Jealous

18 2 0
                                    

about : dijodohkan, artist life
genre : random sksksksk
cast : Mark Lee as Malvin




enjoy




Amara suka saat saat seperti ini, Apartemennya sepi, tidak ada siapapun dan tidak kelelahan karena interaksi apapun.

namun itu hanya sementara, karena Amara bisa mendengar seseorang sedang membuka pintu apartemennya, Amara tidak peduli, siapapun itu sungguh sangat menganggu.

ceklek

"kau tidak lelah terus berbohong seperti itu?"

'datang datang malah menanyakan pertanyaan bodoh', batin Amara.

"Amara aku bertanya, kau tuli?"

Amara yang semulanya sedang fokus menikmati makan malam, terpaksa berhenti karena hilang selera.

Amara memilih bangkit dari kursi dan meletakkan piring kotornya di wastafel, setelah mencuci tangan, ia pergi membuat kopi di pantry, ia merasa setelah ini akan ada perdebatan panjang dan dia butuh kopi untuk menetralkan emosinya.

Sekarang saja ia sudah memiliki niat besar untuk segera menampar laki laki yang berstatus tunangannya itu, kalau tidak ada kopi entah kebodohan apa yang akan ia lakukan.

disisi lain, Malvin merasa kesal karena belum kunjung direspon oleh Amara.

"Amara" ucapnya dingin.

dan Amara masih menghiraukannya.

"Amara aku tunanganmu" kesal Malvin.

Amara tertawa kecil, ia memutar kedua bola matanya malas, Malvin benar benar bodoh."ck kau buta? aku sedang minum" ucapnya kesal.

bukannya merasa bersalah Malvin malah berdecak tidak suka dengan cara bicara Amara.

Amara menatap Malvin tajam, "sekarang apa? apa maksudmu?" tanya Amara to the point.

"kenapa kau mengatakan ciuman itu tidak disengaja kepada media? kenapa juga kau mengatakan kalau aku tak ada hubungan apa apa dengan Sania?"

Amara memutar bola matanya malas,
"Malvin, apa kau tidak bosan menanyakan pertanyaan bodoh terus ?"

"kau itu seorang artis, dan Sania seorang DJ, jadi bagaimana nanti dengan karir kalian kalau aku jujur bahwa kau selingkuh??"

Malvin tersenyum kecut "Selingkuh? kasar sekali bahasa mu" ucap malvin

"dimana letak kekasarannya? itu kenyataan" balas Amara.

"sama saja denganmu, kau dengan lelaki itu, kalian berpelukan di basement apartemen kita, lucu sekali" tanya Malvin.

Amara mengerutkan keningnya bingung, "maaf? kau sedang mencari dimana letak kesalahan ku?"
"apa kau bodoh?"

"kau yang bodoh" tentang Malvin.

Amara mengusap wajahnya kasar, ia benar-benar sangat kesal, namun sesaat kemudian ia tersenyum kecil "malv, kau cemburu?" tanyanya.

Malvin tertawa hambar "kau tunanganku-"

"satu negara juga tau aku ini tunanganmu" potong Amara.

"tapi kau bercumbu dengan pria lain seenak jidat" ucap Malvin lirih, ia sebenarnya cemburu, tapi ia tidak mungkin jujur, gengsi.

"dan kau salah paham, aku memeluk Januar kemarin karena aku telah menolaknya, aku punya kamu, aku bisa saja menerimanya lalu pergi menjauhimu dan segala sesuatu tentangmu, tapi gabisa, aku gabisa pergi gitu aja Malv, bukan soal aku cinta kamu, engga, aku punya kamu, dan aku bertanggung jawab atas perasaan kamu" jelas Amara panjang lebar dengan nafas memburu, emosi nya benar benar akan pecah sekarang.

untuk beberapa saat tidak ada balasan apapun dari Malvin, sampai akhirnya Amara meneteskan air matanya karena sudah terlalu emosional.

"no no dont cry Amara" ucap Malvin, ia membawa Amara pelan kedalam pelukannya, ia ucapkan kata maaf berulangkali sembari mengelus kepala Amara.

"i'm sorry Amara"
"maaf"

Amara mencoba untuk lepas dari dekapan Malvin, tapi Malvin terus menahannya.

"Malv please-" ucap Amara

"w-wait, sebentar aja, aku masih takut ngeliat kamu, jangan nangis"

ucapan Malvin barusan membuat Amara bingung.

"Amara, maafin aku"
"marahin aku aja gapapa, tapi jangan nangis, aku takut liat kamu nangis"

Malvin melepaskan dekapannya, ia bawa tangan Amara perlahan-lahan dan menampar dirinya sendiri.

plak

"Malvin!" protes Amara

Amara berani taruhan tamparan tadi itu sakit sekali, telapak tangannya sampai panas

"Jangan tahan marah kamu, kamu berhak marah, aku salah Amara"
"Jangan salahin diri kamu atas kesalahan aku"
"Amara, a-aku memang bajingan, tapi demi tuhan lebih baik kau menampar atau menonjokku saja dari pada menangis"
"Amara aku sungguh sunggu-"

plak

tamparan dari Amara membuat Malvin berhenti bicara

"berisik"

bukannya merasa kesal, Malvin justru tersenyum mendengarnya.

plak

"j-jangan senyum"

plak

"kamu aneh"

plak

"aw" keluh Malvin pada tamparan terakhir dari Amara, dan itu membuat Amara refleks mengelus pipi Malvin lembut.
"maafin aku, sakit ya?" kata Amara.

Malvin tersenyum, ia merasa bahagia entah kenapa, tapi Amara benar benar membuatnya gila, dari sorot mata Amara dapat Malvin tangkap rasa khawatir.

"Amara" panggil Malvin pelan.

"apa? kenapa? sakit banget ya? mau aku kompress pake air dingin ga? atau dikasih minyak? ih Malvin jangan diem aja-"

Malvin tertawa kecil, "engga sayang, gapapa"

"sayang?" tanya Amara bingung

Malvin tersenyum kecil, "kenapa? kamu ga sayang sama aku?"

Amara mengernyitkan dahinya heran, "didn't I say, I don't like you?" balasnya.

Malvin tertawa hambar, "but i love you" ucap Malvin terdengar pasrah.

"malv"

Malvin menatap Amara dalam, "I love you Amara"

"malv-"

Malvin menggelengkan kepalanya cepat, "i really love you"
"i got jealous with you yesterday so i went drunk, and and i i met her in the club, and i fucking don't know when it start-"

"malv calm down, i'm still here" ucap Amara menenangkan Malvin.

Amara membawa jemarinya untuk mengelus kepala Malvin pelan, "Malvin, thanks for loving me"



one shootTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang