2.

60 12 11
                                    

"Vania" Vania pun menghentikan langkahnya. Ia berbalik menghadap ke belakang.

"Lho, gita?" Kaget vania saat melihat Gita yang ada dibelakangnya.

Gita mendekat sambil terus tersenyum.

"Lo kan udah mati! Kok bisa ada disini?" Ucapnya ketakutan. Gita tertawa renyah.

"Gue masih hidup, van! Gue cuma pura-pura" Ujar Gita santai

"Pura - pura? Maksud lo?" Tanya vania yang tak mengerti.

"Buat bikin Cassandra dan dannia mendapat hukuman setimpal" Jelasnya, vania melotot tak percaya.

"Apa apaan ini? Jadi kita selama ini di prank gitu?" Seloroh sofia yang dateng bersama alvi dari arah belakang Gita.

"Terserah, lu mau nyebut apa! Yang jelas tuh dua nenek lampir udah di penjara" Ucap gita menyilang kedua tangannya didada.

----

"ARNOLD!!" Seru seorang lelaki paruh baya dari arah ruang tamu apartemennya. Arnold memutar tubuhnya menghadap kearah ayahnya itu.

"Papah mau bicara sama kamu" Ucap lelaki paruh baya tersebut yang tak lain adalah ayah Arnold — Arthanda Nur yasin Pratama.

"Arnold, sayang udah pulang, nak?" Tanya seorang wanita paruh baya yang baru saja datang sambil membawa secangkir kopi untuk suaminya.

Risma Adelaida--ibu Arnold tersenyum lembut pada putra sulungnya.

"Arnold capek!" Ketus Arnold lalu melanjutkan langkahnya. Baru saja mengangkat kakinya suara Artha kembali menyeru.

"Arnold! Papah mau bicara sama kamu! Kamu dengar?!" Seru Artha dengan suara sedikit meninggi. Risma mengelus punggung tegap milik suaminya untuk lebih bersabar agar tidak terpancing emosi.

"Arnold.. Ikuti kata papah, mu" Tegur risma dengan nada lembut. Arnold menghela nafas lalu berbalik menuju ruang tamu.

"To the point!" Ucap Arnold setelah mendudukkan bokongnya disofa ruang tamu.

Risma kembali mengelus lembut punggung tegap suaminya. Artha menghela nafas panjang.

"Papah, akan menjodohkan kamu dengan anak teman bisnis papah" Terang Artha dengan menekan setiap katanya.

"Arnold nggak mau!" Tolak arnold dengan mata menajam.

"Tidak ada penolakan, arnold! Ini sudah keputusan papah!" Tekan artha dengan nada tak terbantahkan.

"Sekali nggak mau, ya nggak mau! Nggak usah maksa!" Tolak arnold dengan tajam dan tegas.

"Papah nggak peduli! Papah akan tetap jodohkan kamu dengan anak teman bisnis papah! Mau atau pun tidak, papah nggak peduli!" Tegas arnold dengan menekankan setiap katanya.

"Egois!" Sentak arnold lalu pergi menuju kamarnya, tidak peduli teriakan dari artha --sang ayah padanya.

----

Kelas terakhir pun berakhir, seluruh mahasiswa dan mahasiswi membereskan buku buku mereka.

Beberapa dari mereka masih dikelas untuk melakukan tugas piket.

Muka yang kucel dan lesuh terlihat dari wajah para mahasiswa. Terlihat sangat kelelahan terlebih hari ini jadwal sangat padat.

"Guys, gue duluan yah" Pamit vania pada teman temannya. Syifa dan yang lain mengangguk.

"Hati hati" Seru syifa. Vania membalas dengan deheman.

"Si vania kenapa? Tumben dia cepat - cepet?" Tanya Zefa penasaran.

Dear Arnold - ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang