3.

38 11 11
                                    

"GITA!!!!" Teriak seorang lelaki memakai almamater biru laut dari ujung koridor.

Gita berbalik menatap lelaki itu lekat. Lelaki itupun mulai mendekat kearahnya dengan langkah berani.

"Irsyat?" Beo Gita. Ya, dia irsyat laki laki yang pernah singgah di hatinya.

"Kenapa lo boongin gue?!" Ucap irsyat dengan suara tegas. Gita terkejut mendengarnya.

"Lo apa apaan si! Bohong apa?!" Teriak Gita. Matanya memanas saat irsyat berbicara memakai intonasi tinggi. Dia nggak bisa dikasarin.

"Lo kenapa pura pura meninggal! Lo mau buat gue merasa bersalah sama apa yang gue lakuin sama lo?!, lo mau bales dendam sama gue?! Hah?!" Ucap irsyat menggebu gebu.

"Maksud lo apasi! Gue nggak ada niatan buat bales dendam sama lo! Nggak guna, lagian bales dendam ke lo nggak buat gue untung! MINGGIR!" Sentak Gita mendorong irsyat dari hadapannya.

"Lo nggak bisa pergi gitu aja, lo harus jelasin semuanya sama gue!" Ucap irsyat mencekal tangan Gita.

"Untuk apa?! Memangnya lo siapa gue?! Lagian gue ama lo nggak ada hubungan apapun lagi, jadi nggak ada untungnya gue cerita!" Ucap Gita begitu menohok.

Irsyat pun melepaskan cekalannya membiarkan Gita pergi.

Bodoh. Satu kalimat yang mewakili dirinya. Dia begitu bodoh menyia-nyiakan Gita untuk kesekian kalinya.

"ARGHHHH!!!!" Gerangnya memukul kepalanya sendiri. Sudah persis seperti orang gila.

----

"Udah selesai?" Tanya Arnold pada syifa yang masih bingung memilih buku.

"Bentar... " Ujar syifa masih memilah memilih.

Ting

Suara deting ponsel mengalihkan fokus arnold. Ia pun sedikit menjauh dari syifa, dan mulai membuka chat room.

"Kamu dimana! Cepat pulang! Mereka sudah menunggu"

Arnold menutup ponselnya kembali tanpa berniat membalasnya.

"Arnold" Seru syifa dari arah belakang. Membuat Arnold terkejut.

"Eh... Udah selesai?" Tanya Arnold gugup. Syifa memberikan senyumnya.

"Udah, ayok pulang" Ujar syifa bersemangat.

"Kita makan siang dulu ya" Ujar Arnold berusaha untuk mengulur waktu.

"Yaudah, yuk" Syifa mengangguk lalu meraih tangan Arnold.

----

Sofia POV

"Sofia, ayok makan! Tante udah masak banyak nih" Ujar Riska -ibunya ricky.

"Iya, tante" Ucap gue sopan.

Hari ini, untuk kedua kalinya gue diajak ricky ke rumahnya untuk makan siang.

Jujur saja, ini sangat menegangkan melebihi ulangan matematika. Bagaimana tidak tegang jika berhadapan langsung dengan keluarga doi?

Buat kalian yang belum pernah merasakan, gue memaklumi secara kalian jomblo. Canda jomblo.

"Ayo, duduk" Ucap ricky begitu lembut ditelinga. Anjay.

Sofia mengangguk lalu menarik kursi disamping ricky.

"Bang, kok selera lu turun? Bukannya mantan lu sebelumnya itu calon pramugari, kenapa sekarang turun derajat?" Celetuk Risya julid, dia adalah adik dari ricky.

Sejak awal pacaran dengan ricky, dia adalah orang paling menentang hubungan gue.

Wajahnya cantik sih, tapi mulutnya kek merecon, Untung gue sabar. Kalo bukan inget dia bakal jadi adik ipar gue, gue bakal giling mulutnya.

Dear Arnold - ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang