Tandain (3)

483 36 5
                                    

Renjun mengambil tripod dan mempersiapkannya serta ponselnya di ujung ranjang. Setelah merasa posisinya pas, ia kembali ke tempat semula, ke tengah ranjang. Ia jadi merasa sedang menjadi camboy saat ini. Dan penontonnya hanya Lucas.

Lucas sudah menghentikan pijatannya pada kejantanannya di seberang sana. Matanya mengikuti gerak gerik Renjun yang terlihat gelisah. Takut sepertinya. Atau kekasihnya itu terlalu horny dan ingin segera menyentuh dirinya sendiri, Lucas juga tidak tahu.

Yang jelas pemandangan di layar ponselnya begitu indah baginya. Sang kekasih, Renjun, duduk terdiam menghadapnya. Kepala sedikit menunduk dan semburat merah memenuhi wajah hingga menjalar ke leher serta telinganya.

Kaos tipis yang membalut tubuh mungilnya tak bisa menutupi dua tonjolan surgawi itu. Yang akan selalu Lucas sesap hingga tubuh kekasihnya menggelinjang di bawahnya. Celananya yang terangkat memperlihatkan paha mulus favoritnya. Ingin sekali dirinya membenamkan wajahnya di paha Renjun. Sudah lama ia tidak menciumi kulit seputih susu itu.

Lucas menjilat bibirnya melihat pemandangan di hadapannya. Sudah tidak sabar ingin memangsa sosok di depannya.

“Buka kaos kamu.”

Renjun kembali meremang mendengar perintah Lucas yang sarat akan dominasi. Ia perlahan mengambil ujung kaosnya, lalu melepasnya dan membuangnya ke bawah ranjang. Tubuhnya sedikit menggigil karena udara dingin dari AC yang menyentuh langsung kulitnya. Putingnya turut menegang merasakan hawa dingin di kamarnya.

Lucas tak kuasa untuk tidak menjilat bibirnya lagi melihat tubuh polos itu. Sudah berapa lama dirinya tidak menyentuh kekasihnya? Lihat, lehernya, bahunya, dadanya, perutnya. Terlalu bersih. Dia ingin menodai kulit mulus itu.

“So pretty, just for me,” ucap Lucas tanpa mengedipkan matanya. Pemandangan di depannya terlalu indah untuk dia lewatkan meski hanya sedetik.

Renjun sendiri tidak berani menatap Lucas, meski mereka saat ini sedang melakukan video call. Bukan bertemu secara langsung. Tatapan pacarnya terlalu berbahaya baginya.

“Masih inget hukuman kamu?”

Renjun mengangguk. Kepalanya tertunduk semakin dalam. Ia sendiri masih bisa mendengar suara teriakan Sungchan dan Jeno, yang mungkin baru saja kalah dalam game mereka. Dan Haechan yang tertawa. Benar dugaannya, Haechan belum tidur. Itu berarti memang benar Haechan tahu alasan dirinya berteriak tadi.

“Don't make any sound, or they'll know what you're doing right now,” ucap Lucas yang segera diangguki Renjun.

Lucas membenarkan posisi duduknya. Bersedekap tangan, matanya menatap intens si manis yang tampak masih takut. Bukan takut sih, lebih ke malu sepertinya.

Kalau menuruti ego, ingin sekali Lucas langsung menyuruh kekasih mungilnya bermain dengan lubang sempitnya. Sedangkan dirinya mengocok kejantanannya sendiri sambil menonton Renjun yang menyodokkan jarinya ke dalam lubangnya dengan tidak sabaran. Tapi dia enggan. Dia ingin mengambil langkah pelan. Ingin melihat ekspresi putus asa kekasihnya lebih lama lagi.

Kulum jari kamu, dan bayangkan itu adalah lidahku.”

Renjun menatap jarinya ragu, sebelum dirinya menuruti perintah Lucas. Memasukkan jari telunjuk dan jari tengahnya ke dalam mulutnya. Awalnya ia hanya mengemutnya. Tapi lama kelamaan lidahnya mulai ikut bergerak.

Menuruti perintah Lucas selanjutnya, ia memejamkan mata. Membayangkan jari di dalam mulutnya adalah lidah pacarnya. Membelitkan lidahnya pada kedua jarinya, seakan dirinya saat ini tengah berperang lidah dengan Lucas. Beberapa bulir saliva mengalir di dagunya, menetes membasahi celananya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 04, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Night Time [LUREN]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang