpakaian sangat rapih.
"Kalian keren! Nggak nyangka, dari kelompok MPLS bisa jadi band" ujar pria tersebut.
"Kak Angga kok bisa disini?" Tanya Aurel bingung.
"Bisa dong. Gue bangga pernah jadi Kaka among di kelompok MPLS kalian! Cie udah jadi bestie" puji Angga.
"Ehmm iya kak"ucap Aurel
"Makasih bro" ucap Fino menepuk pundak Angga.
"Thanks Ga" sahut Erik.
KAMU SEDANG MEMBACA
wibu vs kpopers (COMPLETE ✔️)
Teen Fiction"Emang ya wibu itu pemalas. Apaan banget tidur di sekolah. Tidur itu di rumah!! Besok-besok bawa kasur sekalian aja!" "Emang dasar k-popers itu alay ya. Tiap ngobrol yang di bahas cuman K-pop dan para plastik." "Nggak juga sih. Lonya aja yang...