Impian

18 1 0
                                    

genre : ANGST
cast : Na Jaemin as Haniv
oc as Nandira

sore ini biasa saja, langitnya tetap indah dan Nandira suka sekali menatapnya, tapi yang lebih ia sukai itu rasa nyaman yang menemaninya sekarang, Nandira menghabiskan waktu setiap sore di rooftop, ngomong ngomong rooftop ini bukan miliknya, tapi tempat ini merupakan tempat ternyaman untuknya.

"gimana? udah seneng?" tanya Haniv, yang baru saja tiba, dan anggukan antusias dari Nandira yang ia dapat sebagai jawaban

"mana kopi aku?" tanya Nandira

"ini" ucap Haniv sembari memberikan secangkir kopi kesukaan Nadira

"makasih kakaku sayangg" ucap Nandira terdengar manis

Haniv mendudukkan dirinya di ayunan besar, tepat disebelah Nandira.

"gimana hari ini?" pertanyaan yang selalu dilontarkan Haniv setiap harinya.

Haniv, bukan kaka kandung Nandira, bukan pula kaka tirinya, dia hanya seorang siswa SMA dengan satu ayah yang sibuk bekerja, jadi ia merasa sangat beruntung ada Nandira, tetangga kecilnya itu.

"aku seneng banget, tadi ada ibu-ibu psikolog gitu kaya ngasih edukasi, tapi aku juga kesel, soalnya aku fikir awalnya kita free class, eh malahan waktu olahraga aku yang dipake buat acara itu, huft nasib anak kelas 8 ini pasti"

Haniv tertawa kecil mendengar Nandira bercerita.

"kenapa nasib anak kelas 8? gaada yang salah kan?" tanya Haniv penasaran.

Nandira menggeleng, "kata temen ku, kelas 8 itu lagi sial sialnya" katanya begitu.

"kaka engga gitu ah, kamu tau Nandira? dengan guru kamu pilihin jam olahraga itu justru mempermudah kamu biar gaperlu ganti baju lagi, bener kan?"

Nandira terlihat berfikir setelah mendengar ucapan Haniv
"iya juga sih, kadang suka ribet gantinya"

Haniv mengelus kepala Nandira pelan "nah pinter, jangan pernah menyalahkan keadaan ya Nandira" ucapnya.

Nandira tersenyum dan mengangguk paham.

"Kak" panggil Nandira pelan

"hm?" balas Haniv sebelum kembali mneyeruput kopi hitamnya.

"emang sesusah itu ya buat capai impian?" tanya Nandira yang disambut dengan senyuman menenangkan dari Haniv

"tergantung, ada yang sulit karena orang itu harus melalui proses yang panjang, ada juga yang tidak sulit karena orang itu punya banyak persiapan, tapi sesulit apapun impian, kalau kita memang benar benar memimpikan, seharusnya itu bukan menjadi kesulitan, melainkan ujian yang harus dilalui dengan kesiapan, Nandira inget kan pepatah yang mengatakan bersakit-sakit dahulu dan bersenang-senang kemudian? kira kira begitu prinsip kehidupan"

Nandira menundukkan kepalanya dengan anggukan kecil.

Haniv mengelus kepala Nandira lembut, "Nandira ada impian apa? tumben ga bilang sama kaka?" tanya Haniv.

Nandira mendongak, ia menatap Haniv dalam, secara perlahan ia bawa jemari tangan nya naik keatas dan mendarat di dada Haniv, "Ini, hati kaka itu impian aku, tapi susah ya buat dapetinnya"

Haniv diam seribu bahasa, jadi tadi itu Nandira baru saja menyatakan perasaannya atau bagaimana?

"Nandira, mau menjelaskan?" tanya Haniv bingung

"Nandira suka sama kaka" jawab Nandira jujur.

Haniv menggelengkan kepalanya, ia bawa jemari tangan Nandira yang terlihat sangat kecil di genggamannya "Nandira untuk impian kamu ini, kakak mohon jangan dilanjutkan ya? maaf, kaka sayang sekali sama kamu, tapi untuk memberi hati, kakak belum berani, Nandira kamu masih kecil, cinta itu menyakitkan, nanti kalau sudah dewasa kamu akan paham kok, Nandira dengar kan?"



END


one shootTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang