10 ㅡ afraid

614 125 146
                                    

Semenjak hari itu, Seokjin tidak pernah lagi datang ke kelasnya Jisoo

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Semenjak hari itu, Seokjin tidak pernah lagi datang ke kelasnya Jisoo. Dia tidak terlalu sering terlihat lagi di lingkungan sekolah. Dan jika terlihat pun, laki-laki itu seperti berusaha menutupi wajahnya dengan kupluk hoodie serta berjalan menunduk. Seokjin juga berhenti menghubungi Jisoo, baik melalui telepon maupun chat. Laki-laki itu seolah menarik diri, menjauh. Kehadiran Jinyoung di sekolahnya membuatnya takut menjadi yang tersalahkan lagi, takut di pandang melenceng lagi. Terlebih gosip itu perlahan mulai menyebar lagi di sekolah, orang-orang mulai membahasnya lagi padahal sebelumnya sudah mereda dan hampir terlupakan.

Beberapa hari Jisoo tidak menemukan eksistensi Seokjin membuatnya khawatir dan terus memikirkan laki-laki itu. Jisoo bukan tipikal orang yang bisa mendahului, tapi bukan berarti dia tidak peduli pada keadaan Seokjin sekarang. Jisoo juga sempat menanyakan kabar laki-laki itu pada Hani ketika bertemu di kantin. Jisoo juga pernah menemukan Seokjin yang berjalan cepat sambil menunduk dengan kepala yang tertutup kupluk hoodie. Berniat ingin menghampiri, tapi tidak sempat karena Seokjin sudah lebih dulu menaiki bus, atau sebuah mobil yang Jisoo yakini bahwa itu ibunya Seokjin yang menjemput.

Seokjin tidak lagi datang ke kelasnya untuk mengajak pulang bersama, tidak lagi mengantar Jisoo pulang sampai ke depan pagar rumahnya, dan tidak ada lagi telepon malam-malam dari laki-laki itu sebelum tidur. Jisoo merasa kehilangan, seperti ada sesuatu yang hilang yang biasanya mengisi dan menghangatkan hari-harinya. Jika boleh jujur, Jisoo rindu pada senyuman kecil Seokjin yang memunculkan dimple kecil, rindu juga tingkah gemas Seokjin yang terkadang menggelikan.

Dan soal hubungannya, Jisoo tidak tahu ini masih berlanjut atau tidak. Belum ada kepastian dari Seokjin maupun darinya. Jisoo sebenarnya tidak mau mengakhiri semua ini, tapi entah bagaimana dengan Seokjin. Jika apa yang telah terjadi ini membuat laki-laki itu ingin mengakhirinya, Jisoo akan menerimanya. Lagi pula, sebelum kejadian ini, Jisoo berhari-hari mencampakkan Seokjin. Wajar jika laki-laki itu merasa capek dan ingin mengakhirinya. Memangnya apa yang istimewa dari dirinya sehingga harus di perjuangkan dan di pertahankan lebih lama? Jisoo cukup sadar diri.

Jisoo juga tidak terlalu banyak bicara akhir-akhir ini. Saat di tanya pun jawabannya singkat, kadang tidak jelas dan bahkan tidak menjawab sama sekali, membuat orang-orang jadi malas serta segan berbicara dengannya. Entahlah, ia menjadi kesal pada semua orang, termasuk teman-teman di kelasnya. Terutama si anak baru, dia yang menyebabkan keadaan menjadi sulit seperti ini. Sungguh, Jisoo tidak sepenuhnya percaya dengan apa yang telah di katakannya soal Seokjin di masa lalu.

"Bu, vanilla blue satu." Ucap Jisoo, memesan minuman dengan nada suara yang terdengar lesu. Dan ia mendadak teringat Seokjin lagi karena ini. Ia teringat ketika Seokjin sengaja datang menghampirinya di sini untuk membeli minuman yang sama ketika hubungan mereka masih sembunyi-sembunyi. Astaga, kenapa hampir semua yang ia lakukan selalu berakhir teringat pada Seokjin? Dan sekarang, ia berharap laki-laki itu datang ke sini, berdiri di sampingnya seperti dulu yang pernah di lakukan.

Flower BoyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang